Kara dan Papanya saling menatap satu sama lain sembari tersenyum
“ Curang ni “
“ Iya... maafin Papa ya Ma “ tutur Papa Kara, menggoda istrinya
Mama Kara memalingkan wajahnya bertingkah seolah benar-benar merajuk pada suaminya, melihat istrinya yang merajuk Papa Kara langsung mencium pipi Mama Kara yang tentu saja membuat Mama Kara kaget, ia langsung melirik Kara yang sedang mengiris bawang di meja samping mereka
“ Aku nggak liat, aku nggak liat “ kata Kara, menutup wajahnya dengan tangannya begitu Mama meliriknya
Kara dan keluarganya melakukan makan siang bersama sebelum pergi dan bersiap untuk jalan-jalan, mereka tetap membawa masakan yang sudah Mamanya masak untuk melakukan piknik di Ancol nanti sore, saat senja.
Setelah selesai bersiap dan memastikan semua barang-barang yang diperlukan sudah berada dimobil, Kara dan keluarganya melaju untuk pergi ke Dufan dan Ancol.Di Dufan, Kara mengajak Mamanya untuk menaiki wahana Halilintar yang tentu saja ditolak oleh Mamanya tapi Kara tak putus asa dia terus merenggek sampai akhirnya Mamanya mengiyakan ajakkan Kara untuk menaiki wahana Halilintar bersama.
Kara, Mamanya dan juga Bella menaiki Halilintar bersama, Kara dan Bella terlihat sangat menikmati permainan itu tapi tidak dengan Mamanya, Mama Kara terlihat memegang erat sabuk pengaman sembari memejamkan matanya, Kara yang melihat hal itu tentu saja tidak tinggal diam, dia melepaskan tangan Mamanya lalu mengangkat tangan Mamanya ke atas
“ Kalo takut teriak aja Ma “ pinta Kara, ditelinga Mamanya
Mama Kara memberanikan diri untuk membuka matanya, ia langsung berterika karena ketakutan. Setelah Halilintar berhenti, Mama Kara terlihat memeriksa jantungnya dengan napas yang terengah-engah seperti baru saja melakukan lomba lari jarak jauh.
“ Untung jantung Mama nggak copot “ kata Mama Kara, menggerutu sembari memeriksa dadanya
“ Gimana Ma, mau ikutan lagi nggak?” tanya Kara
“ Nggak! Kalian aja “
Kara pun mengajak Angela untuk bermain istana boneka, ia menikmati quality time bersama Angela di istana boneka.Hari ini, Kara benar-benar bahagia karena bisa menghabiskan waktu bersama keluarganya, setelah hampir semua permainan ia coba, Kara dan keluarganya pun pergi menuju Ancol untuk melakukan piknik bersama.
Mereka tiba di Ancol, sebelum matahari benar-benar tenggelam, Kara dan keluarganya melakukan piknik dengan menghadap senja dilangit Ancol sore ini.Hari ini, Kara dan keluarganya menghabiskan waktu dengan bersenang-senang bersama, Kara melihat rona bahagia di raut wajah orang tuanya, rona bahagia yang sangat jarang bahkan mungkin tidak pernah ia lihat sebelumnya.
Pada akhirnya Kara sadar bahwa orang yeng memegang kendali atas hidupnya memanglah dia sendiri tapi keputusan itu juga melibatkan orang-orang disekitarnya, yang mungkin akan bahagia atau bahkan terluka atas keputusan yang dia ambil karena mau tidak mau orang tuanya bertanggung jawab atas apapun yang Kara lakukan dan yang Kara tentukan dalam hidupnya.
Kara juga jadi mengerti bahwa apapun masalahnya sekecil apapun itu harus dirundingkan dengan kepala dingin bukan dengan emosional yang tinggi karena komunikasi yang baik adalah komunikasi yang bisa diterima dengan baik oleh lawan bicara bukannya malah menyakiti lawan bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
25 Tahun Usia Rawan? [END]
General FictionFirst published: 18 Oktober 2020 Namanya Kirania Rosalind, oleh orang-orang terdekatnya sering dipanggil Kara, perempuan berusia 25 tahun yang harus menghadapi protes orang-orang sekitarnya karena diusia itu ia belum menikah, Kara bisa dibilang suk...