Saat jam makan siang, Kara dan Auryn pergi ke kantin bersama, mereka menikmati hidangan yang mereka beli di kantin sembari bersenda gurau.
Tiba-tiba Mata Auryn mendadak berubah menjadi kesal, begitu melihat seseorang dari belakang Kara berjalan mendekati mereka, Kara menoleh ke belakang, ia melihat Sinta yang berjalan mendekati mereka sembari membawa nampan makanan
Sinta meletakkan nampan ke meja Kara dan Auryn, “ Gue boleh duduk disini, kan?”. Tanya Sinta, melirik Kara dan Auryn.
Auryn yang tidak pernah suka dengan sikap Sinta, menjawab Sinta dengan ketus. “ Telat! Udah naro nampan, baru minta izin, sana pergi! Gue nggak bisa makan bareng orang yang gue benci “. Ketus Auryn, melototi Sinta
Kara mencoba menenangkan Auryn, “ Udah Ryn.. biarin aja “. Kara meminta Auryn agar tidak meladeni Sinta.
Sinta duduk di samping Kara, ia mulai makan, lalu disuapan ketiga ia menghentikan suapannya kemudian memutar badannya sedikit agar bisa menatap mata Kara.“ Gue tahu lo nggak suka sama gue, tapi lo nggak harus ngebentak gue di depan karyawan yang lain “. Kata Sinta, dengan raut wajah yang serius.
Kara tersenyum tipis, ia bersikap seolah tidak mendengarkan Sinta, Kara sibuk menyantap ayam geprek kesukaannya.
Sinta merasa kesal karena Kara tidak menanggapi perkataannya, Sinta menarik piring Kara, untung saja ayam geprek Kara sedang ia pegangi kalo tidak mungkin ayam itu akan jatuh ke lantai.“ Lo belagu banget, sih?! Gue lagi ngomong nggak di dengerin, baru jadi kepala divisi aja udah sombong banget “. Kata Sinta, kesal
Auryn langsung melirik Kara, ia takut emosi kara malah meledak dan membuat citranya rusak dimata karyawan lain, Auryn tahu benar bahwa saat sedang makan Kara tidak bisa diganggu.
Auryn beranjak dari kursinya, ia berdiri di belakang Kara, Auryn menepuk pundak Kara.“ Kar, gue harap lo nggak kepancing emosi”. Bisik Auryn, mencemaskan Kara
Kara tersenyum melirik Auryn sejenak, lalu berbisik pada Sinta.
“ Gue sama sekali nggak tertarik dengan obrolan lo”. Kata Kara, tersenyum sinis
Mendengar hal itu, Sinta menggepalkan tangannya, ia bersiap untuk menampar Kara.
Kara melirik kepalan tangan Sinta, lalu tersenyum sinis. “ Tampar gue, tampar! Kalo lo berani”. Kata Kara, sembari menyodorkan pipinya di depan muka Sinta.“ Jangan lupa, kalo saat ini setiap mata yang ada di kantin bakalan jadi saksi kalo lo bersikap kasar ke gue ”. Sambung Kara, menggertak Sinta
Sinta menatap Kara tajam, matanya seakan mau keluar karena amarahnya, Sinta menghantam Meja kantin dengan keras, ia melampiaskan amarahnya pada meja yang tak berdaya.Para karyawan yang tadinya sibuk dengan urusan masing-masing, mendadak mata mereka tertuju pada Sinta dan Kara, mereka terkejut dengan suara keras dari meja yang dihantam oleh Sinta.
Kara tersenyum, ia mengelus-ngelus meja yang menjadi amukan Sinta, Sinta berlalu meninggalkan Kara dan Auryn, Kara melihat tangan Sinta yang memerah karena tonjokan kuat di meja.“ Uh.... Sakit ni, tangan gue “. Kata Kara, sembari mengelus-ngelus tangannya, Kara menyindir Sinta.
Auryn mendorong bahu Kara, lalu tertawa kecil, Auryn kembali ke tempat duduknya.“ Dia lagi kenapa sih?”. Tanya Auryn, blom memahami kenapa Sinta bisa semarah itu pada Kara.
Auryn memang tidak berada di ruangan ketika Sinta membentak Nina, Auryn sedang pergi menemui bagian produksi untuk mengecek kualitas produk yang akan diedar di pasaran.
“ Tadi dia ngebentak Nina, terus gue nimbrung, gue sih ngerasanya nggak ngebentak ya, gue ngomongnya pelan tapi emang sih perkataan gue rada nusuk buat orang baperan kaya Sinta “. Jelas Kara
“ Gapapa, Kar. Emang tuh anak, sekali-kali kudu dikasih pelajaran “.
Kara dan Auryn melanjutkan makan, lalu kembali ke ruangan.-----°°°°°-----
Hy, terima kasih sudah membaca cerita ini. Jangan lupa vote dan comment ya
KAMU SEDANG MEMBACA
25 Tahun Usia Rawan? [END]
General FictionFirst published: 18 Oktober 2020 Namanya Kirania Rosalind, oleh orang-orang terdekatnya sering dipanggil Kara, perempuan berusia 25 tahun yang harus menghadapi protes orang-orang sekitarnya karena diusia itu ia belum menikah, Kara bisa dibilang suk...