1

2.1K 183 16
                                    

"Seperti yang selama ini kau katakan. Orang-orang dapat salah paham dengan kita" Soonyoung berpindah kehadapan Jihoon. Laki-laki itu berjongkok dan menggenggam tangan Jihoon erat-erat serta menatap kedua manik yang telah menemaninya sejak ia masuk perkuliahan hingga tahun ketiga mereka disini. "Kali ini, mereka tidak perlu salah paham pada kita. Karena aku ingin mempertegas hubungan kita pada mereka. Sesuai dengan presepsi mereka tentang kita. Apa aku boleh melakukannya Jihoon?"

"Aku tidak bisa"

.

.

.

"Kenapa?" Jihoon sudah akan beranjak jika saja Soonyoung tidak kembali membuka suara. "Aku ingin mengetahui alasan kau selalu menolakku, Jihoon"

Gadis itu kembali menatap kearah Soonyoung. Kelereng cokelat mudanya bergerak memperhatikan setiap sisi wajah Soonyoung sebelum menatap tepat ke manik hitam lawan bicaranya.

"Perasaan apa yang kau miliki untukku? Cinta? Suka? Nyaman? atau hanya sekedar ingin?" bibir Soonyoung mendadak terkunci rapat. Kata-kata yang ingin ia ucapkan tiba-tiba tertahan begitu saja dan tidak dapat ia keluarkan. Ia tertegun, disaat itulah pikiran dan hatinya berada pada bagian yang berbeda.

Jihoon menarik ujung bibirnya, maniknya yang tadi penuh tanda tanya kini kembali tak terbaca. Tidak ingin lebih lama lagi melihat Soonyoung terdiam dihadapannya, ia memilih kembali masuk ke laboratorium dan melanjutkan kegiatannya.

.

.

.

Jihoon tidak pernah merasa selinglung ini sebelumnya. Banyak hal berebut masuk dalam pikirannya. Harusnya saat ini Jihoon mengerjakan beberapa tugas kampusnya diperpustakaan kota. Tapi gadis itu justru mampir ke cafe yang jauh dari pusat kota dan memesan wine ditengah hujan sore ini. Jemarinya bermain di bibir gelas, memutari dengan pandangannya kosong. Ponselnya bahkan sengaja ia matikan dan tergeletak begitu saja dimeja.

Peristiwa demi peristiwa tiba-tiba terputar begitu saja didalam kepala cantiknya. Masa lalunya yang tidak ingin ia ulangi. Lalu pertunangan tiba-tiba antara dirinya dan Soonyoung. Dan kehilangan untuk yang kesekian kali ini benar-benar membekas didalam perjalanan hidupnya.

Pandangannya tiba-tiba terkunci pada cincin yang melingkar di jemarinya. Telah cukup lama cincin itu tersemat disana, namun tidak ada perubahan yang berarti pada hidupnya. Sudut bibirnya tertarik keatas, membentuk sebuah senyuman kecil yang nampak seperti menertawakan diri sendiri saat mengingat respon yang diberikan Soonyoung untuknya kemarin. Rasanya Jihoon sudah cukup terbiasa dengan penolakan, buktinya ia tidak merasakan kesakitan saat ini. Ia ingin menertawakan dirinya sendiri, merasa begitu bodoh bertanya mengenai perasaan Soonyoung padanya kemarin.

Tertawa kecil lalu kembali menatap cairan gelap itu tajam dan bergumam remeh untuk dirinya sendiri. 'Kau terlihat lemah Jihoon' . Meneguk habis wine didalam gelasnya dan sebelum beranjak pergi dari sana.

.

.

.

"Jadi, bagaimana hubunganmu dengan Soonyoung sekarang?" Seowon duduk disamping Jihoon dengan terus mengunyah keripik kentangnya. Gadis yang menjadi satu kelompok di beberapa ujian praktikum akhirnya itu nampak lelah dengan cepolan rambut dan kacamata bulat khas miliknya. Tentu saja lelah, ini musim ujian praktikum bagi tingkatannya sebelum melakukan penyusunan skripsi sebagai tugas akhir.

Jihoon menghendikkan bahunya sembari menyesap kopi kaleng yang ia beli. Meluruskan kakinya yang pegal karena terus berdiri selama tiga mata kuliah praktikum berturut-turut tadi membuat Jihoon hampir collapse. Beruntung Seowon memaksa Jihoon meminum susu tadi pagi. Setidaknya sebagai pengganjal perut.

Drama (Squel of Mask) GSWhere stories live. Discover now