Sienna menatap tajam dua cowok dengan muka babak belur yang sedang duduk tegak di sofa di hadapannya. Setelah pertengkaran di depan apartemen tadi, Sienna langsung memaksa Kanaka dan Luka untuk berbaikan, namun kedua cowok itu dengan tegas menolak sehingga membuat Sienna terpaksa menyeret mereka masuk ke dalam apartemennya.
"Tunggu sini, gue ambilin kompres sama obat merah." Sienna menatap mereka tegas. "Jangan berantem lagi selama gue tinggal, baikan, oke?"
Kanaka dan Luka kompak mendengus dan membuang muka. "Nggak mau!"
"Bocil banget sih." Sienna berdecak. "Awas aja ya kalo gue balik kalian malah pukul-pukulan lagi!"
"Tergantung, kalo dia nggak mulai duluan." Luka menyindir, mengingat perkelahian mereka memang dimulai oleh Kanaka yang tiba-tiba memukulnya setelah muncul entah dari mana.
Kanaka langsung menoleh dan melototi cowok itu. "Siapa suruh lo ngecelakain Sienna!"
"Ngecelakain?!" Luka balas melototi Kanaka tak terima. "Jaga mulut lo ya! Gue nggak pernah sedikitpun punya niat buat ngelukain Sienna!"
"Mau ngelak lo? Gue liat sendiri gimana lo ngebonceng Sienna tadi, kalo sampai terjadi apa-apa, lo mau tanggung jawab hah?"
"Astaga, udah!" Sienna langsung memekik, membubarkan adu mulut dua cowok itu. "Belum juga gue tinggal, masa udah berantem lagi sih?!"
"Pegangan tangan sekarang!" titah Sienna sambil berkacak pinggang layaknya seorang ibu yang sedang menghukum anaknya.
"Nggak mau!"
Sienna langsung mendesis dan melotot galak. "Pegangan!"
Masih tak mau menurut, Luka dan Kanaka kembali membuang muka, persis seperti anak kecil yang sedang ngambek.
Decakan kembali keluar dari mulut Sienna. "Kalo nggak nurut, gue kunciin kalian berdua di sini sampai besok."
"Gue punya kunci sendiri," ucap Kanaka dengan santainya.
Sienna mendengus, dia hampir lupa bahwa dia tinggal di bawah atap yang sama dengan Kanaka.
"Yaudah.." Sienna menghela napas frustasi. "Terserah kalian mau gimana, gue mau pergi aja, nginap di rumah Wendy atau Kak Ava. Nggak usah ada yang jemput gue atau bawain gue bekal, dan nggak usah ngomong sama gue. Gue nggak akan balik sampai kalian benar-benar baikan."
Tepat setelah Sienna membalikkan badan, masing-masing tangannya langsung ditahan oleh Kanaka dan Luka.
"Jangan pergi," lirih mereka hampir bersamaan.
Sienna menghela napas lelah, kemudian membalikkan badannya lagi tanpa membiarkan tangan mereka terlepas dari tangannya. "Makanya jangan bandel! Cepat baikan!"
Belum mengindahkan ucapan Sienna—mungkin karena terlalu gengsi—Kanaka dan Luka hanya saling lirik-lirikan.
Jengah dengan sikap bocah kedua cowok itu, Sienna langsung melepaskan tangan mereka dari tangannya kemudian membuat kedua tangan itu saling berpegangan. "Gini doang kok ribet!"
"Tahan sampai gue balik! Awas aja kalo udah lepas sebelum gue balik lagi!"
Kanaka dan Luka hanya menghela napas pasrah, kemudian tak sengaja saling pandang, dan langsung kembali membuang muka.
Sienna tersenyum gemas melihat kelakuan mereka yang sudah seperti anak kembar yang sedang dihukum setelah bertengkar.
"Baikan, ya, adik-adik!" Sienna mengacak rambut Luka sambil terkekeh manis, kemudian melengos pergi.
Berbeda dengan Luka yang dibuat mesem-mesem, Kanaka hanya bisa melihatnya dengan tatapan cemburu. Hatinya seolah berkata ini tidak adil! Dia juga mau kepalanya dielus seperti itu!
![](https://img.wattpad.com/cover/237285447-288-k923645.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Adaptasi
Teen Fiction[vseulkook au] Hal seklise 'benci jadi cinta' tak akan pernah terjadi di antara Sienna dan Kanaka, mereka sendiri yang menjamin itu. Kebalikan dari Romeo dan Juliet yang saling mencintai namun tidak mendapat restu, mereka justru saling membenci namu...