Adaptasi #8

633 135 134
                                    

"Ini panitia kesehatannya kemana sih?!" Raka berseru kesal ketika mereka sudah sampai di tenda kesehatan namun tidak menemukan siapapun di sana.

Sienna sudah dibaringkan di tempat tidur dengan kondisi setengah sadar dan lemas. Matanya menatap sayup pada kelima cowok yang mengelilinya dengan panik. Brian masih duduk di tepi tempat tidur setelah membaringkan tubuh Sienna, Dino sibuk membongkar kotak P3K untuk mencari minyak kayu putih, Dimas hanya bolak-balik melihat Sienna dengan khawatir dan Jeje yang sibuk menelepon teman kepanitiaannya, sedangkan Raka dari tadi sudah mencak-mencak di depan tenda.

"Kesehatan! Mana panitia kesehatan?!" Teriak Raka yang membuat orang-orang yang lewat menoleh padanya karena terkejut. "Kok nggak ada yang stand by sih! Ada yang sakit ini! Woi!"

"Sabar, Ka, gue udah telepon Koordinator Kesehatannya." Jeje berusaha tenang dan menenangkan sahabatnya itu. "Mereka lagi ngerestok obat."

Brian berdecak kesal. "Ngerestok obat emang harus dilakuin sama semua orang? At least ada satu yang jaga di sini!"

"Nggak semua," Kata Jeje berusaha membela kepanitiaannya. "Anak kesehatan juga disebar di beberapa titik, harusnya ada satu atau dua orang yang terus stand by di sini tapi gue juga nggak tahu mereka pada kemana."

"Bang, pada diem dong! Siennanya lagi pusing nih!" Kata Dino sambil membantu Sienna untuk menghirup minyak kayu putih yang dia temukan di kotak P3K. Kemudian cowok itu memelankan suaranya ketika berbicara dengan Sienna. "Kepala lo mau gue pijetin nggak?"

Sienna hanya menggeleng lemah.

"Dia belum makan, makanya lemes gitu." Ucap Dimas pada Dino, kemudian menoleh ke Sienna yang menatapnya sayup. "Gue beliin makan ya? Mau makan apa?"

"Ada apa aja emang di bazaar depan?" Tanya Dino. "Ada yang jual nasi nggak?"

"Gue kurang tahu, tapi nanti gue coba cari." Jawab Dimas. "Jadi lo mau makan apa, Na?"

"Mau minum." Jawab Sienna lemah. "Tenggorokan gue kering."

"Oke, tunggu bentar, gue beli akua." Dimas dengan sigap langsung meninggalkan tenda menuju bazaar.

Dino kembali membongkar kotak obat untuk mencari obat maag karena dia yakin Sienna seperti ini karena asam lambungnya naik akibat dari telat makan. Jeje masih sibuk dengan ponselnya, menelepon semua orang yang bisa diandalkan di saat-saat seperti ini. Dan Raka masih marah-marah memanggil panitia PolyFair yang tak terlihat di sekitarnya.

"Makannya mau apa?" Kini Brian yang bertanya menggantikan Dimas, sorot matanya terlihat khawatir, sama dengan ketiga cowok lainnya.

Sienna menatap Brian cukup lama sebelum akhirnya menjawab dengan senyuman malu, "Nasi padang."

"Okay." Brian mengangguk mantab. "Lauknya ayam bakar kayak biasa, kan?"

Sienna hanya mengangguk.

"Kalo gitu tunggu bentar, gue sama Dino pergi beli dulu." Brian bangkit setelah mengacak pelan puncak kepala Sienna.

"Ah, sial! Obatnya nggak ada!" Kesal Dino sambil menghempaskan kotak itu di atas meja.

"Kan gue udah bilang mereka pergi ngerestok obat!" Kata Jeje tak kalah kesal. "Tunggu bentar, mereka lagi di jalan!"

"Udah, udah." Brian langsung menengahi sebelum dua orang itu membawa kekesalan mereka ke tahap yang lebih lanjut. "Dino, lo ikut gue beli nasi padang buat Sienna. Yang lain mau nitip nggak?"

"Nggak usah." Raka langsung menyela. "Beli satu aja dulu buat Sienna, takutnya kelamaan. Nanti yang lain biar beli sendiri aja."

"Oke, kalo gitu gue sama Dino pergi dulu." Kata Brian, kemudian melirik Sienna yang sudah menutup mata dan memunggungi mereka. "Kalian jagain Sienna."

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang