16

890 133 13
                                    

          "Siapa dia?" Mingyu terus memberikan pertanyaan itu sejak Wonwoo memintanya untuk menolong pria yang sedang bersama Wonwoo tadi. Wonwoo bersikeras membawanya ke rumah dan merawat lukanya hingga pria itu sadar. "Jeon Wonwoo. Aku sedang bicara padamu"

       Wonwoo mendesah lelah. Ia beranjak ke dapur dan memaksa Mingyu mengikutinya. Ia menatap wajah Mingyu untuk sesaat lalu melingkarkan tangannya di pinggang Mingyu dan tersenyum lembut pada kekasihnya.

     "Dia mantan muridku" alis Mingyu mengerut. "Kau ingat diawal perkuliahan aku bekerja sebagai guru les bukan?" lelaki yang lebih tinggi mengangguk. "Dia salah satunya" Wonwoo mendudukkan Mingyu di kursi makan. "Namanya-"

     "Park Jihoon" kali ini Wonwoo yang memandang Mingyu bingung. "Aku pernah melihatnya di kampus bersama seorang seniorku. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi sepertinya seniorku begitu marah pada laki-laki itu"

    "Hmm.. dia memang lulus dan masuk fakultas kedokteran dua tahun lalu. Yang aku tahu, dia berasal dari keluarga yang tidak baik. Dalam arti broken home, dia anak angkat dikeluarganya dan sering dijadikan kambing hitam oleh ayahnya. Ah.. kakak keduanya juga" Mingyu menarik Wonwoo agar duduk dipangkuannya dan mengisyaratkan untuk melanjutkan ceritanya. "Dulu ia sering babak belur karena dibuli oleh teman-teman sekolahnya. Kakak keduanya lah yang selalu menolongnya hingga adik kandung di keluarga itu merasa iri dan terus menekan Jihoon"

   "Adik kandung?"

   "Mereka tiga bersaudara kandung. menjadi empat karena ada Jihoon, yang langsung menggeser posisi anak bungsu dikeluarga itu. Karena terlalu sering memperhatikan Jihoon, kakak keduanya sering dimarahi dan dianggap sanggup melakukan semuanya sendiri hingga sering tidak diperhitungkan sebagai anak disana"

   "Karena terlalu sering melindungi Jihoon?"

   "Ya.. hmm.. keluarga mereka rumit, aku tidak mengerti. Aku hanya akan menolong Jihoon semampuku. Bagaimanapun dia anak yang baik"

   "Aku pun tidak mengerti keluargaku, noona" keduanya menoleh kearah yang sama. Jihoon. Laki-laki itu berdiri dipintu kamar dengan jalan tertatihnya. Bibirnya menyunggingkan sedikit senyum, tapi tidak matanya.

    "Kemarilah, Jihoon. Kita makan dulu" manik Jihoon menatap Mingyu ragu. Ia ingat pria tinggi disamping Wonwoo. Pria yang sama dengan orang yang menolongnya kala itu.

     "Kemarilah. Tidak apa-apa" Jihoon menggigit bibirnya sebelum mendekat dan duduk bersebrangan dengan Mingyu. Gigi taring terlihat saat Mingyu tersenyum pada Jihoon. "Sudah merasa lebih baik?"

   "Nde. Terimakasih"

   "Lebih baik makan dulu. Kita bicarakan ini lagi nanti" sela Wonwoo setelah meletakkan makanan di meja dan memulai makan.

.

.

.

        Siang ini begitu terik untuk Jihoon. Gadis itu memilih untuk melepas jas lab miliknya dan menyeruput Ice Americano yang tinggal setengah. Sedang tidak memiliki mood untuk menyentuh catatan atau ponsel yang kini tergeletak disamping jas labnya. Maniknya melebar dengan senyum yang mekar melihat patbingsoo pesanannya akhirnya tiba. Segera ia menyendok dessert manis itu ke mulutnya. Senyumnya semakin mengembang ketika rasa dingin yang diikuti manis kacang merah langsung menyapa indra perasanya. Kakinya berayun ringan dibawah meja, tangannya tidak berhenti mengambil suap demi suap dessert dingin didepannya.

       "Kau senang?" kepalanya mendongak, dan mendapati Seowon berdiri dihadapannya. Jihoon mengangguk tipis dan kembali menatap patbingsoo miliknya. Ia membiarkan Seowon duduk dan ikut menyendok makanan manis itu tanpa ijin kemudian tidak ada suara lagi dari temannya itu. Jihoon mengernyit bingung, ini adalah hal yang sangat jarang terjadi. Seorang Lee Seowon jadi pendiam. Diperhatikannya lelaki chubby didepannya dalam diam. Sebelah alisnya terangkat, berusaha memancing Seowon untuk bicara. Tapi lelaki itu justru memiringkan kepalanya bingung. "Apa?"

Drama (Squel of Mask) GSWhere stories live. Discover now