Saat jatuh cinta, aku takut hatiku salah dalam menempatkan pilihan, tapi begitu menyadari bahwa hatiku memilih kamu, rasa takut itu seketika sirna dan berubah menjadi rasa berani
- Arjune ------°°°°°-----
" Pak Arjune”. Jawaban Kara, Singkat.Jawaban yang dilontarkan oleh kara membuat Auryn tercengang dan tanpa mereka sadari, sebenarnya saat Kara menjawab “ Pak Arjune “, Arjune sedang berjalan mendekati mereka dari samping meja yang mereka duduki.
Arjune meletakkan piring yang ia bawa dari ibu kantin, lalu duduk di samping Kara, Kara dan Auryn terkejut dengan kedatangan Arjune, mereka bertanya-tanya “ Apa Pak Arjune mendengar obrolan mereka atau tidak?” entahlah mereka tidak tahu.
Kara dan Auryn melemparkan senyuman kikuk mereka pada Arjune, Kara menatap Auryn tajam, ia mengisyaratkan bahwa ia akan memotong leher Auryn, Auryn berusaha membelah diri bahwa dia juga tidak melihat kedatangan Arjune.
Kara berusaha seperti tidak terjadi apa-apa, dia menanyakan kenapa Arjune makan di kantin karyawan, padahal biasanya Arjune selalu menghabiskan makan siang ditempat khusus para petinggi kantor.
“ Pak Arjune... Kok makan disini?" Tanya Kara, masih terlihat sedikit kikuk, ia menyadari bahwa pertanyaan yang dia ajukan terdengar sedikit lancang, Kara mengernyitkan dahinya.
“ Hari ini saya mau makan disini, gapapa kan? “. Tanya Arjune, tersenyum melihat Kara dan Auryn
Kara menggerakkan tangannya untuk mengatakan kata “ Tidak ", maksudnya tidak Pak jangan makan disini tapi diartikan oleh Arjune tidak masalah silakan makan disini.
“ Lanjut makan aja Pak, kami senang kok ada Pak Arjune “. Kara tersenyum palsu
" Iya, kan?". Tanya Kara pada Auryn, tanpa membuka mulutnya, ia merapatkan giginya.
Auryn menjawab pertanyaan Kara dengan kikuk, " Ehm... Iya, Pak ".
Kara dan Auryn buru-buru menghabiskan makanan mereka, lalu meninggalkan Arjune yang masih lahap menyantap makanannya, Kara dan Auryn kembali ke ruangan mereka.
“ Kira-kira dia dengar nggak ya, obrolan kita?”. Tanya Kara, panik,
Auryn mengangkat kedua bahunya, menunjukkan bahwa dia juga tidak tahu.“ Lo sih! “. Kata Kara, mendorong bahu Auryn dengan jarinya
“ Sorry.... "
“Tapi , gue penasaran deh, kenapa lo milih Pak Arjune bukannya Savian?”. Tanya Auryn, melipatkan kedua tangan di depan dada
“ Gue cuma mau isengin elo doang “. Jawaban Kara saat di kantin, memang untuk menjahili Auryn walaupun pada akhirnya ia malah yang harus menanggung malu karena bisa jadi perkataannya di dengar oleh Arjune.
“ Masa ....?”.
Auryn terlihat tidak percaya dengan jawaban Kara, ia tersenyum untuk menggoda Kara
“ Nggak percaya, yaudah”. Kata Kara, dingin
Auryn tersenyum jahil, Auryn yakin bahwa apa yang dikatakan Kara di kantin tadi murni dari dalam hatinya, tapi Kara tidak menyadari itu.
------°°°°°°------
Saat pulang kantor, Kara hendak menyeberang ke halte depan kantor, Hari ini Kara berangkat menggunakan taksi, ia tidak membawa mobilnya karena tadi terburu-buru untuk ke kantor.Baru saja Kara melangkah meninggalkan kantor, tiba-tiba turun hujan, Kara berbalik arah, ia meneduh di kantor, hujan cukup deras mengguyur ibukota.
“ Sial! Nggak bawa payung, lagi “. Kara menggerutu kesal
Kara terdiam cukup lama sembari memandangi air hujan yang sudah membuat genangan di depan gedung kantor nya, hingga akhirnya Kara memutuskan untuk menerobos hujan lebat karena sebentar lagi bus terakhir akan segera datang, bersamaan dengan langkah kaki Kara, Arjune datang memayungi Kara, Kara terkejut melihat Arjune memayungi nya.
“ Pak Arjune " Kata Kara, begitu melihat Arjune memayungi nya, Kara menatap Arjune cukup lama.
" Terima kasih, Pak “. Kata Kara, tersenyum tipis
Arjune tersenyum, ia mengatakan “ Iya “ lewat tatapan matanya.
“ Saya antar kamu pulang, ya “. Kata Arjune, menurunkan pandangannya karena Kara sedikit lebih pendek darinya.
“ Nggak usah, Pak. Saya naik Transjakarta, aja “.
Kara berusaha menolak ajakan Arjune, Kara melihat Arjune sekilas, terlihat jelas bahwa Arjune kecewa karena penolakan Kara.
“ Yaudah deh, Pak “.
“ Kamu mau saya anterin?”. Tanya Arjune, memastikan
Kara mengangguk pelan, wajah Arjune berubah menjadi senang begitu tahu Kara menerima ajakannya.
Mereka berbalik arah menuju parkiran kantor, Kara diam-diam memperhatikan Arjune, Kara melihat pundak Arjune yang basah karena tetesan air hujan, Arjune menghiraukan pundaknya dan tak mengeluh sedikitpun, Arjune lebih memedulikan Kara agar tidak basah terkena hujan, bahkan payung yang Arjune pegangi lebih banyak memanyungi tubuh Kara dibandingkan memanyungi tubuhnya sendiri
-----°°°°°-----
Mereka sudah melaju menuju rumah Kara, Arjune sebenarnya tidak bisa mengendalikan perasaannya tapi ia masih bisa bersikap tenang agar Kara merasa nyaman bersamanya.
“ Rumah kamu dimana, Kar?”. Tanya Arjune, membuka perbicangan, ia melirik Kara yang duduk di samping kanannya.
“ Bentar ya, Pak “. Jawab Kara,
Kara membuka Maps di handphonenya, ia mencantumkan alamat rumahnya kemudian memberi handphonenya pada Arjune.“ Ni, Pak”.
Arjune mengambil handphone dari tangan Kara, menaruhnya di dasboard mobilnya“ Kar, aku boleh minta sesuatu nggak? “. Tanya Arjune, tanpa melihat Kara
“ Apa, Pak?”. Kara balik bertanya
-----°°°°°-----Hy, terima kasih sudah membaca cerita ini, semoga kalian menyukai cerita ini, jangan lupa vote and comment supaya aku tahu bahwa cerita ini beneran ada yang baca atau enggak :)
Note: Karakter,tempat, organisasi,bisnis dan segala unsur di dalam cerita hanya karangan belaka, apabila ada kesamaan cerita pengalaman pribadi seseorang, itu diluar kendali Author :)
KAMU SEDANG MEMBACA
25 Tahun Usia Rawan? [END]
General FictionFirst published: 18 Oktober 2020 Namanya Kirania Rosalind, oleh orang-orang terdekatnya sering dipanggil Kara, perempuan berusia 25 tahun yang harus menghadapi protes orang-orang sekitarnya karena diusia itu ia belum menikah, Kara bisa dibilang suk...