"Jadi Jihoon sunbaenim seperti itu ternyata sifatnya? Pantas saja dia tidak memiliki banyak teman"
"Prestasi dan sifat pendiamnya itu hanya topeng?"
"Lalu bagaimana dengan Soonyoung sunbaenim? Kenapa akhirnya dia mau bersama Jihoon sunbaenim?"
"Banyak yang mengatakan Jihoon sunbaenim menjebak Soonyoung sunbaenim" gadis itu menggerakkan dua jarinya menunjukkan sebuah tanda kutip di sisi kepalanya. "Jadi ya mau bagaimana lagi"
Gadis-gadis yang lain menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang mereka dengar. "Kasihan sekali Soonyoung sunbaenim. Ternyata Jihoon sunbaenim seperti itu"
Berita-berita miring itu terus tersebar begitu cepat. Bahkan meskipun Jihoon lewat dihadapan mereka, mulut-mulut sampah itu akan terus membicarakannya. Jihoon sama sekali tidak ambil pusing tentang berita-berita miring itu, lagi pula dirinya sudah tidak peduli bagaimana pendapat mereka. Toh dirinya tidak hidup dari mereka.
Beberapa pria datang menghadang jalannya saat ia melewati gudang farmasi di belakang gedung farmasi. Pria-pria tinggi itu nampak menyeringai kearahnya yang berjalan sendirian.
"Oh ayolah, aku sedang tidak mood" keluhnya lirih. Pria paling tinggi itu mendekatinya dengan raut meremehkan Jihoon. Tangan besar pria itu mencolek dahu Jihoon berusaha menggoda.
"Dari pada kau dengan Soonyoung, lebih baik kau denganku saja"
"Lebih baik lagi dengan kami, bukankah semakin banyak semakin seru?" celoteh pria lain dibelakangnya.
Mereka berusaha mengepung Jihoon dari berbagai sisi. Ketika salah satu tangan pria-pria itu menyentuh pundaknya, dengan cepat jihoon putar hingga terpelintir lalu menendang punggung pria itu.
"Ooww, tidak perlu pakai kekerasan sayang. Bagaimana jika kita bicara baik-baik?" pria yg berusaha meletakkan tangan di bahunya, Jihoon sikut cepat ulu hatinya.
"Kau lebih suka menggunakan kekerasan? Baiklah, honey" Jihoon segera menendang masa depan pria itu dengan kuat. Lalu segera menunduk saat ia rasa ada pria lain dibelakangnya yang mencoba memeluknya dan kembali menyikut tulang rusuknya.
Tidak. Jihoon sama sekali tidak tinggal diam dan tidak memberi ampun. Beberapa pukulan ia berikan lagi bahkan ketika mereka sudah tergeletak.
"Berhenti Jihoon-ah" Suara Seowon membuyarkannya. "Kau bisa membunuh mereka"
Jihoon kemudian berdiri dan membenahi pakaiannya. Memastikan penampilannya kembali rapi dan bersih. Ia kemudian berjongkok tepat disamping wajah pria yang paling agresif menyerangnya.
"Sampah sepertimu tidak pantas menyentuhku" diinjaknya lagi dada tempat ia menyikutnya tadi. Lalu menatap satu persatu pria yang lainnya. Mengingat bagaimana wajah pria bajingan yang hanya memikirkan selangkangannya. "Begitu juga dengan kalian"
"Ji!" Jihoon berlari kecil kearah Seowon membuat rambut hitam panjangnya bergoyang indah bahkan dibawah sinar matahari yang terik. Manik gadis itu masih datar tidak menunjukkan ekspresi apapun. Tapi Seowon tau, ada rasa takut didalam diri sahabatnya itu.
Dan benar dugaannya. Jihoon jadi lebih pendiam daripada biasanya. Bahkan hingga mereka makan malam bersama Jihoon hanya akan berbicara seadanya. Gadis itu juga sedikit menjauhi Soonyoung. Tidak akan ada yang menyadari perubahannya jika tidak memperhatikan Jihoon dengan benar. Dan Seowon menyadari itu. Seowon seperti melihat Jihoon yang sama dengan Jihoon yang ia kenal saat di Jebu-do.
.
.
.
Soonyoung menyadarinya. Jihoonnya sedikit menjauh, Soonyoung menyadarinya. Gadisnya menjadi lebih diam, Soonyoung menyadarinya. Tapi Soonyoung tidak tahu apa penyebabnya.
YOU ARE READING
Drama (Squel of Mask) GS
FanfictionJihoon tidak ingin menebak apa yang terjadi antara dirinya dan Soonyoung. Dia tidak cukup percaya diri untuk menjadi prioritas Soonyoung selamanya. Mungkin kebekuan di hatinya telah mencair, tapi bukan berarti ia mampu percaya seutuhnya pada Soonyou...