Hy everyone, i'm Kirania Rosalind. Yups Kara! Terima kasih karena sudah membaca ceritaku dari awal hingga akhir, aku sangat bersyukur jika kalian bisa menyukai dan menikmati setiap part yang ada di cerita ' 25 Tahun Usia Rawan?'.
Kalian bisa mengambil segala hal baik melalui cerita ini dan meninggalkan hal yang tidak baik karena percayalah setiap jalan seseorang itu berbeda-beda, tidak bisa disamakan antara satu dan lainnya dan setiap pengalaman juga tentunya berbeda-beda.
Mengenai pernikahan.... aku masih tetap pada pendirianku, bahwa aku hanya akan menikah begitu aku sudah benar-benar siap dan menemukan seseorang yang tepat untukku karena aku tidak mau mentalku yang belum siap ini justru membawa racun dihubungan pernikahanku nantinya, aku tidak mau menyebarkan penyakit yang berhubungan dengan mental pada anak-anak ku kelak.
Masalah umur aku tidak pernah mempermasalahkan karena aku percaya Tuhan menyiapkan seseorang yang tepat untukku diwaktu yang tepat menurut perhitungannya, lalu untuk apa aku risau mengenai... kapan aku sebaiknya menikah? Itu sama saja mengatakan bahwa aku tidak mempercayai takdir yang telah Tuhan tetapkan untukku.
Pernikahan bukanlah ajang perlombaan namun tentang seberapa siap kamu mengarungi perahu layar yang dimana nakodahnya adalah suamimu, orang yang menjadi panutan dan juga surgamu begitu janji suci pernikahan itu diucapkan, orang yang menjadi tempatmu menaruh hidupmu, tempatmu berbagi kebahagiaan dan juga kesedihan, teman berbagi cerita atas letihnya dunia yang sedang meruntuhkan mu, teman yang selalu memelukmu dalam keadaan terberatmu sekali pun, teman mencurahkan segala kebahagiaan yang kamu punya, aku akan dibersamai dengan orang yang benar-benar tepat untukku menurut-Nya dan sementara Tuhan menyiapkan dia yang terbaik untukku menurutnya... aku lebih baik memperbaikki diriku karena aku tidak mau menumpangi perahu layar yang tidak jelas tujuannya, yang hanya mengikuti arah angin tanpa berniat mengambil tujuannya sendiri karena perahu yang tidak punya tujuan tidak akan pernah berlabuh ditempat yang tepat dan akan terus terombang-ambing ditengah lautan yang penuh ombak kencang, aku ingin membuat diriku benar-benar siap saat Tuhan mengatakan bahwa ini saatnya untuk bertemu dengan dia yang sudah Tuhan tetapkan untukku... ah tidak, kenapa aku begitu percaya bahwa jodoh akan lebih dahulu datang pada ku daripada maut? Bukankan keduanya sama-sama gaib? Aku sampai lupa bahwa sebenarnya yang paling dekat denganku bukanlah jodoh melainkan mautku, ia bisa datang kapanpun tanpa aku tahu, daripada memikirkan mengenai jodoh yang belum pasti aku lebih baik menyiapkan diri agar saat Tuhan berkata bahwa aku harus berakhir.... aku sudah punya bekal yang cukup untuk menemui-Nya.
Untuk kamu yang terus saja didesak oleh orang-orang sekitar mengenai kapan kamu menikah... tenanglah, jangan terburu-buru menjawab dengan ketus. Bilang saja padanya, bahwa kamu sedang menyiapkan diri untuk dipertemui dengan orang yang tepat atau kamu bisa katakan padanya bahwa menikah bukanlah tujuanmu pada saat ini karena kamu sedang sibuk dengan karirmu, dengan impian-impian yang kamu bangun selama ini atau jika tidak ingin memusingkan kepala kamu bisa hanya dengan memberikan orang-orang seperti itu dengan senyuman terbaik yang kamu punya karena pada akhirnya... terkadang yang terlihat peduli, tidak benar-benar peduli.
Usia 25 tahun atau lebih bukanlah usia rawan seseorang untuk menikah, pandangan seperti itu sudah seharusnya kita akhiri karena tidaklah bagus menempatkan angka sebagai kesiapan seseorang untuk mengarungi biduk pernikahan.
Pandangan seperti itu tidak seharusnya kita warisi kepada anak cucu kita, hal yang seharusnya disebut dengan menghakimi seseorang dibanding menasehati atau sekedar bertanya karena sesungguhnya nasehat seharusnya mendamaikan hati bukannya justru membuat seseorang merasa pesimis atas hidupnya... lagipula kita tidak tahu, mungkin orang itu sudah pernah begitu yakin pada seseorang lalu pada akhirnya orang yang begitu ia yakini itu ternyata berkhianat dan menghancurkan seluruh harapan yang ia titipkan pada orang itu, kita tidak pernah benar-benar tahu pertahanan seperti apa yang sebenarnya sedang mereka bangun untuk menghindari terlibat lagi dengan orang yang salah.
Sekarang aku mau bertanya pada kalian, pertanyaan simpel namun jarang orang pahami di dunia yang penuh dengan penghakiman ini. Apa benar ada orang di dunia ini yang tidak ingin menikah? Apa benar ada orang di dunia ini yang tidak ingin memiliki seseorang yang menemaninya mengarungi kehidupan? Apa benar ada orang di dunia ini yang tidak mau menjalankan ibadah seumur hidup itu? Apa benar ada orang yang tidak mau memiliki buah hati untuk menghiasi hari-harinya? Aku yakin kalian tahu jawabnya, aku juga tahu saat kalian membaca pertanyaan-pertanyaan itu... hati kalian langsung memberi jawabannya.
Aku akhiri perjumpaan ini, dengan mengajak kalian untuk tidak menghakimi orang lain lagi dengan pertanyaan mengenai kapan mereka menikah dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang kalian sebenarnya tahu bahwa itu akan menyakiti orang itu.
Mari belajar untuk menghargai setiap keputusan yang diambil oleh orang lain, oke?
KAMU SEDANG MEMBACA
25 Tahun Usia Rawan? [END]
General FictionFirst published: 18 Oktober 2020 Namanya Kirania Rosalind, oleh orang-orang terdekatnya sering dipanggil Kara, perempuan berusia 25 tahun yang harus menghadapi protes orang-orang sekitarnya karena diusia itu ia belum menikah, Kara bisa dibilang suk...