Adaptasi #28

661 94 31
                                    

Biasanya setiap pagi Kanaka dibangunkan dengan bunyi alarm dari ponselnya. Namun pagi ini jelas berbeda. Tak ada bunyi dari alarmnya, pun ponselnya itu entah terletak dimana. Jangankan ponselnya, Kanaka bahkan tak sedang berada di kamarnya. Mungkin karena alasan itulah pagi ini dia tidak dibangunkan dengan suara alarm, melainkan teriakan dari Sienna.

"KANAKA, LO APAIN GUE, SETAN?!!!!"

Bukan hanya berteriak, perempuan itu juga memukuli kepala Kanaka dengan bantal berkali-kali.

"LO APAIN GUE, BANGSAT!!"

Kanaka masih berusaha mengumpulkan nyawanya saat Sienna sudah berteriak histeris seperti orang yang benar-benar kehilangan kewarasan.

Buk! Buk! Buk!

Sienna kembali memukuli kepala Kanaka, namun bantal itu berhasil ditarik oleh cowok itu.

"Kenapa sih, Na?" tanya Kanaka kesal, masih belum sadar dengan keadaan sekitar. "Masih pagi udah teriak-teriak?"

"Nggak usah pura-pura bodoh, bangsat! Lo apain gue tadi malam?!" Sienna menatap Kanaka murka, air mata mulai mengalir menuruni pipinya. "Udah gila ya lo?!"

Kanaka tersentak, kedua matanya melebar karena terkejut. Matanya mengerjap beberapa kali, lalu dia menolehkan kepalanya dan menyadari bahwa dia sedang berada di kamar Sienna, kemudian yang selanjutnya dia lakukan adalah mengintip ke dalam selimutnya lalu berteriak keras, persis seperti yang Sienna lakukan.

"AAAAAAAKKK!" Kanaka menarik selimutnya untuk menutupi badannya, kemudian dia mendongak untuk menatap Sienna dan kembali berteriak setelah menyadari perempuan itu sama polosnya dengan dirinya. "AAAAKKK!"

"Nggak usah sok-sok kaget!!! Lo sengaja kan?!"

Kanaka menggeleng keras, dia sama sekali tak tahu kenapa mereka bisa berakhir seranjang seperti ini. "Gu-gue nggak—"

Kanaka langsung menelan kalimatnya setelah ingatan tentang tadi malam terlewat di kepalanya. Sekarang Kanaka ingat, tadi malam mereka sama-sama mabuk, dan di luar sedang turun hujan, dia jadi terbawa suasana setelah mengecup bibir Sienna.

Sadar dengan apa yang sudah dia lakukan, Kanaka langsung menutup mulut rapat-rapat dengan tangannya. "Oh, God. What have I done?"

"Keluar lo dari kamar gue sekarang! Keluar, setan!" Sienna kembali memukuli Kanaka menggunakan bantal.

"Nana, please, gue bisa jelasin!" Kanaka berusaha menghindari pukulan perempuan itu. "Tadi malam—"

"DIAM! GUE NGGAK MAU DENGAR! KELUAR!"

"Na, please, percaya sama gue, gue nggak sengaja—"

Buk!

Kepala Kanaka langsung tertunduk setelah mendapat pukulan keras dari bantal yang Sienna lemparkan padanya. Cowok itu terdiam. Sienna juga mulai tenang, namun dia masih menangis tanpa suara.

"Gue benci sama lo." Sienna menolehkan kepalanya, menggenggam erat selimut yang menutupi tubuh polosnya. "Lo pembohong."

Kanaka menolehkan kepalanya menatap Sienna, berusaha mengartikan apa yang perempuan itu maksud.

"Lo bohong waktu bilang nggak akan menyentuh gue." Sienna berucap pelan, air matanya sudah jatuh membasahi selimut.

"Gue sama sekali nggak ada niatan untuk melakukan 'itu' dengan lo karena gue nggak melihat lo lebih dari seorang anak dari sahabat orangtua gue dan kita tumbuh bersama karena tinggal di tempat yang sama."

Kanaka terhenyak. Sekarang dia mengerti apa yang Sienna maksud. Benar, Kanaka pernah mengatakannya sendiri dengan penuh percaya diri bahwa dia tak akan menyentuh Sienna. Namun lihat sekarang, dia sudah merusak dan membuat perempuan yang dia cintai menangis.

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang