Adaptasi #7

664 123 89
                                    

Hari ini adalah hari pertama pelaksanaan HMM Fair, namun Sienna sudah terlihat kelelahan sejak pagi. Bagaimana tidak, tadi malam Sienna hampir tidak tidur dan dia menyalahkan Sang Ketua Pelaksana yang tiba-tiba mencium pipinya malam tadi dan membuatnya kepikiran sampai subuh.

Belum ada bibir yang pernah menyentuh pipi Sienna selain milik ayah, ibu, dan juga adiknya yang sudah jijik bersentuhan dengannya semenjak beranjak dewasa. Dan tiga kata dalam rangkaian bahasa inggris yang terus terngiang di telinga Sienna setiap kali melihat atau bahkan mengingat Luka membuat wajahnya memanas. Maka dari itu, sedari tadi Sienna berusaha untuk menghindari cowok itu karena tak mau Luka melihat pipinya yang memerah dan sikapnya yang mendadak gugup.

Tapi mana bisa, Luka sudah lebih dulu memperhatikan Sienna sejak menjemputnya tadi pagi sampai istirahat makan siang, cowok itu langsung mendekati Sienna begitu selesai makan.

"Lo sakit?" Luka langsung memeriksa suhu badan Sienna dengan menempelkan telapak tangannya di kening cewek itu. "Badan lo anget, istirahat aja ya."

"Gue nggak sakit." Sienna menurunkan tangan Luka dengan mata yang jatuh ke bawah. "Cuma ngantuk aja."

"Tapi lo keliatan capek dan muka lo merah."

Sienna menolehkan kepalanya, menghindari kontak mata dengan lawan bicara. "Itu karena tadi malam gue nggak bisa tidur."

"Kenapa nggak bisa tidur?" Tanya Luka sambil mencoba mempertemukan mata mereka. "Ada masalah?"

Sienna hanya menggeleng. Menyerah karena tak bisa membuat Sienna melihatnya, Luka menghela napas pasrah.

"Gue ada salah ya, By?"

Sienna tersentak, lantas langsung menatap Luka yang menatapnya dalam. "Hah?"

"Lo dari tadi nggak mau lihat gue, bahkan sejak kita briefing tadi pagi." Kata Luka. "Gue ada ngelakuin sesuatu yang membuat lo marah?"

Kini giliran Sienna yang menghela napas, cewek itu berusaha mati-matian untuk tahan menatap ke mata Luka agar cowok itu tidak berpikir begitu. Namun, nihil, kalimat 'I love you, By' terus terngiang di kepalanya semakin lama ia menatap sepasang mata itu.

"Lo beneran sakit ya?" Luka langsung menangkup pipi Sienna dengan panik. "Muka lo makin merah."

Luka bodoh, memangnya ini karena siapa?!Sienna ingin memakinya begitu.

"Istirahat aja ya, By?" Bujuk Luka. "Gue anterin lo ke Unit Kesehatan, di sana juga ada anak kesehatan yang bisa jagain lo."

"Tapi acaranya—"

Luka langsung menggeleng. "Lo juga nggak ada jobdesc di hari H, jadi jangan khawatir."

"Tapi gue butuh data pemenang dan yang lanjut ke babak final besok."

"Ada anak-anak acara yang handle, nanti gue suruh mereka lapor ke lo selesai acara." Kata Luka. "Udah, sekarang lo istirahat aja, jangan dipaksain."

"Ayo, ke Unit Kesehatan." Luka menarik lembut tangan Sienna.

"Gue istirahat di Sekret aja." Kata Sienna sebelum Luka sempat menyeretnya pergi. "Cuma butuh tidur kok, nggak perlu anak kesehatan segala. Kalo gue di Unit Kesehatan, nanti adik-adik yang sakit nggak kedapatan tempat, dan anak kesehatan jadi kuwalahan ngurusin gue."

"Serius mau di Sekret aja?" Tanya Luka yang mendapat anggukan dari Sienna. "Nggak papa sendirian di sana?"

"Nggak papa, Ka. Gue cuma butuh tidur aja." Sienna mencoba memastikan. "Kalo udah mendingan, nanti gue nyusul lagi ke lapangan."

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang