Kara dan Savian akhirnya tiba di rumah Kara, Kara meminta Savian untuk masuk ke rumahnya, sembari menunggu Kara mengambil cincin di kamarnya.
“ Sav, tunggu disini ya, gue ke atas dulu” pinta Kara pada Savian
Savian hanya mengangguk sembari tersenyum.
Kara pergi ke kamarnya, untuk mengambil cincin yang diberikan Savian padanya.
“ Kemaren gue taro dilaci, kan ya?” tanya Kara pada dirinya sendiri
Kara membuka laci samping kasurnya dan dia langsung melihat cincin yang diberikan Savian padanya, lalu kembali turun untuk menemui Savian yang ada diruang tamu.
“ Ni cincinnya Sav “ kata Kara, mengembalikan cincin itu pada Savian
Savian tersenyum sembari meletakkan cincin itu di telapak tangan Kara, “ Kamu simpen aja, Kar “
“ Ga mau “ Kara meletakkan cincin itu kembali di telapak tangan Savian, “ Aku udah nggak berhak, Sav “
“ Yaudah... ” Savian meraih tangan Kara, lalu memasangkan cincin itu dijari manis Kara, “ Kalo nggak mau disimpen, ya dipake “ kata Savian, tersenyum manis menatap Kara.
Lagi-lagi Kara mati kutu dibuat Savian, Kara hanya mematung sembari menatap Savian lalu ia buru-buru melepaskan cincin itu dari jari manisnya kemudian menaruh cincin itu dikantong baju Savian.
Tiba-tiba Mama Kara diam-diam menghampiri mereka berdua
“ Nak Savian.. ” sapa Mama Kara
“ Tante “ Savian menyalami tangan Mama Kara, “ Apa kabar, Tan?”. Tanya Savian, mungkin sekedar untuk basa-basi saja
“ Baik... kamu kok udah lama nggak main kesini sih?" tanya Mama Kara, sembari menepuk lengan Savian pelan
“ Emangnya... Kara nggak ngasih tahu Tante ya?” tanya Savian, melirik Kara yang ada disampingnya
Kara memberi isyarat agar Savian tidak memberitahu Mamanya mengenai hubungan mereka yang sudah kandas
“ Ngasih tahu apa ya?” tanya Mama Kara, terlihat bingung begitu mendengar perkataan Savian
“ Kalo kami udah putus” jawab Savian, menghiraukan Kara yang sejak tadi mencoba menahan Savian untuk mengatakan hal yang sebenarnya
Mama Kara yang mendengar hal itu mendadak langsung menatap Kara dengan tatapan tajam, dia menggertak giginya sembari memandangi Kara
“ Yasudah... Kalo gitu, aku izin pamit ya Tan” kata Savian
“ Iya, hati-hati ya”
Mama Kara tersenyum hangat pada Savian tetapi dia sesekali melirik Kara dengan tatapan tajam
“ Aku anter ke depan ya Sav “ tawar Kara
Savian tersenyum, mengiyakan tawaran Kara, mereka berjalan berdampingan.
“ Kar, kayanya Tante bakalan mengomeli kamu deh... aku disini aja dulu kali ya?”
“ Ga perlu Sav, gue bisa tanganin masalah gue sendiri” kata Kara, menyakinkan Savian, lalu menoleh sejenak pada Mamanya yang masih berdiri ditempat yang sama
“ Inget nanganin permasalahan sama Mama kamu harus dengan kepala dingin ya” pinta Savian, yang nampak khawatir
Kara tidak menjawab Savian, dia sendiri tidak yakin bisa meredamkan emosi Mamanya kali ini, mengingat Mama Kara sangat menyukai Savian, dia sangat senang jika Savian menjadi menantunya.
“ Kar, aku pulang ya”. Kata Savian, begitu berada di dalam mobil
“ Iya.. hati-hati “
“ Inget, pake kepala dingin” tutur Savian, kembali mengingatkan Kara agar tidak terbawa emosi
Kara tersenyum, “ Iyaaaaa, sana pulang! “ Seru Kara
---°°°---
Preview part selanjutnya:Kara yang mendengar itu diam-diam menyembunyikan senyuman sinisnya, sementara Papa Kara dia tidak menjawab pertanyaan Mama Kara sama sekali, dia hanya menatap Kara dengan tatapan yang entah mengisyaratkan apa.
---•••---
Hiloww everyone.... selamat hari senin semuanya, jadi gimana kabarnya masih pada sehat kan ya? Semoga kalian sehat selalu dan bahagia selalu yaw, inget jangan lupa vote and comment di cerita akoh ini gengs... Trengkyuu, semoga kalian suka cerita nya yaw, luv yu ol 🖤❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
25 Tahun Usia Rawan? [END]
General FictionFirst published: 18 Oktober 2020 Namanya Kirania Rosalind, oleh orang-orang terdekatnya sering dipanggil Kara, perempuan berusia 25 tahun yang harus menghadapi protes orang-orang sekitarnya karena diusia itu ia belum menikah, Kara bisa dibilang suk...