Adaptasi #32

430 71 26
                                    

Situasi menjadi sangat canggung setelah malam itu. Awalnya Brian dan yang lainnya mengira kecanggungan hanya akan terjadi antara Kanaka dan Luka saja, tapi ternyata itu juga menyangkut Sienna. Saat Sienna mendekati Luka, Luka menjauh. Saat Kanaka mendekati Sienna, Sienna menjauh. Sedangkan Kanaka dan Luka terpantau tidak sudi untuk saling berdekatan.

Liburan yang harusnya menjadi sarana untuk melepas penat, justru membuat Sienna menjadi stress. Luka benar-benar memperlakukannya seperti orang asing sepanjang hari sampai mereka tiba di parkiran apartemen Sienna dan Kanaka. Dimulai dari Luka yang melewatkan sarapan saat melihat satu-satunya kursi yang tersisa adalah di sebelah Sienna, sampai dengan Luka yang meminta bertukar tempat dengan Ava karena tak mau semobil dengan Kanaka sebagai alasannya untuk menghindari Sienna.

Bahkan ketika sampai di apartemen Sienna, Luka langsung buru-buru pergi sambil sibuk mengetik sesuatu di ponselnya. Kelakuannya itu langsung membuat Raka menahannya karena merasa risih.

"Lo mau kemana?" tanya Raka dengan nada tegas. "Nggak bantuin Sienna naikin barangnya?"

"Ada banyak orang, kan?" Luka balik bertanya. "Gue lagi buru-buru."

"Ya, ada banyak orang. Kalo gitu nggak masalah kan kalo Kanaka yang ambil peran lo?"

Luka melirik sosok Kanaka yang sedang berbicara pada Sienna yang menatapnya dengan tatapan sedih.

Luka langsung mengalihkan pandangannya kembali pada Raka. "Ya, terserah."

"Kalo Sienna diambil dia, jangan nangis. Sikap lo kayak tai soalnya." Ucapan Raka tak begitu Luka dengarkan karena laki-laki itu langsung pergi melanjutkan langkahnya meninggalkan Sienna dan semuanya.

"Barang lo yang mana lagi? Biar gue bantu." Kanaka langsung menawarkan diri pada Sienna yang masih terpaku pada kepergian Luka.

"Cuma dikit, gue bisa sendiri." Sienna langsung balik kanan untuk mengambil barang-barangnya yang baru dikeluarkan oleh Dino dari mobil.

Kanaka langsung mengikutinya dan mengambil tas yang baru saja Sienna ambil.

"Biar gue aja." Sienna kembali merebut barangnya.

Kanaka belum mau melepaskan tangannya dari tas itu. "Berat, Na."

Sienna mendengus kesal, menarik paksa bawaannya hingga terlepas dari tangan Kanaka. "Gue bilang bisa sendiri! Lo ngerti Bahasa Indonesia nggak sih?!"

Kanaka terkejut. Begitu juga dengan semuanya, ke delapan kepala itu langsung menoleh pada Sienna dan Kanaka. Sienna langsung melengos pergi dengan barang-barangnya tanpa pamit.

"Kalian berantem lagi?" tanya Dino yang melihat kejadian tadi di posisi yang paling dekat di depan mata. "Jadi fix nih lo cari kosan sendiri?"

"Jiakh, serasa diusir istri dari rumah ya." Bima menyeletuk.

Kanaka mendengus sebal. "Pulang sana."

Dino dan Bima tertawa puas.

Kanaka baru naik ke unit apartemennya setelah semua orang sudah pergi. Di balik pintu, dia menemukan punggung Sienna sedang berjongkok dengan kepala yang menunduk ke dalam tangan yang dilipat. Kanaka refleks menahan langkahnya karena terkejut, apa lagi ketika mendengar Sienna yang sesenggukan. Kanaka menutup kembali pintu itu dan memutuskan untuk menunggu di luar sampai Sienna selesai menangis.

Kanaka selalu tahu diri. Meski sebenarnya dia sangat ingin mendekati Sienna dan memeluknya dengan hangat. Namun Kanaka tahu dia tak akan memperbaiki apapun. Kanaka tahu dirinya adalah alasan Sienna dan Luka bertengkar, dan dia jelas merasa bersalah.

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang