Esok paginya, di hari Minggu yang cerah ini, Kara terbangun dari tidurnya, Di luar Kamar terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamarnya
" Iya.... Sebentar! " pekik Kara dari dalam kamar, sembari berjalan mendekati pintu
Kara pun buru-buru membuka pintu, ternyata yang mengetuk pintu sedari tadi adalah Bella
" Masuk Kak " kata Kara, begitu melihat Bella sembari kembali melangkah ke kasurnya
Bella pun masuk ke kamar Kara, mengikuti Kara dari belakang
" Kamu kemana kemaren?" tanya Bella, begitu duduk di pinggir kasur Kara
" Ke Cafe deket kantor " jawab Kara, singkat sembari mengambil pakaian untuk ia pakai hari ini
Bella meminta Kara untuk duduk di dekatnya, yang dituruti oleh Kara
" Kamu masih marah sama Mama?" tanya Bella, menatap Kara lekat
" Enggak "
" Kar, Kakak mau kasih tahu kamu sesuatu.. "
" Apa? " tanya Kara, memutar sedikit badannya agar berhadapan dengan Bella yang belum sepenuhnya menyelesaikan perkataannya
" Kamu tahu kan Kakak itu orangnya gampang banget kepikiran, sama apapun itu bahkan masalah kecil sekalipun " terang Bella
Kara mengangguk setuju dengan perkataan Bella, ia tahu betul Bella memang tipikal orang yang pemikir dengan segala hal
" Kakak sadar sekarang, alasan kenapa Mama nggak mau Kakak ikut Indonesian idol, karena Mama takut Kakak dinyinyirin orang saat Kakak jadi penyanyi, Mama tahu kerasnya dunia entertainment makanya Mama ngga mau Kakak stres karena itu dan ya.... mungkin kalo Kakak nggak kerja dikantor, Kakak nggak mungkin ketemu sama Mas Hamid " ungkap Bella
Kara yang sejak awal mendengarkan dengan seksama, mendadak tersenyum begitu Bella mengatakan tentang Hamid
" Iya sih... Ketemu Aa emang paling penting ya Kak " kata Kara, menggoda Bella
Bella tertawa kecil mendengar ucapan Kara, " Iya banget lagi... "
Saat mereka asyik mengobrol tiba-tiba terdengar suara seseorang berdehem dari arah pintu kamar
" Ehem... " kata Papa mereka, sembari berdiri di bingkai pintu
" Papa... " panggil Kara dan Bella bersamaan
" Sini, Pa " ajak Bella, diikuti gerakan tangannya
Papa mereka pun menuruti permintaan Bella, mereka bertiga duduk di pinggir kasur milik Kara, Papa diapit oleh Bella dan Kara
" Kalian nggak mau meluk Papa gitu?" tanya Papa mereka, mendadak
Kara dan Bella melihat satu sama lain, merek sedikit terkejut mendengar hal itu dari Papanya karena selama ini Papa mereka cenderung tidak mengatakan hal yang menghangatkan seperti itu.
" Tumben.... " kata Kara, yang sepertinya heran dengan tingkah Papanya yang tidak seperti biasanya
Papa mereka tersenyum kemudian merangkul kedua putrinya
" Kalian itu putri Papa yang hebat.. Maafin Mama sama Papa ya, tanpa kami sadari ternyata rasa sayang kami justru membuat kalian tersakiti "
Kara dan Bella menggeleng-gelengkan kepala, mereka tidak setuju dengan ucapan Papa mereka
" Enggak, Pa. Kalian nggak salah, yang salah Kara, Kara yang nggak bisa ngeliat kasih sayang kalian disetiap larangan kalian pada Kara dan Kak Bella " ungkap Kara, yang terdengar lirih
Papa dan Bella tersenyum mendengar ucapan Kara, mereka tak menyangka anak kecil yang begitu mereka sayangi ternyata sudah benar-benar dewasa sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
25 Tahun Usia Rawan? [END]
General FictionFirst published: 18 Oktober 2020 Namanya Kirania Rosalind, oleh orang-orang terdekatnya sering dipanggil Kara, perempuan berusia 25 tahun yang harus menghadapi protes orang-orang sekitarnya karena diusia itu ia belum menikah, Kara bisa dibilang suk...