Adaptasi #31

372 76 36
                                    

Kanaka sedang memotong wortel saat tiba-tiba mendengar suara Luka yang hampir membuat tangannya terpotong karena terkejut. Cowok yang memiliki tattoo di lengan itu duduk di kursi bar, memperhatikan punggung Kanaka yang tengah mempersiapkan bubur untuk kekasihnya.

"Sienna beneran nggak papa?" tanya Luka. "Apa kata dokter?"

"Cuma sakit perut."

"Kenapa kalian bisa bareng?"

"Gue lagi sama Nana waktu perutnya tiba-tiba sakit, terus langsung gue bawa ke rumah sakit karena kayaknya Nana kesakitan banget sampe nangis."

"Oh gitu.." Luka terkesan tak peduli, padahal sebenarnya dia sangat ingin tahu. "Jadi, kalian udah baikan?"

"Ya." Kanaka menjawab, masih sambil menyiapkan bubur. "Mungkin, soalnya Nana nggak sesensi kemaren-kemaren. Atau, emang karena lagi on period aja kali, jadi moodnya rada nggak stabil."

Luka hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. 

"Udah?" tanya Kanaka. "Ada lagi yang mau lo tahu?"

"Maksud lo?"

Kanaka menggeleng. "Kalo ngga ada lagi, giliran gue yang nanya ke lo."

"Nanya apa?"

Kanaka menghentikan tangannya, meletakkan pisau di samping talenan, kemudian memutar tubuhnya menatap kekasih Sienna. "Lo dimana waktu Nana nyariin?"

"Pantai."

Sebuah senyuman yang serupa seringai terbit di sudut bibir Kanaka, disusul oleh suara kekehan yang terkesan sinis. "Yakin lo?"

Luka mengernyitkan dahinya, tak terima dengan sikap Kanaka yang jelas-jelas merendahkannya. "Maksud lo?"

"Padahal barusan gue ngasih kesempatan buat jujur, tapi ternyata tetap nggak lo indahin ya." tatapan Kanaka mengunci Luka tajam. "Lo bisa bohong ke Nana, tapi gue tahu yang sebenarnya."

"Lo nuduh gue bohong ke Sienna?" Luka mulai meninggikan suaranya.

"Nuduh? Gue lihat dengan mata gue sendiri, lo nggak di pantai!"

Luka menatap Kanaka kesal, tapi kemudian tatapannya berubah menjadi santai. "Oh, gue paham." 

Tawa keras yang terkesan hambar tibat-tiba keluar dari mulut Luka, ditatapnya lagi Kanaka dengan tajam. "Licik ya lo ternyata. Segitu nggak sukanya ya lo sama gue sampai harus ngefitnah segala? Ngomong apa lo ke Sienna? Terus siapa yang dia percaya? Gue yang pacarnya atau lo yang anak temen nyokapnya?"

"Gue nggak peduli dia mau percaya sama siapa." Kanaka membalas dengan tenang. "Yang pasti gue nggak ada niat buat ngefitnah karena gue beneran tahu lo ada dimana waktu Nana nyariin lo kayak orang stress di pantai yang ribut." 

"Oh ya?" Luka berlagak tertarik. "So, gue ada dimana saat itu, Mr. Paling Tahu Kebenarannya?" 

"Di rooftop sama Cantika—" Kanaka belum sepenuhnya menyelesaikan kalimatnya karena Luka dengan kecepatan kilat sudah memanjati meja bar dan mendorong tubuh Kanaka dengan tangan yang meremas kerah baju si perfeksionis itu.

"Kenapa?" Kanaka sama sekali tak gentar dengan sosok buas di hadapannya. "Takut yang lo sembunyiin kebongkar?"

"Gue sama Cantika nggak ada apa-apa!" Luka menarik kerah Kanaka. "Gue nggak sembunyiin apapun!"

Kanaka menatap Luka lekat, mencoba melepaskan genggaman tangan laki-laki itu di bajunya tapi Luka justru semakin menguatkan genggamannya.

"Lo cuma mau ngefitnah gue karena pengin lihat gue bubar sama Sienna kan, anjing!"

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang