Adaptasi #40

326 49 19
                                    

Sienna berdiri di depan pintu rumah berwarna putih itu. Kanaka dan Arvian memperhatikannya dari rumah sebelah, menyemangati dan meyakinkan Sienna untuk mengetuk pintu kayu itu. Sienna menarik napas dalam, menahannya sebentar sebelum menghembuskannya sambil mengetuk pintu.

Tok..tok..tok...

Ketukan pertama masih belum mendapatkan jawaban. Sienna lanjut mengetuk sampai pintu itu terbuka. Karena seperti yang Kanaka bilang, dia sudah terlanjur sampai di titik ini. Tidak ada jalan untuk putar balik.

Tok..tok..

Pintu itu langsung terbuka sebelum Sienna menyelesaikan ketukan keduanya. Seorang perempuan yang membuka pintu itu, terlihat dari rok berwarna krem yang gantung di kaki putihnya yang kurus.

"Nana, ya?" tanya perempuan itu yang langsung membuat Sienna mengangkat kepalanya.

Kedua mata Sienna melebar saat akhirnya bertatapan dengan wajah perempuan yang Sienna asumsikan adalah istri abangnya sekaligus ibu dari anak yang tadi memeluk Niko. Rasanya seperti ada petir yang menyambar di dalam dada Sienna saat ia menyadari perempuan yang berdiri di depannya saat ini adalah seseorang yang sangat ia kenal.

"Beneran Nana ya?" perempuan itu tersenyum dengan lesung di pipinya, berjalan mendekat dan meletakkan kedua tangannya di atas pundak Sienna. "Kakak sampai pangling karena dulu rambut kamu nggak pernah dipotong pendek."

Belum sempat Sienna memproses perasaannya saat melihat sosok istri Niko, perempuan itu tiba-tiba memeluknya. "Kamu apa kabar, Na? Udah gede jadi makin cantik ya."

Sienna merasa napasnya mulai sesak, padahal pelukan itu sama sekali tidak erat. Perempuan itu memeluknya dengan hangat, tetapi Sienna merasa dadanya terbakar. Buru-buru Sienna melepas pelukan itu sebelum panas di dadanya naik ke mata. Sienna membuang pandangannya, seperti tidak sudi menatap perempuan itu.

"Aku mau ketemu Bang Niko." Sienna menekan kalimatnya sambil menahan napas, ia dapat merasakan panas di dalam dadanya mulai mencapai mata.

Perempuan berlesung pipi itu menatap Sienna lekat. Menilai sikap dingin dari adik suaminya yang menolak pelukannya dan menghindari tatapannya, ia tahu Sienna pasti membenci dan menyalahkannya atas kepergian Niko selama enam tahun ini.

"Nana--"

"Kak Raya!" Sienna langsung menyela dengan suara yang meninggi sambil menarik tangannya sebelum perempuan itu sempat menyentuhnya. "Aku mau ketemu sama Bang Niko."

Teriakan Sienna membuat Raya terkejut. Ia tak menyangka seorang perempuan yang selama ini ia kenal sebagai anak yang sangat baik, tiba-tiba membentaknya di hari pertama mereka bertemu kembali. Namun Raya tak menyalahkan sikap itu. Ia tahu, wajar bagi Sienna untuk bersikap demikian.

"I-iya, tapi Niko lagi nggak ada di rumah. Jadi, kamu--"

Sienna langsung berdecak kesal. "Nggak ada di rumah?"

Raya hanya diam. Nada bicara Sienna terkesan mengintimidasi. Terdengar seperti Beni, dan Niko jika sedang marah.

"Nggak ada di rumah atau Kakak mau sembunyiin dia lagi dari aku? Dari semua keluarganya?" Sienna menatap Raya tajam, matanya memerah dan bibirnya sedikit bergetar. "Enam tahun nggak cukup ya? Bahkan satu hari aja, aku nggak boleh ketemu sama abangku sendiri?"

Dugaan Raya benar. Sienna menyalahkannya. Raya tak mencoba membela diri, ia hanya menatap Sienna dengan tenang.

"Niko udah cerita, katanya kamu mau datang." ucap Raya sambil tersenyum tipis. "Dia sampai minta dimasakin banyak, katanya mau makan bareng kamu."

Sienna kembali membuang mukanya, menghindari pandangan Raya saat ia merasakan matanya benar-benar panas. Air matanya sudah berada di ujung pelupuk mata, tapi ia masih berusaha menahannya.

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang