Prolog

2.4K 174 10
                                    

Seorang gadis yang tinggal serumah dengan laki-laki yang bahkan tak ada hubungan darah sama sekali sudah pasti akan mengundang fitnah dan berujung menjadi aib keluarga. Tapi bagaimana jika itu justru merupakan ide dan kesepakatan dari kedua pihak keluarga?

Benar, ini aneh. Sienna bahkan tak dapat memikirkan hal lain, selain bahwa keluarganya dan keluarga Kanaka mungkin sudah gila. Memangnya orangtua mana yang memaksa anaknya untuk tinggal dengan anak orang lain tanpa memikirkan bahwa mereka mungkin tidak akan berbuat zina? Maksud Sienna, bukannya dia mau berbuat begitu, tapi, ya, bagaimana ya, Sienna sendiri bingung mengatakannya.

Sienna bahkan pernah memproteskan hal tersebut ke orangtuanya, namun jawaban yang diterimanya malah, "Ya bagus, berarti kalian tinggal kami nikahkan aja". Sungguh, jika saja menjual orangtua itu bukan perbuatan dosa, Sienna pasti sudah melelang orangtuanya di situs belanja online. Tapi jika dipikir-pikir lagi, sepertinya tidak akan ada yang mau membeli bahkan jika digratiskan atau dibayar sekalipun.

Hanya karena orangtua mereka bersahabat dekat sejak sekolah dasar, bukan berarti mereka juga bisa sedekat itu. Sienna dan Kanaka bahkan sudah tidak akur di hari pertama mereka bertemu. Selalu disekolahkan di tempat yang sama dengan tujuan agar hubungan mereka membaik, justru membuat semuanya semakin memburuk.

Sienna tak menyukai sikap palsu Kanaka yang selalu ingin terlihat sempurna, dan Kanaka tak menyukai Sienna yang tak bisa menjaga sikap. Mereka memang ditakdirkan untuk saling membenci, dan itu tidak bisa diperbaiki.

Terbukti dari waktu satu tahun lebih yang sudah mereka habiskan untuk tinggal bersama tidak merubah apapun selain kebencian mereka yang semakin pekat.

Brak!

Sienna membuka pintu kamarnya bersamaan dengan terbukanya pintu yang ada di seberang kamarnya. Sienna menatap tajam sosok Kanaka yang baru keluar dari kamarnya, kemudian Sienna menutup pintu dan langsung melengos ke dapur.

Mata Sienna menemukan dua telur mata sapi di atas meja makan, kemudian mendengus karena tahu bahwa kedua telur itu dimasak oleh Kanaka untuk dirinya sendiri. Hanya cowok itu yang bisa memasak di rumah ini dan dia tak pernah memasak untuk Sienna. Lantas Sienna menuju kulkas, mengambil sereal dan susu.

Begitu Sienna kembali ke meja makan, Kanaka sudah duduk di kursinya. Ukuran meja makan yang kecil membuat mereka mau tak mau harus saling berhadapan saat sarapan. Mereka tentu saja tidak saling menatap, sibuk dengan ponsel masing-masing sambil menikmati sarapan mereka.

Trililing trililing!

Teriakan ponsel Sienna yang memecah keheningan sontak membuat Kanaka terlonjak kaget. Sienna langsung mengangkat panggilan itu setelah melihat nama Luka tertera sambil membalas pelototan mata Kanaka.

"Halo?" Sambut Sienna sebelum memasukkan sesendok sereal ke dalam mulut.

"By, lo belum berangkat kan?"

Sienna susah payah menelan makanannya, "Belum, kenapa Ka?"

"Lo berangkat bareng gue ya, hari ini kita ada rapat sampe malam. Nanti pulangnya gue antar."

"Oh, boleh. Nanti tunggu di parkiran depan ya."

"Gue udah di lobi apartemen lo sih, ini mau naik lift."

Sienna langsung terbatuk dan menyemburkan sisa susu di dalam mulutnya ke kaos Kanaka yang sontak membuat laki-laki itu melotot dan meneriakinya, "Woi!"

"Sst!" Sienna meletakkan jari telunjuknya di depan bibir, menyuruh Kanaka untuk tak bersuara, kemudian dia kembali berbicara di telepon sambil memberi kode ke Kanaka. "Ha? Gimana maksudnya Ka? Lo udah di lift?"

Kanaka sontak melotot panik.

"Iya, lo lantai 12 kan?"

"Iya, lo nggak bisa tunggu di Lobi aja ya?" Sienna berusaha tak terdengar gelisah. "Gue bentar lagi turun kok."

"Gue udah sampe di lantai 12 nih."

"Lo udah sampe di lantai 12?!" Sienna sontak berdiri, Kanaka yang memperhatikannya refleks meniru.

"Dia kenapa bisa ke sini sih?!" Tanya Kanaka dengan kesal, suaranya serupa bisikan agar tidak terdengar oleh Luka di seberang sana.

Sienna hanya mengangkat bahunya dan menyuruh Kanaka untuk segera bersembunyi dengan gerakan mata dan bibirnya.

Ding dong!

"Sial!" Kanaka dan Sienna saling menatap gelisah. Lantas detik selanjutnya Sienna langsung menarik kaos Kanaka dan menyeretnya untuk bersembunyi di dalam kamarnya.

"Halo, By? Gue udah di depan ya."

"Iya, Ka! Bentar ya!" Sienna yang gelagapan langsung memutuskan panggilan.

"Nggak usah narik-narik!" Kanaka melepas paksa tangan Sienna dari bajunya, kemudian menatapnya tajam. "Kenapa dia bisa tahu lo tinggal di sini?"

"Nanti gue jawab, sekarang sembunyi dulu!" Sekarang Sienna mendorong tubuh cowok itu.

Kanaka menahan langkahnya. "Jawab gue sekarang!"

"Ceritanya panjang!"

Ding dong!

Kanaka berdecak kesal sambil melirik tajam ke arah pintu. Hari masih terlalu pagi dan semuanya sudah berantakan.

"Ceritain inti sarinya!" Kanaka kembali menusuk Sienna dengan tatapannya. "Kenapa dia bisa ke sini?"

Sienna menggigit bibir bawahnya sambil menghindari tatapan tajam cowok itu.

"Jawab, Sienna!"

Sienna berdecak pasrah, lantas mendongak menatap Kanaka yang kini sudah emosi. "Dia pernah nganter gue pulang waktu lo ikut olimpiade tiga hari itu. Gue ijinin dia masuk karena itu lagi hujan, dan gue pikir nggak akan jadi masalah karena lo juga lagi nggak ada di rumah."

"Hujan?!" Kanaka melotot. "Lo bawa cowok ke rumah saat hujan?!"

Sienna mengangguk dengan polosnya. "Iya, karena di luar lagi dingin dan jalanan licin."

Kanaka mengusap wajahnya gemas sambil menggelengkan kepalanya. "Gila lo emang."

Ding dong!

"Udah sana masuk kamar!" Sienna kembali mendorong tubuh Kanaka.

"Terus siapa lagi yang pernah lo bawa ke sini?" Kanaka menolehkan kepalanya ke belakang, meminta jawaban dari Sienna. "Siapa lagi, hah? Woi! Jawab!"

"Nanti gue cerita." Sienna mendorong tubuh Kanaka masuk ke dalam kamar setelah membuka pintunya terlebih dahulu. "Sekarang diam dan sembunyi dulu! Kunci pintunya!"

Brak!

"Argh! Sial!" Kanaka hanya bisa berteriak kesal dan menuruti Sienna.

Di sisi lain, Luka yang baru saja masuk setelah dibukakan pintu oleh Sienna terlihat bingung begitu mendapati cewek itu yang saat ini sedang tersenyum canggung sambil buru-buru merapikan rambutnya yang berantakan.

"By, kayaknya tadi gue denger suara orang teriak deh." Tanya Luka yang langsung membuat Sienna gelagapan. "Lo lagi stress?"



Bersambung....

a/n:

Haiiii:)

Jumpa lagiii:)))))

Dipublikasikan pada 19 Agustus 2020

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang