15

922 137 7
                                    

      "Aku hanya tidak ingin Jihoon terlibat dalam hal itu, hyung!" Pria dengan sneli khas dokter itu berkacak pinggang dengan emosi sudah ada diambang batasnya.

     "Kau seharusnya tidak mengurusi anak itu, Minjae-ya. Yang kau pikirkan itu harusnya Jin Goo, adik kandungmu!"

      Minjae mengacak rambutnya frustasi. Ia hanya tidak ingin adik sepupunya terlibat hal-hal buruk. Apalagi hingga mencelakai orang lain.

    "Hyung, kali ini saja heum. Bantu aku, aku hanya tidak ingin terjadi hal yang buruk padanya. Dia juga keluarga kita hyung"

     Jin Yeop memijit dahinya yang terasa nyeri. Ia benar-benar pusing memikirkan adik-adiknya ini. Sejujurnya ini bukan hal yang harus ia ikut campuri, hanya saja Minjae benar-benar memaksanya untuk turun tangan.

     "Minjae-ya. Jika kau ingin Jihoon tidak terlibat dalam hal itu, kau tidak perlu sampai memukulnya. Apa kata abeoji dan eomma nanti?"

     "Baik baik. Aku mengaku salah. Aku terlalu emosi karena sifat keras kepalanya" Minjae menghela napasnya lelah. Ia akui saat itu dirinya kelepasan hingga memukuli Jihoon. Tapi itu semua karena ia begitu khawatir pada Jihoon.

      "Hyung akan coba bicarkan pada abeoji-"

      "Jangan sangkut paut kan abeoji, hyung" potong Minjae dengan cepat. "Hyung tahu apapun yang aku inginkan darinya tidak akan pernah ia gubris. Aku bukan hyung yang selalu dituruti oleh abeoji"

      "Sebenarnya apa maumu huh? Jika kau tidak ingin menggunakan caraku, untuk apa kau meminta bantuanku? Pikirkan saja sendiri!"

      "Hyung! Hyung! Haish!! Sial" Kepalanya berdenyut pusing, bicara dengan kakak tertuanya tidaklah menghasilkan sesuatu yang baik untuk masalah Jihoon. Tangannya mengepal, memukul udara kosong. Lidahnya bermain di pipi dalamnya -kebiasaannya saat sedang marah-.

    Ia bawa langkah kakinya pergi dari sana dengan emosi yang masih membucah. Tapi sekali lagi, maniknya berada dalam satu garis lurus dengan adik tingkatnya. Dejavu, seperti saat ia sedang bertengkar dengan sang ayah. Lee Jihoon. Gadis itu menatapnya dalam diam, dan langsung pergi begitu saja. Sial! Lagi-lagi ia harus bertemu Lee Jihoon dalam keadaan seperti ini.

.

.

.

     Project musik yang dilakukan Jihoon bersama Chanyeol sudah berakhir dan membuahkan hasil yang luarbiasa. Lagu miliknya berhasil menjadi sebuah soundtrack mini series yang cukup di gandrungi oleh kalangan remaja. Setidaknya ia dapat menabung dengan hasil kerjanya sendiri adalah hal yang terus Jihoon terapkan sejak dulu.

      Dengan laptop yang masih menyala dihadapannya bersama lembar-lembar laporan kerjasama musiknya Jihoon menghela napas lega. Atensinya kemudian beralih pada jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Dan Soonyoung kembali pulang terlambat. Weekend dan Soonyoung sudah pergi sejak pagi tadi, ponselnya pun sunyi yang artinya tidak ada kabar sama sekali dari Soonyoung. Ia tidak mungkin menelpon ke rumah Soonyoung, yang ada Yeji dan Kwon abeoji semakin ikut khawatir.

    Panjang umur. Pintu apartemen langsung terbuka dan muncul tubuh Soonyoung disana. Pria itu tampak lelah, terbukti dengan melempar tas nya begitu saja lalu merebahkan dirinya di sofa. Kemejanya sudah berantakan, lengannya tergulung sampai siku dan tidak lagi dimasukkan ke dalam celana dengan rapi.

    "Ada apa?"

   "Hanya lelah" setelahnya Soonyoung lebih memilih memejamkan matanya, beristirahat sejenak. Jihoon membereskan barangnya yang berserakan dan menonton televisi dengan mengunyah biskuit madu kesukaannya. "Ji"

Drama (Squel of Mask) GSWhere stories live. Discover now