Setelah insiden dehidrasi yang menimpa Sienna sampai harus dirawat di rumah sakit kemarin, setiap pagi Kanaka selalu membuatkan sarapan lebih untuk diberikan pada Sienna dan memastikan cewek itu harus mengisi perutnya dulu sebelum memulai aktifitas agar kejadian seperti saat itu tidak terulang lagi.
"Lo ada kelas jam berapa?" Tanya Kanaka pada Sienna yang sedang menyantap nasi goreng buatannya sambil menonton YouTube di ponselnya.
"Jam delapan." Jawab Sienna. "Kenapa?"
"Sekarang udah jam 7.10." Kanaka melirik arlojinya. "Kalo mau bareng gue, 7.30 udah harus ready dan kita langsung berangkat."
Sienna menurunkan kembali sendok yang hampir masuk ke mulutnya, lantas menatap Kanaka dengan kening yang mengerut. "Lo salah makan?"
Kanaka mendengus. "Gue nggak akan tawarin dua kali, iya atau nggak?"
"Ck, demam ya lo?" Sienna nampak tak tertarik dan kembali fokus pada tontonannya.
"Terus lo mau pergi sama siapa? Motor lo ditinggalin di kampus kan?"
"Sama Luka." Jawab Sienna sekenanya. "Dia lagi di jalan."
"Oh." Kanaka langsung bangkit dan membawa piring kotornya ke wastafel. "Udah baikan?"
"Kami nggak berantem kok."
"Terus kenapa beberapa hari ini lo berangkat ke kampus sendiri dan nggak bareng dia?"
Sienna berdecak, menatap kesal punggung Kanaka yang sedang mencuci piring. "Lo pikir itu karena siapa?"
Kening Kanaka mengernyit. "Karena gue?"
"Ya, kurang-lebih, anggap aja begitu." Jawab Sienna. "Gara-gara rumor konyol itu, gue merasa butuh mengambil jarak."
"Ck, bodoh." Sinis Kanaka. "Ngapain mikirin omongan orang? Toh, itu cuma rumor nggak mendasar yang nggak benar. Seharusnya lo marah, bukannya malah menghindari itu."
"Ingat apa yang gue bilang waktu di rooftop waktu itu?" Tanya Kanaka, masih sibuk mencuci piring. "Marahlah saat keadaan memang membuat lo ingin marah. Lo bukan malaikat yang nggak bisa marah, lo punya perasaan dan itu lebih penting."
"Ya, gue ingat." Jawab Sienna. "Udah gue praktikin kemarin."
"Good girl." Kanaka tersenyum bangga, namun Sienna tak dapat melihatnya. Begitu juga dengan Kanaka yang tak melihat bahwa Sienna juga tersenyum tipis setelah mendengus terlebih dahulu.
"I don't know if that's good or bad." Sienna bangkit membawa piring kotornya dan berdiri di samping Kanaka. "But thanks to you, akhirnya gue bisa marah."
"Gue nggak melakukan apapun."
"Lo udah melakukan sesuatu yang cukup." Kata Sienna. "Omongan lo di rooftop kemarin sedikit-banyak udah memotivasi gue."
"Lo benar, menjadi egois itu perlu. Gue udah terlalu lama membiarkan orang lain semena-mena dengan perasaan gue." Ucap Sienna. "Setelah kemarin, untuk pertama kalinya gue nggak cuma diam, dan akhirnya gue merasa lega. Gue senang udah mengatakan apa yang mau gue katakan ke orang-orang seperti mereka."
"Ternyata lo berguna juga ya." Sienna terkekeh. "Sekali lagi makasih."
"1-0." Kanaka sengaja menempelkan busa ke tangan Sienna sambil tersenyum tipis. "Lo punya hutang sama gue."
"Kalo gitu ayo kita buat jadi 1-1." Sienna balas menempelkan busa dengan menusukkannya ke pipi Kanaka. "Lo mau dibayar pakai apa?"
"Ada sesuatu yang mau gue tanya sama lo." Kanaka mengusap pipinya sambil menatap Sienna. "Menurut lo, gimana kalo—"

KAMU SEDANG MEMBACA
Adaptasi
Novela Juvenil[vseulkook au] Hal seklise 'benci jadi cinta' tak akan pernah terjadi di antara Sienna dan Kanaka, mereka sendiri yang menjamin itu. Kebalikan dari Romeo dan Juliet yang saling mencintai namun tidak mendapat restu, mereka justru saling membenci namu...