Part 14: Jangan takut

316 6 0
                                    

Kara mendekati wajah Nina, “ Nina! Tegakin kepala, kamu “.

Kara mendonggakan kepala Nina dengan ibu jarinya, ia membuat Nina menatap Sinta, meskipun berulang kali Nina memalingkan pandangannya tapi Kara tetap berupaya membuat Nina menatap Sinta.

“ Kanapa lo diam aja?! Gue tahu, lo mau balas ngebentak dia kan? “. Tanya Kara

Nina menggeleng, “ Enggak, Mbak “.

Kara menghembuskan napas kasar, “ Jangan bohong, kepalan tangan lo, nggak bisa nyembunyiin semuanya “. Kata Kara, mengangkat tangan kiri Nina.

Nina membuka kepalan tangannya, ia kembali berusaha menyangkal perkataan Kara.

Kara kembali melihat Sinta, nampaknya Sinta mulai bingung, sebenarnya orang yang mau Kara benarkan itu dia atau Nina.

“ Jangan lupa, kita ini team, nggak ada yang namanya superior disini, kita sama-sama pekerja disini, satu salah berarti semua salah. Itu yang namanya team“. Kata Kara, menatap Sinta

Kara tersenyum, “ Dan yah, hanya karena lo lebih dulu kerja disini daripada Nina, bukan berarti lo berhak ngebentak dia di depan teman-teman lain “.

Kara kembali ke tempat duduknya, Sinta melirik  Kara kesal, Sinta dan Nina kembali duduk dimeja kerja masing-masing

Kara melihat Sinta lagi, sembari memutar-mutar pulpen ditangannya, “ Terakhir, Tolong. Gunain kata Tolong, saat lo butuh bantuan orang lain “.

Sinta mengangkat alisnya begitu mendengar ucapan Kara, Sinta buru-buru memasangkan aerphone di kedua telinganya, ia tidak mau mendengarkan ocehan Kara lagi.

Saat Kara hendak mengetik, ia kembali teringat dengan premen karet yang ada di heels nya, Kara beranjak dari tempat duduknya lalu pergi ke toilet.

“ Siapa juga yang makan premen karet dibuang sembarangan gini, jorok banget “. Kata Kara, menggerutu sembari menarik tissue di toilet.

Hari ini, Kara memakai rok yang lumayan pendek, karena takut ada yang melihat, Kara memutuskan untuk ke kamar kecil, Kara mengunci pintu lalu menutup closet., ia duduk diatas closet yang sudah tertutup.

Kara menarik permen karet itu dengan tissue, begitu premen karet itu terlepas Kara beranjak dari kamar kecil, ia mencuci tangan di wastafel toilet, di depan wastafel Kara melihat ada Nina yang sedang bercermin, sepertinya Nina sedang memperbaiki riasannya di wajahnya.

“ Mbak... “. Sapa Nina, mencoba membuka perbincangan dengan Kara

“ Iya? “. Sahut Kara, tanpa melihat Nina, Kara menggosokkan tangannya dengan sabun pencuci tangan

“ Makasih buat tadi “. Nina tersenyum lebar pada Kara

Kara menekan keran wastafel, “ Sama-sama “. Kata Kara, tersenyum tipis

Kata mematikan keran wastafel, ia membersihkan tangannya menggunakan tissue yang sudah disiapkan oleh kantor.

“ Lain kali, kalo lo ngerasa benar, lo harus berani ngelawan, jangan takut, bahkan dengan pemilik perusahaan sekalipun, mereka nggak ngasih duit ke lo dengan percuma, lo diperkerjakan karena kemampuan lo dan yah, mereka nggak gaji lo buat ngambil harga diri lo”. Kata Kara, sembari mengeringkan tangannya menggunakan tissue

“ Jangan lemah, kalo lo lemah, lo bakal berakhir seperti ini “. Kara menatap Nina dengan serius, lalu membuang tissue yang sudah basa ke tong sampah.

Kara tersenyum sembari menepuk-nepuk pundak Nina, lalu pergi meninggalkan Nina.

25 Tahun Usia Rawan? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang