Adaptasi #41

235 43 13
                                    

Saat Sienna memutuskan untuk tidak melihat ke belakang lagi, maka ia benar-benar melakukannya. Ia tinggalkan semuanya di belakang. Kini ia sudah sangat jauh dari rumah. Jauh dari hal-hal yang selama ini ia kenal dengan sangat baik. Keputusannya sudah sangat bulat saat mengatakan ia akan mulai memikirkan dirinya sendiri. Ia berhasil masuk ke perguruan tinggi yang benar-benar ia inginkan, juga berhasil meyakinkan keluarga terutama ayahnya.

Beni memberinya ijin dengan beberapa syarat. Pertama, Sienna harus diikuti dan diawasi langsung oleh Beni selama satu semester awal. Kedua, harus mengabari setiap hari tanpa alasan apapun. Ketiga, laporan nilai tiap akhir semester dengan catatan jika nilai semesternya turun, maka Beni akan datang lagi untuk mengawasinya sampai semester selanjutnya dan memastikan ada kenaikan nilai. Keempat, diwajibkan pulang ke rumah jika libur perkuliahan, paling tidak satu tahun sekali. Sienna sudah memenuhi persyaratan yang diberikan padanya, kecuali persyaratan terakhir. Ia tak pernah pulang semenjak pertama kali menginjakkan kaki di Boston.

Musim dingin tahun ini adalah musim dingin kedua bagi Sienna. Seisi kelasnya, bahkan semua orang yang Sienna temui, sudah menggunakan pakaian dan jaket tebal sejak minggu lalu. Penghangat ruangan menyala di setiap gedung, bahkan di beberapa sudut jalan ada yang menyalakan api untuk menghangatkan tubuh mereka. Namun salju pertama belum terlihat akan turun hari ini.

Sienna menolehkan kepalanya dari jendela dan kembali menatap ponsel di tangannya yang sedang menampilkan foto Dino dan Dimas yang menghadiri wisuda Raka, Brian, dan Jeje di grup 6Days yang dikirim dua hari lalu. Sienna mengirimkan ucapan selamat dan langsung mengunci layar ponselnya. Sienna mencoba kembali fokus memperhatikan professor yang sedang menjelaskan di depan kelas, tetapi ia teringat dengan satu pesan lain yang belum ia balas. Sienna kembali membuka ponselnya, membuka pesan dari Kanaka yang juga sudah wisuda dua hari lalu dengan selempang bertulis 'cumlaude'. Namun belum sempat mengetik apapun, fokus Sienna langsung buyar karena teman-teman kelasnya kompak bergerak mengemas barang setelah professor menutup kelas hari ini.

Sienna menyimpan ponselnya dan mengemasi barangnya di atas meja. Teman-temannya mulai meninggalkan ruangan, menyisakan dirinya dan seorang laki-laki yang yang berjalan mendekatinya. Laki-laki itu adalah seorang professor yang baru saja selesai mengajar di kelasnya, perawakannya terlihat lebih muda dari semua pengajar yang Sienna kenal. Mungkin umurnya hanya beberapa tahun lebih tua dari Arvian dan Niko.

"You bring your guitar with you?" tanya laki-laki tinggi itu dengan aksen lokal yang kental.

Sienna hanya mengangguk sambil mengangkat tas gitar miliknya dari atas lantai.

"Okay, let's go." Laki-laki itu mengambil tas itu dan langsung menyangdangnya di bahu kirinya.

Sienna yang masih duduk di tempatnya, hanya bisa menatap bingung pada professornya itu. "You're coming with me?"

"Yup, I'll sing there with you."

"What is it, Matt? You never did it before." Sienna hampir tertawa melihat kelakuan laki-laki itu yang tak pernah bisa ia tebak. Sebelumnya, Matthew meminta Sienna untuk memanggilnya dengan namanya saja karena ia merasa tua jika dipanggil 'professor' seperti pengajar lain. Dan sekarang, tiba-tiba ia ingin menemani Sienna menyanyi.

"Because I notice that you're looking so sad. Is it because the weather or you just miss your family?"

Sienna tak menjawab, ia hanya mendengus dan bangkit dari duduknya. "Let's go."

Matthew hanya tertawa dan berlari menyusul muridnya. Di sepanjang jalan ia membalas senyuman setiap mahasiswa yang berpapasan dengan mereka berdua. Matthew yang populer di kalangan mahasiswi karena pesona wajahnya yang tampan dan sikapnya yang ramah, secara tidak langsung membuat Sienna juga ikut dikenal di kalangan mahasiswa bahkan professor karena kedekatannya dengan Matthew. Sienna tak begitu mempedulikannya, tetapi ia tetap memberi batasan karena tak ingin kejadian yang selama ini menimpanya dengan Kanaka selama di Indonesia terulang lagi di sini.

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang