46: Senduh

199 3 0
                                    

Kara hanya bisa menatap Mamanya dengan tatapan senduh, air mata mulai terkumpul dikelopak matanya

“ Ma, Mama boleh memaki Kara semaunya, ngebentak Kara bahkan mukul Kara... tapi tolong jangan diam aja kaya gini Ma... karena diamnya Mama adalah nereka bagi dunia Kara “ tutur Kara, sembari terisak

Ia pun melangkahkan kakinya untuk mendekati Mamanya lalu memeluk erat Mamanya dari belakang.

“ Maafin Kara Ma, Kara tahu sikap Kara kemaren itu salah, Maafin Kara “

Mama Kara terlihat menahan tangisnya, ia mematikan kompor gas yang semula menyala lalu membalikkan badannya agar bisa menatap langsung mata Kara

“ Kar... kamu nggak salah, kamu cuma mengutarakan apa yang menganjal dihati kamu. Maafin Mama ya, Maafin Mama yang selalu menutut kamu untuk menjadi apa yang Mama mau tanpa mendengarkan apa yang sebenarnya kamu inginkan “ tutur Mama Kara, sembari membelai lembut rambut putrinya itu

Kara tersenyum lirih dengan air mata yang berlinang di kelopak matanya yang indah

“ Makasih ya Ma, makasih karena Mama selalu menerima Kara dalam kondisi apapun sekalipun Kara sudah mengecewakan Mama “

Mama Kara menyeka air mata Kara, “ Mama yang seharusnya berterima kasih, Mama senang karena Mama punya kamu “

Kara kembali memeluk Mamanya, “ Mama adalah wanita terbaik yang ada didunia ini “

“ Dan kamu adalah anak terbaik yang ada di dunia ini”

“ Udah ah, Mama mau ngelanjutin masak... ntar Papa marah karena blom ada yang bisa dimakan “

“ Aku bantuin ya “

Kara pun membantu Mamanya memasak, ia mengiris bawang yang akan digunakan Mamanya untuk menumis sayur kangkung.

“ Ma, gimana kalo masakan ini kita masuk wadah terus kita jalan-jalan, piknik gitu “ ajak Kara

“ Jalan-jalan kemana?”

“ Dufan, Ancol... kemana aja “

“ Mama sih ayo aja, tapi coba tanya Papa kamu dulu “

“ Papa juga mau ikut dong “ sahut Papa Kara, yang entah sejak kapan berdiri di tangga dekat dapur

Kara, Bella dan Papanya memang sudah merencanakan untuk pergi jalan-jalan sejak pagi tadi, saat mereka mengobrol di kamar Kara.

“ Kalian udah ngerencanain semuanya tanpa Mama ya?” tanya Mama Kara, memicingkan matanya semabri melirik Kara dan suaminya

Kara dan Papanya saling menatap satu sama lain sembari tersenyum

“ Curang ni “

“ Iya... maafin Papa ya Ma “ tutur Papa Kara, menggoda istrinya

25 Tahun Usia Rawan? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang