Part 7: Seseorang Yang Menentukan Keputusan

387 9 0
                                    

Orang yang berhak menentukan keputusan dalam hidup gue, cuma gue, sisanya hanya penikmat!
- Kirania Rosalind -
                        
                         -----°°°°°-----
Setelah mobil Arjune menghilang ditelan jalan setapak yang menurun, Kara membukakan pintu rumahnya.

Pikiran Kara masih tertuju pada Arjune, dikepalanya banyak sekali tanda tanya, kenapa Arjune mengungkapkan perasaannya? Kenapa Arjune bisa suka sama dia? Kenapa harus dia yang harus Arjune sukai? Entahlah, pertanyaan itu tidak mungkin Kara tanyakan pada Arjune, karena dia tidak mau lancang pada bosnya.

Kara mengangkat kakinya dengan pelan untuk menaiki anak tangga, menuju kamarnya.

Sebelum menaiki tangga, Kara sempat melihat Papanya yang tengah ada dimeja makan sedangkan Mamanya berada di dekat penggorengan, entah apa yang sedang Mamanya goreng, Kara tidak peduli sama sekali.

" Kar ". Panggil Mama Kara, sepertinya dia baru menyadari bahwa Kara sudah pulang

Begitu Mamanya menyebutkan namanya, Kara menghentikan kakinya menaiki anak tangga lalu melihat Mamanya. " Iya?".

Mama Kara melepaskan ikatan celemek dari badannya, lalu membawa piring yang berisikan makanan yang tadi dia goreng ke meja makan. " Sini dulu, Kar".

Kara sangat enggan ikut bergabung dengan orang tuanya, sejenak Kara mendonggakan kepalanya ke atas, lalu berbalik arah untuk menurunkan anak tangga.

Kara berjalan dengan malas ke meja makan, ia yakin pasti di meja makan ibunya akan menanyakan hal yang sama tentangnya, pertanyaan yang entah sudah berapa kali Kara dengar dalam satu tahun ini.

Kara menarik kursi dengan pelan, tangannya seolah tidak memiliki kekuatan untuk menarik kursi itu.

Kara duduk tepat di depan Mamanya, Kara membubuhkan nasi ke piringnya.

" Tadi Mama abis panasin rendang, coba dicicipi masih enak nggak?". Tanya Mama Kara, menunjuk piring yang ia bawa tadi

Kara menjawab hanya dengan senyuman yang terpaksa ia lengkungkan diwajahnya.

Papa Kara tidak mengatakan sepatah katapun, ia hanya melihat Kara saat Kara datang lalu lanjut menyatap makanannya.

Kara baru saja hendak menyuapi nasi ke mulutnya sendiri tapi Mamanya mulai membahas hal yang paling menyebalkan bagi Kirania.

“ Kar, tadi Mama dapet undangan dari teman kamu”.

Kara menaruh kembali sendoknya ke piring, Kara menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi sembari menghela napas perlahan.

Kara bertingkah seolah dia menyukai obrolan yang memuakkan ini.
“ Teman Kara, siapa?”. Tanya Kara, Kara berusaha menenangkan dirinya

“ Putri, teman SD kamu itu “.

“ Oh... putri, bagus kalo gitu “. Kata Kara, tersenyum tipis

Kara kembali menyodokkan makanan yang ada dipiringnya, Kara sudah tahu ke tahap mana perbincangan ini akan berlangsung, tapi Kara berusaha mengabaikannya.

Mama Kara tersenyum. “ Iya bagus ya, katanya mereka udah pacaran selama tiga tahun “.

Kara mengangguk sembari mengatakan, “ Bagus... Bagus... “.

“ Tadi, Mama ngumpul sama ibu-ibu kompleks, katanya anak mereka udah pada menikah “.

Kara tersenyum tipis lalu menelan makanan yang baru saja ada dalam mulutnya, seperti biasa setiap kali Mamanya membuka obrolan dengannya, pasti selalu berakhir dengan perkataan seperti itu.

“ Ehmm “. Kata Kara, seolah ingin mengabaikan perkataan Mama

“ Mama juga pengen anak Mama menikah “.

“ Udah kan, kakak udah menikah empat tahun lalu”

“ Kan anak Mama ada dua “.

Kara menggeser piring untuk menjauh dari hadapannya, Kara menatap Mamanya cukup lama, lalu menghela napas kasar.

Kara mendorong kursi menggunakan bagian belakang kakinya, lalu melirik Ayah dan ibunya. " Kara punya kerjaan, Kara ke kamar dulu ya".

Papa Kara menatap Kara dengan cukup lama, matanya terlihat sendu, senyumnya getir melihat Kara, Papa Kara terus memandangi putri bungsunya sampai hilang dari pandangannya.

Kara menjatuhkan badannya di atas kasur, hari ini terasa melelahkan bagi Kara.

Kara menghela napas kasar, " Kenapa orang-orang sangat tertarik tentang pernikahan gue?" Kara mengeryitkan dahinya, " Padahal gue biasa aja, toh yang ngejalanin kehidupan itu gue, kenapa keputusan dalam hidup harus ditentuin orang lain? Padahal yang bertanggung jawab penuh atas hidup gue, ya cuma gue sendiri, gue Kara!".

Mata Kara menyusuri setiap sudut ruangan seolah sedang mencari jawaban dari segala pertanyaan nya, " Orang yang berhak menentukan keputusan dalam hidup gue, cuma gue, beberapa orang mungkin peduli ketika gue terjatuh lalu sisanya hanya penikmat! Begitulah cara kerja manusia ". Kata Kara, dengan senyuman yang hanya membuat garis disebelah kanan
                   

                           -----°°°°°-----

Hallo semuanya, terima kasih sudah membaca cerita ini, jangan lupa vote dan comment. Salam byeol

25 Tahun Usia Rawan? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang