Jihoon mengernyit saat maniknya bertatapan langsung dengan lampu. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk membiasakan pandangannya. Bola mata itu bergerak kesana-kemari memperhatikan kondisi sekitar. Ia kemudian terduduk tegak setelah mengingat kejadian di lift tadi. Bagaimana kondisi yang lainnya?
Ia terkejut saat tirai disebelah dibuka dengan cepat. Wajah Daniel yang nampak santai terlihat dibrangkar sana. Pria itu kemudian menyandarkan diri diranjangnya dan menatap tangan terinfusnya dengan kagum.
"Ternyata seperti ini rasanya diinfus" Ia kemudian menoleh kepada Jihoon dengan cemberut. "Sakit sekali, nyeri, tidak enak" lalu tiba-tiba tubuhnya duduk dengan tegak dan menatap Jihoon. "Apa kau pernah diinfus sebelumnya?"
"Hm.. beberapa kali"
"Bagaimana bisa??? Kau sakit apa? Apa saat period mu datang? Atau kau memang sering terlalu lelah? Untuk sekarang bagaimana? Apa kau masih sering lelah? Kau sudah tidak sering diinfus kan? Kau tidak- YA!"
"Kau berisik jika kau ingin tahu" Jun memukul kepala Daniel dengan papan rekam medis mereka.
"Aku sedang berbicara dengan Jihoon jika kau ingin tahu"
"Kau mengganggu pasien lain jika kau ingin tahu" balas Jun sengit.
"Kau mengganggu obrolan kami jika kau ingin tahu" balas Daniel tidak kalah sengit.
"Kalian berisik jika kalian ingin tahu" itu suara Jihoon. Terdengar lirih namun dingin.
"Sorry/Maaf" ucap keduanya bersamaan. Daniel kembali menatap Jihoon. "Jadi?" Gadis itu menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa kau pernah diinfus sebelumnya?"
"Hanya kelelahan" kini Jihoon kembali menyandarkan tubuhnya. Membiarkan dirinya lebih rileks.
"Kau harus menjaga kesehatanmu" kini Jun yang menaikkan alisnya menatap Daniel. "Aku akan sering mengingatkan mu makan atau istirahat" Jun kini mengarahkan seluruh atensinya pada Daniel. "Aku hanya berusaha menjadi teman yang baik. Kau dan yang lain boleh perhatian pada Jihoon sebagai teman, tapi kenapa aku tidak boleh?"
"Kau mempunyai perasaan lebih dari sekedar teman pada Jihoon jika kau lupa" Jun mendesis pelan, ia mulai geram pada Daniel yang keras kepala. "Kuingatkan, jangan melewati batasmu. Kau temanku, tapi Soonyoung juga temanku"
.
.
.
Soonyoung mendatangi Jihoon tepat saat infusnya habis dan sudah diperbolehkan pulang. Lelaki itu memeluk lalu mengecup kepala Jihoon sembari kembali mengucap kata syukur akan keadaan Jihoon yang baik-baik saja.
"Kita pulang dulu, lalu istirahat dirumah. Oke?" Jihoon tersenyum kecil pada Soonyoung, membiarkan sang pria membantunya berbenah.
Daniel terdiam ditempatnya melihat betapa lembutnya perlakuan Soonyoung pada Jihoon. Ia tahu ia hanya bisa mendekat pada Jihoon sebagai seorang teman. Tapi rasanya ada yang tidak nyaman di hatinya. Seakan-akan pikiran dan hatinya tidak dapat berkompromi dengan benar.
"Pulanglah. Jernihkan pikiranmu" suara Jun mendadak ada disamping telinga nya. "Jangan lupa kerjakan referatmu"
"Sialan!"
.
.
.
Gadis itu tersenyum saat melihat Soonyoung yang sudah nampak segar dengan aroma sabun khas miliknya itu tengah membuat teh herbal andalannya. Ia kemudian berjinjit agar tidak menimbulkan suara kemudian memeluk lelakinya itu dari belakang. Jihoon merasa sangat nyaman. Segala ketakutan dan kepanikannya tadi langsung menguap begitu saja. Pelukan hangat itu sangat Jihoon sukai.
YOU ARE READING
Drama (Squel of Mask) GS
Hayran KurguJihoon tidak ingin menebak apa yang terjadi antara dirinya dan Soonyoung. Dia tidak cukup percaya diri untuk menjadi prioritas Soonyoung selamanya. Mungkin kebekuan di hatinya telah mencair, tapi bukan berarti ia mampu percaya seutuhnya pada Soonyou...