Adaptasi #33

320 64 34
                                    

Sama sekali tidak ada kabar dari Luka semenjak rumor tentangnya dan Cantika tersebar. Luka menonaktifkan ponselnya, tidak pernah masuk kuliah lagi, dan menghilang entah kemana.

Sienna sudah melakukan semua cara untuk membersihkan nama Luka, dan mengerahkan lebih banyak usaha untuk mencari keberadaan laki-laki itu. Namun hasilnya nihil. Orang-orang menjadi risih dengannya, dan Raka yang merupakan sahabatnya dan juga saudara kandung Luka sama sekali tidak membantu.

Untungnya ada Kanaka yang setia menemaninya sejak hari pertama. Ketika Sienna sibuk membela Luka, di saat yang bersamaan Kanaka akan melindunginya dari caci maki semua orang.

"Hari ini lo langsung pulang aja ya, soalnya lo udah keseringan pulang malam, Na. Bunda khawatir lo kecapean." Kanaka berkata pada Sienna yang duduk di sebelahnya, kemudian memberikan sekotak susu dan sebungkus roti pada perempuan dengan pandangan kosong itu. "Ini, lo belum makan kan?"

"Gue belum bisa tenang kalo masalah ini belum selesai, Ka. Udah satu minggu dan gue nyaris nggak mendapatkan apapun. Pers Mahasiswa nolak untuk ketemu sama gue, pihak BEM juga nggak memberikan jawaban yang memuaskan." Sienna menatap Kanaka dengan putus aja. "Dan gue bahkan nggak tahu Luka sekarang ada dimana dan kondisinya gimana."

"Makan dulu, ya." Kanaka membukakan bungkus roti dan menyodorkannya ke depan mulut Sienna. "Masalahnya nggak akan selesai kalo lo sampe sakit."

"Gue punya kabar baik yang mau gue sampein, tapi lo makan dulu, ya?" bujuk Kanaka. Sienna akhirnya menurut dan menerima susu dan roti itu.

"Gue udah buat janji sama ketua Pers Mahasiswa, dan dia setuju untuk ketemuan." ucap Kanaka yang langsung membuat sorot mata Sienna bersemangat. "Tapi dia cuma mau ketemu sama gue, lo nggak bisa ikut."

Sienna mendengus. "Lucu banget, mereka punya konspirasi apa sih tentang gue sampe segitu nggak sudinya?"

"Lo punya hubungan yang dekat sama Luka, mereka khawatir lo hanya akan memberikan pembelaan dengan argumen yang bias."

"Kalo bukan gue terus siapa yang akan bela Luka? Semua orang udah kemakan sama rumor sialan itu, mereka nggak memberikan kesempatan untuk Luka membela diri. Raka bahkan nggak peduli. Terus siapa yang bakal bela Luka kalo bukan gue?"

Kanaka hanya bisa menatap Sienna yang saat ini menundukkan kepalanya. Saat melihat Sienna menangis, Kanaka langsung menarik tangan perempuan itu yang sedang memegang roti dan mengarahkannya ke depan mulutnya yang bergetar.

"Makan dulu." Kanaka sedikit menekan suaranya. "Nggak papa sambil nangis, tapi harus makan."

Sienna berdecak. "Gimana gue bisa makan kalo--"

"Makan." Kanaka langsung menyumpal mulut perempuan itu dengan roti. "Gue punya berita baik lainnya, tapi lo harus habisin roti sama susunya dulu."

Kali ini Sienna benar-benar menurut, mulai memakan rotinya sedikit demi sedikit meski sesungguhnya dia sama sekali tak berselera makan. Kanaka mengeluarkan sebungkus roti lagi dari dalam tasnya, kemudian memakannya untuk menemani Sienna agar tidak merasa sendirian.

Kanaka mengunyah rotinya sambil memastikan Sienna benar-benar menelan makanan untuk mengisi perutnya hari ini. Kanaka sama sekali tak melepas pandangannya sampai Sienna menghabiskan roti itu.

"Jadi ada kabar baik apa lagi?" tanya Sienna setelah meminum habis susu yang Kanaka berikan.

"Lo nggak perlu khawatir lagi soal Luka ada dimana." kata Kanaka. "Selama ini dia ada di rumahnya."

"Nggak, dia nggak ada di sana."

"Lo udah pastiin sendiri?"

Sienna mengangguk. "Gue udah pernah ke sana, tapi bokapnya bilang dia nggak ada di rumah. Dan Bang Raka juga bilang gitu."

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang