Adaptasi #18

783 119 240
                                    

Sienna sengaja bangun lebih siang bahkan berencana untuk telat ke kampus karena tak mau bertemu dengan Kanaka. Setelah kejadian tadi malam, Sienna berencana untuk menghindari cowok itu, karena bahkan saat mereka tidak bertemu, Sienna terus teringat ciuman yang benar-benar membuatnya ingin berteriak kesal setiap kali mengingatnya.

Sialnya, saat Sienna membuka pintu kamarnya, hal yang pertama kali dia lihat adalah pintu kamar Kanaka yang tertutup rapat, dan memori tadi malam lagi-lagi terputar di kepalanya. Sienna lantas menggeram kesal sambil meninju udara di dekat pintu itu dengan membayangkan wajah Kanaka sebagai sak tinju.

"Dasar bodoh! Lo ngapain cium gue sih dodol?!" Geram Sienna, menatap pintu itu dengan tajam. "Ah tauk ah! Bego!"

"Ck, orang gila!" Sungut Sienna sebelum memutuskan untuk melengos pergi dengan langkah yang dihentakkan. "Nggak waras!"

Sienna melangkah menuju dapur dan tidak menemukan apapun di atas meja. Tentu saja Kanaka tak akan membuatkan sesuatu untuknya, bukankah akan aneh kalau cowok itu tetap membuatkannya sarapan setelah kejadian tadi malam? Sienna pikir, Kanaka pasti malu setelah mereka berciuman, bahkan tadi malam dia langsung berlari masuk ke dalam kamar.

Lagi pula kenapa dia tiba-tiba berinisiatif untuk melakukan kontak fisik yang cukup intim seperti itu saat suasana malam itu bahkan sama sekali tidak mendukung? Maksud Sienna, mereka bahkan menonton film bergenre komedi bukannya romantis! Dan yang terpenting adalah, mereka bukan sepasang manusia yang memiliki hubungan yang pantas untuk berbuat begitu. Mereka tidak berpacaran, Sienna berstatus sebagai kekasih Luka, dan Kanaka baru putus dengan Kanaya.

Lantas apa alasan yang tepat selain Kanaka benar-benar kehilangan akalnya malam itu?

🌻A D A P T A S I🌻

Selama jam pelajaran, Sienna tak begitu memperhatikan penjelasan dosen, justru sibuk dengan pikirannya sendiri. Dia masih bertanya-tanya, apa yang sebenarnya sudah terjadi padanya dan Kanaka tadi malam, dan pertanyaan itu benar-benar mengganggunya.

Sienna benar-benar kehilangan fokusnya, dia bahkan tak mendengarkan saat namanya dipanggil oleh Dosen Pengajar.

"Mba Sienna?" Panggil Dosen itu sekali lagi, semua kepala kompak menoleh ke tempat duduk Sienna yang terletak di pojok belakang karena dia datang terlambat. Luka bahkan tak bisa membantunya karena tempat duduk mereka berjauhan.

"Mba Sienna, bisa simpulkan penjelasan saya?" Dosen itu mengulangi pertanyaannya.

"Sienna.." Seseorang yang duduk di sebelah Sienna berusaha memanggil perempuan itu dengan suara yang serupa bisikan. "Psst, Sien!"

Sienna langsung menghela napas kasar dan menggebrak mejanya. "Ah, nggak tahu!"

Semua orang yang ada di dalam kelas lantas terkejut dengan teriakan mendadak perempuan itu. Begitu juga dengan Sienna yang sama terkejutnya saat mendongakkan kepalanya dan menyadari bahwa dia baru saja berteriak di saat jam pelajaran.

"Ma—maaf, saya bukan ngomong sama Bapak." Sienna langsung meminta ampun begitu merasakan nyawanya bergetar saat mendapat tatapan tajam dari dosennya.

"Jadi kamu ngomong sama siapa? Sama hantu?" Kata Dosen itu dengan sarkas, semua orang hanya bisa menutup rapat mulut mereka. "Aduh, Mba gimana sih? Udah telat bukannya merhatiin dengan benar, malah ngelamun. Kamu benar-benar nggak bisa ngehargai saya ya sebagai Dosen di sini? Seenak kamu aja datang terlambat dan nggak memperhatikan penjelasan saya."

AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang