Adaptasi #1

1.4K 142 48
                                    

"Thanks, Ka." Sienna memberikan helm yang baru saja dia lepas ke Luka agar cowok itu menggantungkannya di spion.

"Urwell, By." Balas Luka dengan senyuman manisnya yang hanya selalu terlihat jika sedang bersama Sienna.

Orang-orang bilang, Luka itu cuek, jutek, dan galak. Auranya terlihat seperti bad boy dengan rambut yang sedikit gondrong dan cara berpakaiannya yang kelewat santai. Dia hanya memakai ripped jeans dan kaos polos yang terkadang dibalut dengan jaket Hima, almamater jurusan, atau berbagai jaket lainnya. Tapi menurut Sienna, Luka itu perhatian, cerewet, dan hangat. Buktinya, cowok itu selalu menawarkan untuk pulang-pergi bareng jika sedang ada jadwal rapat sampai malam, akan mengomel setiap kali Sienna melewatkan waktu makan, dan memperhatikan hal-hal kecil yang ada pada Sienna seperti merapikan rambut cewek itu yang berantakan setelah melepas helm, atau menyeka sudut bibirnya saat sedang makan. Sienna tak mengerti kenapa orang-orang memandang Luka berbeda, atau mungkin, Luka yang memperlakukan Sienna dengan cara berbeda?

"Sienna!" Senyuman Sienna langsung mengembang setelah melihat seorang laki-laki berjalan mendekat dengan tas gitar—bukan, bass-nya.

"Tumben udah datang, Bang." Kata Sienna sambil melakukan jabatan tangan khas Band 6Days—bersalaman, persiapan panco, dan diakhiri dengan tos kepalan tangan. "Ada kelas pagi?"

Cowok itu yang tak lain dan tak bukan adalah Brian, menghela napas berat sambil menggelengkan kepala. "Kelas gue jam sebelas nanti."

"Terus kenapa datang sekarang?" Tanya Luka heran. "Oh, urusan Hima?"

"Nah itu lo tahu." Ucap Brian, lalu menoleh sebentar ke belakang. "Biasalah, Bu Ketum minta ditemanin ngurusin berkas."

Kemudian Brian memajukan badannya dan berbisik, "Manja banget kan?"

"Gue dengar ya, sialan!" Brian sontak memekik saat seseorang menarik rambutnya dari belakang, "Aw! Sakit, Ava!"

"Ngomong tuh yang benar!" Ava melepaskan jambakan rambut Brian sambil mendorongnya pelan. "Manja, palalu! Lo itu wakil ketum, Bri! Kalo bukan juga udah gue buang kali!"

"Nggak sayang, Kak?" Tanya Luka dan Sienna bersamaan yang kontan membuat Ava bergidig geli. "Nggak, nggak ada untungnya juga."

Brian cemberut. "Habis sepah, manis dibuang."

"Habis manis, sepah dibuang!" Ketiga orang itu kompak mengoreksi.

"Iya, maksud gue itu." Brian membela diri. "Udah gue tebengin, malah dikatain. Akhlakless banget!"

"Nebeng sama lo tuh bikin paha gue LDR tahu nggak? Tas gitar lo itu harus banget apa dibawa-bawa?"

"Ini bass, Avadima Ileana." Brian mengoreksi dengan jengah. "Udah gue kasih tahu dua ribu ratus kali tetap aja nggak paham, heran."

"Taruh di depan kan bisa, Bang." Kata Sienna. "Kasian juga Kak Ava harus ngangkang."

"Eits, nggak bisa. Julaiha lebih berharga buat gue, nanti bisa jedak jeduk kalo ditaruh di depan."

"Serah." Ava mendengus, kemudian menatap Sienna. "Sien, lo bawa flash disc-nya kan? Udah dipindahin semua?"

"Oh, ini, Kak." Sienna memberikan diska lepas berwarna hitam yang baru dia keluarkan dari dalam tas kepada Ava. "Udah semua kok. Total ada 32 surat yang harus diprint dan ditandatangan."

"Banyak juga ya, itu udah termasuk SMA dan SMK Swasta?" Tanya Luka yang mendapat anggukan dari Ava dan Sienna. "Mau dikirim semua?"

"Iya, itu jobdesc-nya Divisi Humas." Jawab Ava sambil menatap Luka. "Oh iya, lo udah kasih jobdesc itu ke Divisi Humas kan ya, Pak Ketua Pelaksana?"

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang