Adaptasi #14

564 125 137
                                    

"Lagi buru-buru?" Tanya Kanaka pada Sienna yang tidak mengambil tempat untuk sarapan dengannya, melainkan hanya meneguk segelas air dalam posisi berdiri.

Bukannya menerima jawaban, Kanaka justru mendapatkan lirikan tajam dari cewek itu dan gertakan dari gelas yang dia hentakkan di atas meja. Kanaka lantas terkejut dan langsung cegukan karena tersedak makanan yang belum sempat masuk ke perut.

"Lo kenapa sih?!" Kesal Kanaka sambil susah payah mencapai segelas air dan meneguknya. "PMS lebih awal bulan ini?"

Sienna tak menjawab, menatap Kanaka lekat sambil membenarkan posisi ranselnya untuk bersiap pergi. Namun sebelum benar-benar pergi, dia bertanya terlebih dahulu. "Ada yang mau lo omongin sama gue?"

"Ya." Ucap Kanaka yang susah payah menahan cegukannya. "Hik. Hik."

"Soal apa?" Tanya Sienna, kemudian langsung menyela sebelum Kanaka sempat membuka mulut. "Soal 6Days yang udah tahu semuanya dari lo?"

Ditembak seperti itu oleh Sienna, Kanaka lantas melotot terkejut dan cegukannya semakin menjadi. "Hik! Hik!"

"Kenapa nggak sekalian lo kasih tahu semua anak mesin biar puas sekalian?" Sindir Sienna dengan kesal. "Gue cuma nggak sengaja membuat Kanaya tahu tentang kita, toh lo juga udah ngebalas itu ke Luka. Terus kenapa harus bawa teman-teman gue segala? Serius, Naka, sebenarnya lo ada dendam apa sih sama gue?"

"Kenapa dipermasalahin sih?" Tanya Kanaka setelah meneguk segelas air untuk menghilangkan cegukannya. "Toh lo juga berencana untuk kasih tahu mereka kan?"

"Kenapa dipermasalahin?" Sienna mengulangi pertanyaan Kanaka dengan tak suka. "Kenapa juga lo harus ikut campur urusan gue? Lagian sejak kapan sih lo ngomong sama teman-teman gue? Sejak kapan lo peduli?"

"Emang apa salahnya kalo gue yang kasih tahu? Toh akhirnya mereka juga akan tahu, ntah itu dari gue atau dari lo."

"Tapi nggak kayak gitu caranya, Ka!" Kesal Sienna. "Gue bisa urus sendiri, lo nggak usah ikut campur!"

"Kok lo marah sih?" Kanaka jadi ikutan kesal karena bingung. "Lo sendiri yang bilang, mereka teman-teman lo, wajar kan kalo mereka juga tahu?"

"Justru karena mereka teman gue, seharusnya mereka tahu dari mulut gue sendiri, bukan dari mulut orang lain!"

"Mulut orang lain?" Sela Kanaka tak terima. "Masalah itu juga menyangkut nama gue, Na! Gue juga berhak untuk kasih tahu ke mereka!"

"Tapi mereka teman gue, bukan teman lo! Mereka urusan gue, bukan urusan lo!" Suara Sienna meninggi. "Saat lo dengan Kanaya, apa gue pernah ikut campur urusan kalian? Bahkan sejak awal, gue nggak menimbulkan masalah ini dengan sengaja, tapi lo justru menuduh dan menyalahkan gue, padahal jelas-jelas lo yang salah!"

"Dan lo juga udah langsung ngebalas gue dengan menyeret Luka, apa itu belum cukup?" Tanya Sienna setengah kesal setengah pedih. "Lo emang nggak pernah berubah, Ka! Lo egois! Brengsek! Lo tahu itu?!"

Kanaka terkejut. Ini bukan pertama kalinya Sienna mengatainya seperti itu, namun Kanaka baru kali ini merasakan bahwa cewek itu mengatakannya dengan sungguh-sungguh.

"Lo selalu melakukan semuanya sesuka hati lo aja, seolah dunia ini hanya berputar untuk lo sendiri! Lo orang pendendam yang selalu ngebalas apapun yang orang lakuin ke lo!" Kanaka makin terkejut, Sienna seolah sedang mengurutkan semua sifat buruknya yang selama ini tidak ia sadari memilikinya. "Lo pikir gue nggak bisa kayak gitu juga?"

"Lo pikir gue nggak bisa ngasih tahu ke teman-teman lo juga?" Sienna tersenyum miring di akhir ucapannya. "Ya, sayangnya gue memang nggak bisa."

"Lo tahu kenapa?" Sienna membenarkan posisi ranselnya dan menatap Kanaka sinis sambil bersiap mengambil langkah untuk pergi setelah menjawab pertanyaannya sendiri, "Karena lo bahkan nggak punya teman."

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang