Selesai makan, Savian mengantar Kara pulang ke rumah, untuk beberapa saat begitu mobil melaju, mereka terdiam sesaat, suasana di dalam mobil mendadak sangat sunyi, yang mereka dengar hanyalah suara deru mobil yang melintas melewati mereka
“ Sav, gue boleh nanya nggak sama lo?” tanya Kara, berusaha memecahkan keheningan
“ Tanya aja Kar, nggak perlu izin dari gue “ jawab Savian, yang nampak fokus mengemudi
Kara menghela napas dalam, lalu mengajukan pertanyaan pada Savian “ Lo benci nggak sih sama gue?”
Savian yang mendengar pertanyaan Kara mendadak memalingkan wajahnya dari jalanan sembari melambatkan laju jalan mobilnya, dia menatap Kara sejenak
“ Kenapa nanya gitu?” tanya Savian, kemudian kembali fokus mengemudi
“ Ya... Gue kan udah ninggalin elo, gue udah jahat sama lo, gue pengen tahu aja, mungkin lo benci atau pernah benci sama gue gitu? ”
Savian tersenyum sembari beberapa kali melirik Kara, Savian melambatkan laju kendaraannya
“ Nggak Kar “ Savian menatap Kara lekat, “ Gimana bisa aku benci sama orang yang paling aku cintai, aku bersyukur kamu pernah hadir dihidup aku”
Savian mengengam tangan kanan Kara dan satu tangan lagi memegang kemudi (stir) “ Aku nggak tahu apa jadinya hidup aku kalo kamu nggak hadir dalam hidup aku “
“ Kamu yang udah merubah hidup aku dengan penuh cinta, mungkin kalo aku nggak kenal sama kamu, aku masih hidup dengan penuh kebencian, aku masih membenci orang tua ku bahkan aku mungkin masih membenci diriku sendiri “ sambung Savian
" Nggak Sav... bukan aku yang merubah kamu jadi seperti sekarang, tapi kamu... kamu sendiri yang punya kemauan untuk berubah menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya " tutur Kara, sembari menatap mata Savian dalam
Savian tersenyum menatap Kara, Savian menepikan mobilnya, kemudian Savian memiringkan tubuhnya agar bisa berhadapan dengan Kara
“ Kar... sampai kapanpun kamu tetap orang yang aku cintai “ ungkap Savian, dengan mata yang berbinar-binar
Kara tidak menjawab sepatah katapun, dia hanya terdiam mendengar ungkapan hati Savian
“ Kar... maafin aku, aku nggak bisa jadi yang kamu mau” kata Savian, kali ini air mata mulai terkumpul di kelopak matanya, sepertinya Savian tidak bisa membendung lagi air matanya
Melihat Savian yang menangis dihadapannya Kara buru-buru mengusap air mata Savian
" Sav.. aku tahu ini nggak mudah buat kita, tapi semua keputusan yang kita ambil adalah hal terbaik buat kita berdua, kamu harus percaya itu ya "
Savian memandangi Kara lekat, " Maafin aku Kar "
" Sst! Udah jangan minta maaf terus, kamu nggak salah... kita cuma nggak ditakdirkan untuk bersama " pungkas Kara
Kara mengelus-elus pundak Savian, sembari mengatakan " Udah saatnya buat kita ngejalanin kebahagiaan kita masing-masing, kita harus ngelupain semua masa lalu yang udah terjadi... Aku tahu kamu orang baik dan kamu pantas mendapatkan orang yang baik juga "
Kara menarik kedua ujung bibir Savian, meminta Savian untuk tersenyum dan langsung diikuti oleh Savian
“ Sav.. gimana kalo kamu tahu, bahwa salah satu alasan kita nggak bisa bersama itu karena Mama kamu, apa kamu akan kembali jadi Savian yang dulu? Savian yang mewarnai hidupnya dengan kebencian, aku nggak mau Sav, aku nggak mau itu terjadi “ batin Kara dalam hati, sembari memandangi Savian yang tersenyum dihadapannya
" Yuk jalan lagi " ajak Savian, memecahkan lamunan Kara
Kara terlihat kikuk, " Hah! Jalan kemana masuknya?"
" Jalani hubungan kita lagi " ungkap Savian, sembari menatap dalam mata Kara
Perkataan Savian membuat mata Kara terbelalak, Savian pun tertawa lalu melanjutkan perkataannya
" Jalan kerumah kamu Kar maksud aku mah... tadi bercanda doang "
" Oh.. sorry gue kaget "
Mereka pun melanjutkan kembali perjalanan ke rumah Kara
---°°°---
Preview part selanjutnya:Kara mengisyaratkan agar Savian tidak memberitahu Mamanya mengenai hubungan mereka yang sudah kandas
---°°°---
Hy everyone... terima kasih sudah membaca cerita ini, jangan lupa vote and comment ya, aku menerima semua saran dan kritik yang membangun dari kalean.. enjoy guys, luv yu always ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
25 Tahun Usia Rawan? [END]
General FictionFirst published: 18 Oktober 2020 Namanya Kirania Rosalind, oleh orang-orang terdekatnya sering dipanggil Kara, perempuan berusia 25 tahun yang harus menghadapi protes orang-orang sekitarnya karena diusia itu ia belum menikah, Kara bisa dibilang suk...