Sudah lebih dari lima tahun kamar itu tidak berpenghuni, tetapi semua perabotan tetap berada di tempatnya seperti sebelum ruangan itu ditinggalkan oleh penghuninya. Langkah kaki Sienna perlahan membawanya semakin masuk ke ruangan itu, mengabsen setiap barang milik abangnya dengan senyuman yang mengembang setiap kali kenangan tentang barang itu terlintas di benaknya. Seperti gitar hitam milik Niko di samping lemari yang dulu pernah digunakan untuk mengajari Sienna, keyboard di dekat jendela yang dulu selalu mereka mainkan berdua dan akan selalu mengundang Nano untuk datang mengganggu, karpet yang membentang di lantai yang dulu selalu menjadi tempat untuk mereka berlima bermain kartu. Sampai ke seragam loreng yang tergantung gagah di dinding.
Sienna masih mengingat bagaimana abangnya memberi hormat di hari ia dilantik menjadi anggota resmi. Niko terlihat sangat gagah menggunakan seragam tentara. Badannya tegap, sikap hormatnya sempurna, tatapannya tajam dan berani. Seperti yang Beni selalu bilang, Niko memang cocok menjadi seorang abdi negara yang gagah. Namun, Sienna tahu itu hanya keinginan ayahnya saja. Itu bukan keinginan Niko.
"Kalo Abang sih mau jadi ahli mekanik kapal, kan keren bisa menjelajahi samudra sambil ngurus mesin!"
Itu yang Niko katakan saat mereka bertiga kumpul di kamar Nano untuk membantu si bungsu mengerjakan PR tentang menulis karangan dengan tema cita-cita.
"Kalo Kak Nana mau jadi apa?" tanya Nano yang saat itu masih belum menemukan apa yang ingin dia tulis di bukunya.
"Kenapa? Mau nyontek cita-cita Kakak?" Sienna menjawab ketus. Padahal kenyataannya, dia masih belum tahu apa yang dia mau.
"Nana mau jadi musisi kan?"
"Nggak jadi, Ayah bilang itu cuma hobi. Hobi nggak bisa dijadiin cita-cita."
"Terus mau jadi apa?"
"Hmm, plan terakhir mungkin jadi tentara kayak yang Ayah mau."
"Sebaiknya itu nggak ada di plan kamu sama sekali."
Dan itu yang Niko ucapkan sebelum beberapa minggu kemudian pamit untuk tinggal di asrama pelatihan tentara.
Sienna memandang seragam itu cukup lama sebelum memutuskan untuk menurunkannya dan menyimpannya ke dalam lemari karena dia tahu itu bukan yang sebenarnya Niko inginkan. Sienna mengambil sebuah kapal mainan berukuran kecil yang ada di dalam lemari, kemudian meletakkannya di jendela di belakang keyboard selagi dirinya duduk dan mulai memainkan alat musik itu.
Sienna menyanyikan sebuah lagu yang terdengar sangat asing. Sebuah lagu yang hanya dirinya dan Niko yang tahu. Lagu yang jauh dari kata sempurna. Lagu dengan melodi dan lirik sederhana tentang seorang anak perempuan yang suka coca-cola, anak laki-laki yang alergi kacang, dan adik mereka yang cengeng. Seharusnya lagu itu terdengar lucu, tetapi Sienna memainkannya dengan sedih.
"Lagunya bagus."
Buru-buru Sienna menyeka matanya dan menoleh ke arah pintu. Seseorang mendekatinya sambil memperhatikan seisi ruangan.
"Naka?" panggil Sienna sedikit terkejut dan tak percaya.
"Iya?" jawab Kanaka sambil mendongak, kemudian melotot ketika matanya bertemu dengan Sienna. "Wow!"
"Kenapa?"
"You look different."
"Apa? Mau bilang gue makin gendut?"
"Udah ada yang pernah bilang gitu?"
Sienna mendengus sambil bangkit dari duduknya. "Nano dari kemaren ngatain gue makin gendut."
Kanaka terkekeh. "Mungkin karena lo potong rambut kali."
"Dan itu udah lima bulan yang lalu." Sienna menyela kesal. "Emang gue beneran makin gendut?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adaptasi
Novela Juvenil[vseulkook au] Hal seklise 'benci jadi cinta' tak akan pernah terjadi di antara Sienna dan Kanaka, mereka sendiri yang menjamin itu. Kebalikan dari Romeo dan Juliet yang saling mencintai namun tidak mendapat restu, mereka justru saling membenci namu...