Part 21: Mama Savian

240 5 0
                                    

Satu Minggu yang lalu, di Search Cafe. Di tempat duduk yang sama dimana Kara duduk saat ini.

Mama Savian tersenyum menatap Kara, Kara pun begitu, ia dengan senang hati membalas senyuman dari calon mertuanya itu.

Mama Savian mengambil sebuah amplop coklat yang cukup tebal dari tasnya yang dia letakkan di atas meja lalu memberi amplop itu pada Kara.

“ Tinggalin Savian!”. Pinta Mama Savian, senyuman yang tadinya melengkung seimbang di wajahnya kini hanya membentuk satu lengkungan disisi kanan, senyuman yang tadinya Kara duga sebagai awal yang baik bagi hubungannya dengan Savian nyatanya malah awal dari kehancuran hubungannya dengan Savian.

Sorot mata Kara menjadi tajam menatap Mama Savian, ia menggepalkan kedua tangannya yang menjuntai di samping kursi, Kara memicingkan matanya lalu memberikan senyuman tipis pada Mama Savian, Kara mengambil amplop itu lalu membukanya.

Kara pura-pura menghitung uang itu, “ Baunya wangi “. Kata Kara, sembari mengendus uang yang berada di dalam amplop

Mama Savian tersenyum, “ Uang itu 1 M, kamu bisa gunain uang itu buat apapun yang kamu suka, tapi syaratnya tinggalkan Savian “.

Kara meletakkan kembali amplop itu diatas meja, lalu menggesernya kembali mendekati Mama Savian, “ Kara penasaran, kenapa Tante sangat benci sama aku?”.

Mama Savian menatap Kara dengan tatapan seperti sedang melakukan tindakan sarkasme, “ Karena kamu berbeda kelas dengan kami, saya tidak mau cucu saya punya garis keturunan orang miskin “.

Kara mengangguk-anggukkan kepalanya sembari melipat kedua tangannya di depan dada, “ Oke, kalo gitu kasih Kara 300 M untuk ninggalin Savian”. Kara mengangkat alis kanannya, “ Gimana Tante mau ngasih Kara uang segitu?” Kara mencondongkan wajahnya ke Mama Savian yang duduk di hadapannya.

Mama Savian terdiam sejenak, “ Oke, nanti saya kasih cash ke kamu”. Kata Mama Savian, terlihat yakin dengan jawabannya

Kara menarik wajahnya ke belakang untuk sedikit menjauh dari wajah Mama Savian, Mama Savian tersenyum lalu pergi meninggalkan Kara.

Saat Mama Savian berlalu meninggalkannya, pundak Kara yang semula terangkat mendadak menjadi sangat lemas, ia tidak bisa membayangkan bagaimana kalo harus meninggalkan Savian.

Kara menghela napas panjang setelah mengingat pertemuannya dengan Mama Savian Minggu lalu. “ Liat kan Tante, aku bahkan nggak butuh uang 300 M Tante buat ninggalin Savian, walaupun ini berat buat aku “.

                         -----°°°°°-----

Saat ini dihadapan Kara sudah tersedia gelas kecil dengan sebotol minuman beralkohol yang Kara pesan langsung dari pelayan Cafe, meskipun harus membujuk pelayan itu karena mereka hanya menjual minuman itu untuk orang asing (WNA) dan bahkan tidak tersedia di menu, tapi Kara akhirnya berhasil mendapat minuman beralkohol itu dari pelayan Cafe.

Kara menuangkan minuman ke gelas “ Gue nggak nyangka, hubungan yang gue rajut selama dua tahun, ditentukan oleh dua jawaban dari Savian “. Mata Kara sendu menatap gelas yang sudah berisi minuman

Kara menenggak minuman itu dalam satu kali tegukan, “ Ahk... “ aroma minuman masuk ke hidung Kara.

Minuman itu terlihat berwarna merah darah dalam gelas bening yang Kara pegang.

" Orang bilang, minuman ini terasa manis saat kita senang dan terasa pahit saat kita merasa terluka dan sekarang rasanya pahit sekali “. Kata Kara sembari menatap gelas, yang dia bawa ke depan wajahnya.

Kara terus-menerus menenggak minuman itu, di gelas ketiga kepala Kara sudah mulai pusing, minuman itu sudah menguasai badan Kara.

“ Kenapa ada orang yang picik kaya Tante? Kenapa?! “. Kata Kara, begitu melihat ada pengunjung perempuan masuk ke Cafe, pengunjung itu menatap Kara heran karena dia sama sekali tidak mengenal Kara.

Di gelas terakhir, saat Kara hendak menenggak minuman itu lagi, tangan Kara dicengkeram oleh seseorang, Kara mendonggakan kepalanya untuk menatap orang itu, “ Arjune “. Kata Kara, lalu menepis tangan Arjune

Arjune mengambil gelas dari tangan Kara, ia meletakkan gelas itu di atas meja
“ Berhenti minum, Kar!”. Tegas Arjune, sembari duduk dihadapan Kara

Kara tersenyum kemudian Kara tertawa dengan keras lalu menangis.

“ Kenapa? Lo juga mau ngatur hidup gue kaya mereka!? “. Tanya Kara, sembari menunjuk tepat di dekat wajah Arjune, badan Kara sudah tidak lagi stabil.

                           -----°°°°°-----

Hy, terima kasih sudah membaca cerita ini. Jangan lupa apa? Jangan lupa vote and comment ya, enjoy ;)

25 Tahun Usia Rawan? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang