Adaptasi #5

617 119 86
                                    

Seperti pagi-pagi biasanya, Kanaka dibangunkan oleh suara alarm dari ponselnya. Syukurnya dia bukan tipe orang yang susah bangun tidur sehingga hanya perlu satu alarm dan dia akan langsung terbangun. Setelah menekan tombol stop, layar ponselnya langsung menampilkan beberapa notifikasi yang masuk. Mengabaikan pesan dari Kanaya, bahkan mamanya sendiri, Kanaka memilih membuka pesan dari Langit.

Dari: Bang Langit

Gue udah sampein ke Pembina kita mengenai laporan PolyFair, dan beliau minta matengin acaranya terus laporan lagi saat H-7 acara.
Untuk laporan nanti, lo sebagai Ketupel harus ikut. Saran gue, mental lo juga dimatengin, Pak Lion bukan orang sembarangan, dia sesepuh macan.  So, prepare yourself.

Senyuman yang serupa seringai terbit di sudut bibir Kanaka. Tak perlu saran dari Langit, Kanaka memang sudah sangat siap menghadapi Lion Algebra, orang yang menjadi motivasinya berkuliah di tempatnya sekarang, menjadi anggota BEM, dan mengikuti berbagai kejuaraan. Lion adalah motivasi Kanaka untuk terus memuat namanya di Buletin Kampus karena dia ingin namanya dilihat oleh laki-laki itu. Kanaka sudah mempersiapkan semuanya sejak lama, dan dia tak sabar lagi untuk berhadapan dengan Lion.

Mengunci ponselnya, Kanaka bangkit menuju meja belajar yang terletak di sudut ruangan. Sepasang matanya menangkap beberapa sachet obat batuk pemberian Sienna yang masih utuh, kemudian Kanaka menyingkirkanya untuk mengambil sebuah majalah kampus yang sempat dibelinya beberapa hari lalu. Wajah seorang laki-laki paruh baya tertera di sampulnya dengan ekspresi tegas dan seulas senyuman tipis, di samping gambar itu terdapat sebuah kalimat yang dicetak besar dan berbunyi; Perfect Your Progress, Because Progress Beyond Perfection, yang dibawahnya tertera nama Lion Algebra.

Majalah itu belum sempat Kanaka baca isinya, bahkan masih tersegel oleh bungkus plastik dengan sangat rapi. Merasa puas hanya dengan membaca sampulnya saja, Kanaka langsung membuang majalah itu ke dalam tempat sampah. Tanpa melirik kembali wajah Lion Algebra yang masih tersenyum di dalam tempat sampahnya, Kanaka melengos begitu saja.

🌻A D A P T A S I🌻

Mungkin selama ini yang terlihat hanya Kanaka saja yang direpotkan oleh Tiara karena terus ditanya tentang kabar Sienna. Cowok itu tak tahu, bahwa diam-diam Juli juga rajin menghubungi Sienna untuk menanyai kabarnya.

Walaupun Kanaka adalah anak laki-laki yang notabenenya lebih mampu untuk menjaga diri sendiri—bahkan lebih bisa diandalkan dari pada Sienna dalam mengurus hidupnya sendiri dan juga rumah, Juli tetap membutuhkan sosok Sienna untuk anaknya itu. Cemas dengan sikap Kanaka yang selalu merasa bisa sendiri dan tak butuh bantuan orang lain, Juli selalu meminta bantuan pada Sienna untuk diam-diam memperhatikan dan membantu Kanaka. Melihat bagaimana sikap Sienna yang sangat ramah dan peduli terhadap orang lain, Juli merasa bahwa sosok itulah yang dibutuhkan oleh Kanaka.

"Nggak ada yang aneh-aneh kan, Na, sama Naka?" Suara Juli terdengar dari ponsel yang Sienna letakkan di atas meja rias selagi dia menguncir rambutnya.

"Kemarin Naka batuk, Ma." Lapor Sienna. "Udah aku kasih obat kok, mungkin hari ini udah baik-baik aja."

"Batuk? Sampe demam nggak?" Tanya Juli khawatir. "Naka rewel banget kalo demam, kamu tahu kan, Na?"

Sienna tergelak. "Naka udah dewasa, Ma. Masa masih rewel sih kalo demam?"

"Dia pasti keinget mamanya kalo lagi sakit." Juli berucap pelan. "Karena Mama nggak ada di samping dia, kamu tolong jagain Naka ya, Sayang. Cukup kamu temenin dia sampe tidur aja, soalnya dia susah tidur kalo lagi demam."

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang