Ice cream rasa mocca dan mint itu sejak tadi menenuhi meja Seowon dan Jihoon. Sekarang sudah masuk cup ke tiga yang bahkan sudah habis setengah oleh Seowon. Jihoon membiarkan temannya itu menghabiskan ice cream sendiri, paling-paling hanya berakhir sakit perut. Dan tidak akan berpengaruh pada selera makan Seowon selanjutnya.
Ponsel Jihoon berbunyi tepat sendok terakhir ice cream Seowon masuk ke mulutnya. Seowon masih belum bicara sejak tadi. Bukannya tidak ingin bercerita, hanya saja.... ia bingung harus memulainya dari mana.
"Soonyoung menanyakanmu" kepalanya terangkat menatap Jihoon. "Soonyoung sudah mendengar kejadian tadi"
"Mingyu?"
"Mungkin" Seowon menghela napasnya lelah. "Jja, ayo pulang" gadis itu berdiri dari duduknya, tapi Seowon menahan tangannya. Temannya itu kembali menundukkan kepalanya dengan menggigit bibir bawahnya. "Soonyoung ingin bertemu denganmu. Ayo"
Seowon menurut. Ia membiarkan Jihoon menggenggam tangannya keluar dari cafe, seperti seorang ibu yang menarik anaknya untuk pulang. Seowon juga membiarkan Jihoon kembali mengambil alih kemudi seperti tadi. Ia bahkan juga terus mengekori Jihoon dengan patuh menuju ke apartemen gadis itu. Benar. Soonyoung, Mingyu, dan Wonwoo ada disana.
"Kemarilah" Wonwoo membuka tangannya lebar, menyuruh Seowon -temannya yang selalu merengek di segala situasi- itu masuk ke pelukannya. Patuh. Seowon memeluk gadis tinggi itu dalam diam dan memejamkan matanya berusaha mengenali perasaannya yang sekarang.
"Tak apa, tenanglah" tangan besar Mingyu mengacak surai Seowon. Pria berpipi chubby itu tiba-tiba meneteskan air matanya.
"Seowon-ah. Bagaimana rasanya?" suara Soonyoung terdengar ragu dan lembut.
"Aku juga tidak tahu. Hanya terasa sulit" gelengan kepalanya lemah.
"Hmm.. pasti sulit"
Wonwoo mengajak Seowon duduk disebelah Soonyoung. Kepalanya masih menunduk. Tangisnya tidak bersuara.
"Tapi Seowon-ah. Kau sudah melakukan hal benar. You did well, Seowon-ah" Soonyoung menepuk kepala temannya itu.
"Aku.. hanya tidak ingin dia merasakan apa yang aku rasakan" manik Seowon memandang jauh. "Dijauhi keluarga dan dipandang sebelah mata itu menyakitkan" tidak ada yang menginterupsi Seowon. "Perasaan itu juga datang tanpa permisi. Aku pernah menyangkalnya, tapi justru membuatku semakin tidak nyaman"
"Ini pertama kali?"
"Hmm" anggukan disertai senyum itu terasa hambar. "Pertama kali aku mengenal cinta. Tapi justru menjebloskan ku pada lubang kesalahan yang sangat dalam sampai-sampai aku tidak ingin merasakannya lagi"
..
.
Seowon baru saja terlelap di kamar Soonyoung beberapa menit yang lalu. Jihoon dan Wonwoo juga telah kembali ke kamar Jihoon untuk beristirahat. Tapi tidak dengan Mingyu dan Soonyoung. Keduanya bahkan tidak dapat memejamkan kedua matanya. Kenyataan bahwa ini pertama kalinya mereka melihat sisi lain Seowon membuat berbagai macam pikiran berebut masuk diotak mereka.
"Aku mengenal Seowon sejak awal perkuliahan, tapi tidak sedikitpun aku tahu kehidupan pribadinya" Soonyoung mengangguk membenar Mingyu. Pria tinggi itu yang lebih dulu mengenal Seowon, yang kemudian menjadi dekat dengannya dan Jihoon saat menjalani program kampus. "Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan padanya. Dilihat dari sisi manapun, aku hanya dapat menemaninya saat dia sedih. Selain itu sulit" kepalanya mendongak menyandar pada punggung sofa menatap langit-langit ruang tengah apartemen Jihoon dan Soonyoung.
Mingyu memilih tidur di sofa ruang tengah, karena hanya sofa itu lah yang muat untuk tubuh tingginya. Sedangkan Soonyoung menggelar kasur lipatnya di bawah sofa. Keadaan ruang tamu yang biasanya langsung membuat mereka terlelap karena nyaman dengan lampu tumblr milik Jihoon dan pewangi ruangan aroma kopi itu justru sama sekali tidak membuat keduanya dapat memejamkan mata. Sama seperti Mingyu, Soonyoung juga tidak dapat memejamkan matanya untuk tidur.
"Buat dia nyaman seperti biasanya kita, tapi tidak perlu memaksakan keadaan untuk menghiburnya. Biarkan dia sembuh dengan caranya sendiri"
Mingyu mengangguk, ia setuju dengan keputusan Soonyoung. Tapi kemudian tubuhnya terduduk tegak. "Lalu bagaimana jika pria itu kembali datang? Tidakkah sebaiknya kita menjauhkan Seowon darinya?"
"Ani, itu tidak akan menyelesaikan masalah. Biarkan Seowon terbiasa untuk mengatasinya sendiri. Ketika dia tidak sanggup, baru kita bantu" ia memiringkan tubuhnya ke kanan memunggungi Mingyu. Manik Soonyoung menyusuri lampu tumblr yang memanjang didinding belakang televisi. Perpaduan antara warna abu-abu dan warm itu terasa pas dipandang. "Tapi kudengar Minjae sunbaenim ada disana saat kejadian"
Tubuh Mingyu menegang beberapa detik dan kembali seperti tidak terjadi sesuatu. "Hmm.. Tapi Seowon sama sekali tidak menyebut Minjae sunbaenim dalam ceritanya"
"Mengapa akhir-akhir ini orang itu selalu berada disekitar kita?" benar. Mingyu baru menyadari ini.
"Apa tujuannya?" kedua alis Mingyu kembali mengerut mengingat fakta yang dijabarkan Soonyoung.
"Bagaiamana jika dia memiliki maksud buruk pada kita?" pertanyaan ini membuat Soonyoung membaringkan tubuhnya kembali terlentang normal. Beberapa detik berlalu dalam keheningan, kemudian disusul dengan senyum miring dan menatap Mingyu.
"Mari kita lihat"
..
.
Banyak mata tertuju pada mereka. Tidak, lebih tepatnya Seowon. Mereka baru tiba dikampus dan semua orang terus menatap kearah mereka.
"Angkat kepalamu" bisik Mingyu. Benar, jangan pernah takut untuk show off jika memang kita tidak salah. Seowon sudah benar, dia ingin kembali hidup normal. Dan tidak ada yang perlu ia sesalkan untuk itu. Setidaknya itu yang terus mereka katakan pada Seowon sejak ia bangun tidur.
Yang perlu Seowon lakukan saat ini hanya menulikan telinga, bagaimana pun pasti ada tambahan cerita yang menyebar. Tidak peduli itu fakta atau tidak. Jun menghampiri mereka dengan tergesa-gesa. Ia langsung menepuk pundak Seowon.
"Sorry aku tidak ikut dengan kalian semalam. IGD banjir pasien" benar, Jun tidak ikut ke apartemen Jihoon karena IGD mendadak seperti pasar malam. Serta para koas baru yang tiba-tiba membuat para konsulen naik darah secara serentak. Dirinya yang hanya ingin ambil data jadi terseret untuk turut membantu para koas.
"Tak apa"
"Ayo makan" Mingyu selalu menjadi yang memesan beberapa menu makanan untuk mereka. Seperti sudah kebiasaan.
"Aku ingin makan pedas hari ini" Jihoon menggeleng pada Seowon.
"Kau sudah makan terlalu banyak ice cream kemarin. Makanlah yang normal" Seowon menghela napas tidak terima.
"Aku ingin menaikkan moodku" lalu sekotak susu pisang langsung hadir didepannya. Seowon merengut kali ini.
"Ku bilang ingin makan yang pedas, bukan minum yang manis" manik nya menatap Jun, dan beralih pada Soonyoung meminta bantuan. Tapi teman sipitnya itu menggeleng. Harapan terakhir pada Mingyu, dan yang pria itu lakukan justru memesankan dak kalguksu untuknya. "Kalian benar-benar -"
"Bisa kita bicara sebentar?" semua mata secara refleks menoleh dan mendapati Minjae berdiri tepat dibelakang Seowon. "Kim Mingyu-ssi?"
.
.
.

YOU ARE READING
Drama (Squel of Mask) GS
FanfictionJihoon tidak ingin menebak apa yang terjadi antara dirinya dan Soonyoung. Dia tidak cukup percaya diri untuk menjadi prioritas Soonyoung selamanya. Mungkin kebekuan di hatinya telah mencair, tapi bukan berarti ia mampu percaya seutuhnya pada Soonyou...