Part 22: Kacau

260 5 0
                                    

Arjune menatap Kara lekat

“ Kar, kalo kamu butuh teman curhat bilang ke aku, aku siap dengerin semuanya, tapi jangan kaya gini Kar “. Ungkap Arjune, sembari mengelus pipi Kara

Kara menatap Arjune, matanya terlihat sayu

“ Kenapa sih Pak? Kenapa harus Kara yang nyakitin Savian?! Andai dia cowok brengsek, mungkin akan lebih mudah buat Kara ninggalin dia, tapi nyatanya enggak! Dia baik, dan itu yang membuat Kara semakin terluka!”.

Arjune tidak mengatakan sepatah katapun, menurutnya saat ini Kara yang butuh untuk didengarkan.

Kara menepuk dadanya dengan keras “ Mama Savian benci sama aku, karena Kara tidak selevel dengan keluarganya, brengsek! ". Pekik Kara

" Andai saat itu Kara nggak tahu kalo dia itu Mama Savian, pasti wajahnya sudah memar karena tonjokan dari Kara “. Kata Kara, menunjukkan kepalan tangannya pada Arjune lalu kembali menepuk dadanya

“ Apa salahnya kalo Kara miskin? Setidaknya Kara bukan penipu, bukan koruptor! Dasar wanita nggak punya hati! “. Pungkas Kara terlihat emosional, minuman beralkohol itu benar-benar sudah menguasai Kara.

Arjune hanya menatap Kara, dia dengan senang hati memberikan dirinya untuk menjadi tempat pelampiasan amarah Kara.

“ Gue heran, kenapa pria baik kaya Savian bisa lahir dari rahim dia! Kenapa?!! “. Teriak Kara, lalu tertidur di meja, kepalanya hampir saja terbentur meja tapi Arjune dengan sigap melindungi kepala Kara dengan tangannya.

Arjune meletakkan tangannya di pundak dan paha Kara, kemudian mengangkat badan Kara, Arjune membawa Kara ke dalam mobilnya.

“ Kar, aku tahu banget rasa sakit yang kamu derita sekarang “. Gumam Arjune, begitu Kara duduk di dalam mobilnya.

Di perjalanan ke rumah Kara, Arjune mendadak menepikan mobilnya ke pinggir jalan, Arjune menatap Kara cukup lama, “ Kar, gimana caranya supaya biar lo nggak sedih lagi?”. Tanya Arjune, pada Kara yang membuat dengkuran halus

Arjune menyisihkan rambut yang menutupi wajah manis Kara, pandangan Arjune kali ini tertuju pada bibir Kara yang merah merona, Arjune mendekati wajahnya pada wajah Kara, saat bibir mereka hampir saja bertemu tiba-tiba mata Arjune terbelalak, ia menepuk keras pipinya sendiri.

“ Nggak Arjune, sadar! Dia lagi nggak mabuk, lo harus ingat ini Indonesia, saat lo mencium Kara tanpa seizinnya, itu berarti lo ngelakuin perbuatan asusila, nggak! Lo jangan gila ”. Kata Arjune, menasehati dirinya sendiri

Arjune menenangkan dirinya sendiri, lalu kembali menatap Kara yang masih mendengkur, tiba-tiba dari telinga kirinya terdengar seperti seseorang sedang berbisik. “ Arjune, jangan lakuin hal yang membuat Kara justru makin kecewa, jangan sakitin dia lagi “.

Arjune mengangguk memahami, “ Iya benar, gue nggak boleh nyakitin Kara lagi”.

Tapi dari telinga kanannya, terdengar suara bisikan lagi. “ Gapapa Arjune, lakuin aja, kan dia juga nggak sadarkan diri, dia nggak akan tahu kalo kamu nggak ngasih tahu dia”.

Arjune mencoba memahami apa yang dia dengar, “ Tunggu deh, kenapa bisikan baik ada di telinga kiri sih? Hei... Kalian salah tempat harusnya yang baik di kanan dan jahat di kiri “. Kara Arjune, sembari menepuk daun telinganya.

Mendengar suara Arjune, Kara membuka matanya, “ Pak Arjune”. Kata Kara, setengah sadar

Arjune melihat Kara, “ Iya Kar?”.

Kara membenahi posisi duduknya, “ Kita dimana, Pak?”.

“ Lagi dijalan mau ke rumah kamu “.

“ Oh... “ Kara terlihat kikuk menatap Arjune, dia sepertinya malu karena kondisinya saat ini yang sangat kacau.

Arjune kembali menginjak gas mobil.

Mereka sampai di depan rumah Kara, Kara langsung melepas sabuk pengaman, lalu keluar mobil.

“ Makasih ya, Pak”. Kata Kara, begitu di luar mobil Arjune

Arjune hanya menjawab lewat senyuman di wajahnya, lalu ia melaju meninggalkan Kara.

                            -----°°°°°-----
Hy, terima kasih sudah membaca cerita ini. Jangan lupa vote and comment ya, enjoy darl ✨;)

25 Tahun Usia Rawan? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang