"Ayo balik besok." Kanaka menatap punggung Sienna yang sedang duduk di meja belajarnya. Setelah dua hari cuti kuliah, yang dilakukan perempuan itu hanya marathon drama yang sempat ia tinggalkan karena kesibukan kuliah, organisasi dan juga Bandnya. Namun setidaknya itu lebih baik dari pada hanya tiduran di kasur seperti yang dilakukan Kanaka.
Sienna bergerak memutar tubuh sekaligus kursi yang memang bisa diputar 360 derajat secara horizontal, menatap Kanaka yang duduk bersandar pada kepala tempat tidur.
"Emang lo udah sembuh?"
"Udah dari kemarin."
Mendengar jawaban Kanaka, Sienna sontak mendengus kesal karena sejak pagi tadi cowok itu merengek minta ditemani. "Sembuhnya udah tapi nyusahinnya masih."
"Bosan soalnya, sepi juga nggak ada orang. Bang Arvi kerja, Nano sekolah." Kanaka beralasan. "Lebih sepi lagi kalo gue sendirian di sana, nggak ada lo. Jadi, balik ya. Besok gimana?"
Sienna memicingkan matanya, menatap lawan bicaranya curiga. "Ini ceritanya lo lagi ngebujuk gue atau gimana nih?"
"Lo pikir gue rela absen kuliah demi nyusul lo ke sini karena apa? Karena pengin lo tinggalin sendirian?" sewot Kanaka. "Besok balik bareng gue, gue nggak mau bolos lagi."
"Lo cuma mikirin bolosnya doang?" Sienna menatap Kanaka kesal. "Ada hal lebih penting yang kelewat gara-gara lo nyusul gue ke sini, lo jadi didiskualifikasi dari pemilihan."
"Nggak usah dibahas lagi." Kanaka berdecak. "Dari awal gue juga nggak niat."
"Bohong, lo bilang lo mau ketemu sama ibu kandung lo. Pak Lion janjiin itu kalo lo terpilih jadi Presma, tapi sekarang lo bahkan didiskualifikasi dan nggak punya kesempatan untuk ketemu sama ibu kandung lo lagi."
Kanaka menatap Sienna lekat, terlihat jelas di wajah perempuan itu bahwa dia merasa bersalah karena menjadi alasan Kanaka tak menghadiri debat capresma kemarin.
"Tapi gue sama sekali nggak menyesal. Karena seperti yang lo bilang, Na, gue udah punya keluarga baru. Gue punya Mama, Papa, Bang Arvi, bahkan gue juga punya Bunda, Ayah, Nano, dan lo. Gue punya dua keluarga sekaligus, yang sayang sama gue, unconditionally." Kanaka mencoba membuat Sienna merasa lebih baik. "Yang nggak akan meninggalkan gue walaupun gue nggak sempurna. Gue punya kalian yang selalu ada buat gue. Dan sekarang gue sadar, gue merasa cukup dengan hanya memiliki kalian di hidup gue."
Sienna terkesiap. Siapa sebenarnya laki-laki di hadapannya ini? Kenapa Kanaka mendadak berubah? Laki-laki itu tak pernah berbicara seperti ini sebelumnya—atau mungkin, Sienna saja yang tidak tahu apa yang sebenarnya Kanaka rasakan selama ini?
Ekspresi Sienna yang semula terkejut, perlahan meluruh dan menerbitkan seulas senyum lembut di bibirnya. "Bagus, akhirnya lo sadar juga. Tapi tetap, gue nggak mau balik ke sana lagi."
Kanaka yang awalnya sempat tersenyum, sontak dibuat terkejut dengan penuturan akhir perempuan itu. "Kenapa?"
"Karena lo suka sama gue." Sienna menjawab sekenanya, melirik Kanaka dari sudut matanya dengan tatapan yang dibuat tak suka. "Malas banget ih."
Meski sebenarnya Kanaka sedikit patah hati dengan ucapan Sienna, cowok itu berusaha untuk mengikuti candaan perempuan itu.
"Dih geer banget! Nggak, ya, nggak! Siapa juga yang suka sama lo? Dih!" balas Kanaka tak mau kalah. "Yang kemarin dilupain aja. Otak gue lagi agak korslet kayaknya. Kita keluarga, ya kan?"
Pathetic. Kanaka menghela napas di sela-sela ia tertawa bersama Sienna. Karena tahu cintanya tak akan dibalas oleh Sienna, satu-satunya yang bisa Kanaka lakukan adalah pura-pura tak menyukainya agar dia tetap bisa berada di sisi perempuan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/237285447-288-k923645.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Adaptasi
Teen Fiction[vseulkook au] Hal seklise 'benci jadi cinta' tak akan pernah terjadi di antara Sienna dan Kanaka, mereka sendiri yang menjamin itu. Kebalikan dari Romeo dan Juliet yang saling mencintai namun tidak mendapat restu, mereka justru saling membenci namu...