Adaptasi #43

270 38 7
                                    

Bagi Kanaka, tinggal bersama Sienna untuk kali kedua hampir tak ada bedanya dengan sebelumnya, walaupun mereka baru bertemu kembali setelah dua tahun. Ia menyamakan tugas yang biasa ia lakukan selama tinggal bersama dulu, mengambil tanggung jawab untuk memasak dan membersihkan rumah. Sedangkan bagi Sienna, ia butuh waktu untuk kembali beradaptasi dengan keberadaan Kanaka. Selama tinggal sendiri, Sienna jarang sekali sarapan dan makan malam di rumah, ia hanya makan siang di kampus dan makan malam di bar tempatnya bekerja. Namun sekarang sudah ada yang memasakkan sarapan dan makan malam, serta menyiapkan bekal untuknya.

Biasanya waktu bangun tidur Sienna selalu mepet dengan kelas pertama, tetapi sekarang ia terpaksa bangun lebih awal karena suara penyedot debu yang Kanaka nyalakan setiap pagi. Walau mulai terbiasa dengan suara berisik Kanaka selama bersih-bersih, Sienna tetap bangun lebih awal karena laki-laki itu mewajibkannya untuk sarapan dulu sebelum berangkat. Selain itu, Kanaka juga akan selalu menjemput Sienna, menemaninya bekerja dan makan malam, lalu pulang bersama.

Kemunculan Kanaka yang terlalu sering di wilayah kampus dan lingkungan kerja Sienna membuat dirinya mulai akrab dengan teman-teman Sienna. Meski awalnya sangat sulit karena Matthew dan Bayu terlihat begitu dekat dengan Sienna dan membuat Kanaka cemburu. Bahkan saat pertama kali bertemu, Kanaka sama sekali tidak ramah setelah melihat tas gitar Sienna dibawakan oleh Matthew, dan Bayu yang dengan gampangnya merangkul dan mengacak rambut Sienna.

"Cowok Amerika itu fasih banget ngomong Bahasa Indonesia, lo yang ngajarin?" Kanaka langsung menyuarakan isi hatinya setelah hampir dua jam menahan diri berada di antara Matthew dan Bayu selama menunggu Sienna selesai bekerja.

"Matthew maksud lo?" Sienna menatap Kanaka yang saat itu sedang meneguk air dari botol yang baru ia keluarkan dari kulkas.

Kanaka menyeka bibirnya. "Ya. Bahasa Indonesia-nya bagus banget, hebat lo ngajarinnya. Tahu gitu, mending lo jadi guru Bahasa Indonesia aja kan? Kuliah di Indonesia, ambil jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, banyak kok di sana. Dari pada lo jauh-jauh kuliah di sini."

Sienna hanya diam, menatap Kanaka lekat. Ia sama sekali tak berniat membalas ucapan laki-laki itu. Bukan karena ia marah, tapi karena ia sangat mengerti apa yang sedang ada di kepala Kanaka. Laki-laki itu pasti marah setelah melihat Sienna lebih dekat dan akrab dengan orang lain, sedangkan saat itu Sienna masih sedikit canggung dengan keberadaannya. Padahal bagi Kanaka, orang yang paling mengenal Sienna adalah dirinya. Tentu saja Sienna bisa memahami apa yang Kanaka rasakan, ia sebelumnya selalu berada di posisi itu. Dan sekarang, posisi mereka tertukar.

"Sorry ..." ucap Kanaka setelah menyadari apa yang sudah ia katakan pada Sienna. "Gue nggak bermaksud--"

"Gue udah nggak pernah minum pake botol lagi." Sienna menatap botol minum yang masih berada di tangan Kanaka.

Kanaka langsung menyentakkan kepalanya. "Ah, sorry. Biar gue cuci botolnya."

"Nggak usah." Sienna langsung menahan tangan Kanaka yang ingin membuang air dari dalam botol ke wastafel. "Lagian cuma ada kita berdua di rumah ini."

Kanaka hanya terdiam, memperhatikan Sienna yang menutup kembali botol itu dan menyimpannya lagi ke dalam kulkas. Kanaka teringat, sebelumnua mereka pernah berada di situasi serupa. Namun lagi-lagi posisinya tertukar, dan respon yang Kanaka berikan tak sebaik Sienna. Kanaka ingat bagaimana ia dan Sienna berdebat cuma karena botol minum.

"Sorry ..." Kanaka berucap pelan, menatap Sienna lekat. "Setelah tinggal sendiri, gue jadi kebiasaan minum pake botol."

"Nggak papa." Sienna tersenyum kecil. "Gue tidur duluan ya."

"Nana ..." panggil Kanaka setelah perempuan itu baru satu langkah meninggalkannya. "Soal yang gue bilang tadi, gue benar-benar minta maaf. Gue sama sekali nggak bermaksud untuk ngomong kayak gitu."

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang