Adaptasi #37

309 59 32
                                    

Ini bukan mimpi. Wanita itu benar-benar ibu kandung Kanaka. Sienna masih berada di balik pintu dengan tangan yang bergetar, masih bergelut dengan pikirannya sendiri.
Sienna tak mau Kanaka dibawa pergi. Kanaka adalah milik keluarga ini. Kanaka adalah miliknya.

"Lo jangan egois, kita bukan siapa-siapa."

"Gue nggak akan pergi. Keluarga gue ada di sini."

"Ma, jangan pergi. Temanin aku sebentar."

Isi kepala dan perasaan Sienna seolah diaduk, semuanya bercampur dan membuatnya semakin pusing. Ucapan Kanaka di dalam mimpinya, ucapan Kanaka tempo hari, dan ucapan Kanaka saat dia mimpi buruk. Semuanya menghantui Sienna. Dan belum sempat Sienna mengambil keputusan, pintu tiba-tiba terbuka dan membuat air matanya langsung turun begitu melihat sosok Kanaka muncul.

"Nana, lo kenapa?" Kanaka langsung memegangi kedua pundak Sienna dengan khawatir. "Masih pusing?"

Sienna langsung menggeleng kuat. Iya, dia sedang sangat pusing. Namun sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan tentang dirinya.

"Duduk dulu, ya. Gue udah beliin kebab yang lo mau." Kanaka menuntun Sienna untuk duduk di sofa, tetapi Sienna langsung menahan langkahnya.

"Kanaka, maaf.." Sienna menangis tersedu sambil melepaskan tangan Kanaka dari miliknya, kemudian berlari ke luar rumah dengan air mata yang terjatuh di setiap hentakan kakinya.

"Nana!" Kanaka langsung mengejar perempuan itu.

Saat Sienna sudah berlari ke luar, sosok wanita paruh baya dan anak perempuan itu sudah tak terlihat keberadaannya. Sienna tak tahu harus berlari kemana untuk mengejar mereka.

"Nana, kamu kenapa?" Arvian datang bersama Nano setelah menyimpan mobil.

"Kakak kenapa?" Nano ikut khawatir ketika menyadari kakaknya menangis dengan muka yang pucat.

"Tadi ada yang lihat ibu-ibu sama anak perempuan nggak?" Sienna bertanya dengan tergega-gesa dan panik. "Lihat nggak mereka pergi kemana?"

"Abang nggak ketemu siapa-siapa sih sepanjang jalan."

"Aku juga nggak lihat, cuma ketemu tukang es krim aja tadi di portal depan."

Mendengar itu, Sienna langsung berlari ke tempat yang Nano sebutkan dengan harapan mereka ada di sana karena Sienna mengingat anak kecil itu sempat merengek meminta es krim.

"Kakak mau kemana? Hoy!"

"Nana!" pekik Kanaka yang baru sampai di halaman.

"Nana ngejar siapa sih?" tanya Arvian pada Kanaka. "Bukannya dia lagi sakit?"

Kanaka berdecak kesal, lantas langsung kembali berlari mengejar Sienna.

"Nana!" Kanaka memanggil dengan maksud agar perempuan itu berhenti. "Sienna!"

"Lo kenapa sih?!" Kanaka sedikit berteriak saat berhasil menarik dan menahan lengan perempuan itu. "Nggak ingat sakit ya lo hah? Emang siapa yang lo cari? Biar gue yang kejar! Lo duduk diam aja di rumah!"

Sienna tak menjawab, dia bahkan hampir tak mendengar apa yang Kanaka katakan. Matanya masih sibuk mencari dengan putus asa, walau pandangannya kabur karena air mata.

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang