Adaptasi #10

641 118 85
                                    

Kanaka hanya memasang tampang datarnya saat menemukan sosok laki-laki yang saat ini sedang berdiri di depan pintu apartemennya dengan ponsel di telinga kiri dan mata yang melotot terkejut melihatnya. Setelah rahasianya diketahui oleh Kanaya kemarin, Kanaka juga ingin Sienna menerima hal yang sama. Toh rahasia mereka sudah terlanjur ketahuan, tidak ada gunanya untuk terus menyembunyikannya. Lantas Kanaka sengaja membukakan pintu untuk tamu Sienna yang sudah dia duga adalah Luka.

Luka terdiam di tempatnya, menatap Kanaka dengan mata yang melebar, sejuta pertanyaan tumbuh di kepalanya namun mulutnya mendadak kaku untuk bergerak. Secara naluriah dia menunggu Kanaka untuk menjelaskan situasi ini padanya, namun cowok itu hanya menatapnya tanpa ekspresi dan lantas pergi meninggalkannya begitu saja tanpa sepatah kata.

Sienna muncul di balik Kanaka begitu cowok itu beranjak pergi. Dengan mulut yang sedikit tercengang, matanya terbelalak mengekori punggung tegap Kanaka sampai hilang dari pandangannya. Helaan napas berat keluar dari mulut Sienna segelah ditinggalkan begitu saja oleh Kanaka dalam situasi rumit yang sengaja dia ciptakan.

Kepala Sienna tertunduk, ragu untuk menatap Luka yang masih berdiri di posisinya dengan sorot mata bingung dan terkejut. Namun Sienna tahu dia tak punya pilihan selain menghadapi situasi ini, lantas perlahan Sienna mendongakkan kepalanya, memberanikan diri menatap Luka yang sudah pasti menunggu penjelasan darinya. Sienna menggigit bibir bawahnya gelisah, entah apa yang akan Luka pikirkan tentangnya nanti.

🌻A D A P T A S I🌻

Entah apa sebenarnya fungsi penjelasan karena Luka bahkan dibuat semakin terkejut begitu Sienna menjelaskan situasi tadi. Saat ini mereka sedang duduk di bangku taman apartemen setelah Sienna meminta Luka untuk mendengarkan penjelasannya di sana. Sienna tak peduli jika mereka akan telat ke kampus karena dia merasa masalah ini harus dituntaskan detik ini juga sebelum semuanya menjadi rumit karena salah paham.

Reaksi awal Luka begitu mendengar bahwa Sienna tinggal satu atap dengan Kanaka adalah langsung menoleh dan melotot tak percaya, cowok itu tampak gelisah dan sedikit kecewa. Namun setelah mendengar penjelasan lebih lanjut, keterkejutan dan kegelisahan Luka berganti dengan kelegaan.

Sienna memulai klarifikasinya dari hubungannya dengan Kanaka yang merupakan turunan dari hubungan orangtua mereka dulu, mereka tumbuh bersama karena rumah mereka bersebelahan, sekolah mereka yang selalu sama, dan kemudian berlanjut dengan alasan mereka tinggal bersama karena para orangtua ingin mereka saling menjaga.

"Jadi, Kanaka adalah sahabat kecil lo?" Luka menarik kesimpulan dari cerita Sienna.

"Sahabat kecil?" Sienna mengulangi ucapan Luka dengan sedikit ragu. "Gue nggak pernah berpikir begitu sih, hubungan kami nggak bisa disebut sebagai persahabatan. Kami saling benci dan tiap hari selalu ada aja pertengkaran-pertengkaran kecil."

"Jadi, musuh?"

Sienna lantas terkekeh. "Nggak bisa dibilang musuh juga. Bagi gue, Naka itu udah seperti keluarga. Fakta bahwa kami tumbuh bersama dan keluarga kami sangat dekat, membuat gue merasa kami punya ikatan yang cukup spesial."

"Lucu ya, antara sahabat dan musuh, gue justru melihat dia sebagai keluarga gue." Sienna tersenyum tipis. "Walaupun kadang gue benci banget sama dia, dan dia bilang nggak menganggap gue lebih dari anak sahabat orangtuanya."

"Kenapa?"

"Kenapa dia menganggap gue begitu?" Sienna mencoba memastikan karena dia ragu Luka mengajukan pertanyaan untuk pernyataannya yang mana.

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang