Ada kalanya kita harus bersuara ketika dirasa perkataan mereka sudah melewati batas dan diam kita dianggap tak berdaya.
- Kirania Rosalind -----°°°°----
Kara tersenyum, lalu kembali menatap wajah Bu Wati. “ Makanya Bu, kalo punya anak tuh dinasehatin, jangan sibuk sama anak orang lain. Liat tuh, anaknya malah diceraikan suaminya “. Kata Kara, membalikkan perkataan Bu Wati yang tadi ditujukan Bu Wati untuknya, Kara bertindak seolah dia seorang psikopat yang hendak melahap habis korbannya, dengan senyuman mengerikan ciri khas seorang psikopat.
Kara membungkukkan badannya dihadapan Bu Wati sembari mengatakan " Maaf " Karena Kara merasa Bu Wati harus dihormati sebagai orang yang lebih tua darinya.
Kara tidak berniat untuk memulai obrolan yang menyakitkan seperti tadi, Kara sudah sangat lelah dengan semua anggapan dan perkataan mereka tentang Kara.
Kara membayar tempe itu seharga 10 ribu, lalu meninggalkan mereka, sebelum berlalu dia sempat tersenyum melirik Ibu-ibu yang membicarakannya. Sementara ibu-ibu itu, terlihat enggan menatap Kara, mungkin karena perkataan Kara yang menyerang mereka secara cepat dan menyakitkan atau karena memang mereka enggan melihat Kara.
Kara tersenyum lega, sembari memainkan plastik ditangannya.
" Ya Tuhan, maaf karena Kara sudah kehilangan kesabaran yang Kara punya selama ini". Kata Kara, dalam hati sembari tertunduk.
“ Ada kalanya Kara harus bersuara ketika Kara rasa perkataan mereka sudah melewati batas dan diam Kara dianggap tak berdaya ”.
Kara menengadah kepalanya ke langit, " Ya Tuhan, semoga apa yang Kara lakuin nggak salah ".
Mengenai kenapa Kara bisa tahu kalau Dewi sedang dalam proses perceraian? Itu karena dua hari lalu Kara melihat feed Dewi yang muncul di beranda Instragram Kara, disana Dewi memposting surat gugatan perceraiannya dengan suaminya.
-----°°°°°-----
Kara kembali ke rumahnya, moodnya sudah rusak, padahal ini masih pagi, Kara meletakkan plastik tempe yang tadi dia beli, ia menaruhnya di dapur.
Di dapur, Kara bertemu dengan Mamanya, Mama Kara terlihat sedang membersihkan kulkas, ia melemparkan senyuman kepada Kara sementara Kara tidak membalas senyuman itu sedikitpun.
Mama Kara berjalan mendekati Kara, ia melihat plastik yang Kara letakkan didekat kompor.
“ Kar, tumben kamu beli tempe? “. Kata Mama Kara, begitu melihat plastik tempe yang Kara bawa.
Kara melirik Mamanya, ia tidak bisa menjawab karena sedang minum.
" Lagi pengen aja “. Jawab Kara singkat, sembari meletakkan gelas di atas kulkas
“ Kamu kenapa, sih? Pagi-pagi mukanya udah jutek banget gitu? “. Tanya Mama Kara
“ Nggak kenapa-napa “. Jawab Kara, singkat
Kara berlalu meninggalkan Mamanya yang masuk sibuk bersih-bersih di dapur, ia naik ke lantai dua, dimana kamarnya berada, Kara hendak bersiap pergi ke kantor.
-----°°°°°-----
Hy, terima kasih sudah membaca cerita ini. Jangan lupa vote and comment ya, Enjoy ✨💜Sehat selalu dan bahagia selalu :)
KAMU SEDANG MEMBACA
25 Tahun Usia Rawan? [END]
General FictionFirst published: 18 Oktober 2020 Namanya Kirania Rosalind, oleh orang-orang terdekatnya sering dipanggil Kara, perempuan berusia 25 tahun yang harus menghadapi protes orang-orang sekitarnya karena diusia itu ia belum menikah, Kara bisa dibilang suk...