"Bisa bicara dengan keluarganya?"
.
.
.
Baekhyun berdiri mendekati dokter jaga, dan menjelaskan bahwa kami tidak mengetahui perihal keluarga. Namun sepertinya pihak rumah sakit sudah mencari tahu itu. Soonyoung dan Jihoon tidak ingin terlibat lebih lanjut, lagi pula mereka telah berjanji pada Jonghyun ssaem untuk tidak lagi bertindak melebihi batas wewenang ketika dahulu saat mereka memiliki masalah ER.
"Aku ambil cokelat panas dulu" Yeji berjalan ke mesin minuman otomatis. Membiarkan kedua kakaknya tetap berada disana bersama dokter wanita itu.
Baekhyun kembali menghampiri Jihoon dan Soonyoung dengan ekspresi kacau. "Dia butuh segera dioperasi, sepertinya pecahan fraktur mengenai arteri tibianya dan menyebabkan pendarahan yang hebat. Meskipun tadi kita telah berusaha menghentikannya tapi tetap saja operasi harus segera dilakukan setelah kondisi jantung stabil"
"Keluarganya?"
"Itu masalahnya, mereka bilang pihak keluarga tidak dapat dihubungi meskipun telah berbagai macam cara telah dilakukan" dokter jaga itu nampak khawatir. Kemudian ia kembali memeriksa pasien di dalam ruangan itu sambil berharap wali pasien segera datang.
"Permisi, pasien bernama Yoon Seobin? Adik saya mengalami kecelekaan dan katanya ditangani disini" ketiganya menoleh pada seorang pria yang tengah berbicara pada resepsionis. Jihoon menegang ketika jaket yang digunakan pria itu mirip seperti jaket yang dikenakan pria yang terlihat seperti mengikutinya beberapa waktu lalu. Meskipun tanpa topi dan celana yang sama, tapi Jihoon yakin itu adalah orang yang sama. Jihoon terus memperhatikan gerak gerik orang tersebut dan tidak melepaskan matanya untuk menatap dan mempelajari bentuk wajah pria itu. Bahu itu terlihat sama. Dan Jihoon harus membuktikannya.
.
.
.
Baekhyun mendekati pria itu dan menjelaskan secukupnya karena bukanlah tugas dia untuk menjabarkan secara rinci kondisi korban sekarang. Pria itu nampak khawatir namun berusaha mengontrol diri. Sepertinya pria itu belum menyadari keberadaan Jihoon.
Jihoon memberanikan diri mendekat dengan manik terkunci pada pria itu. Ia harus memastikan apakah memang itu pria yang sama atau tidak. Jarinya menepuk pelan pundak pria itu dan membiarkan manik mereka bertemu. Mata itu melebar dalam beberapa hitungan sebelum kembali normal. Dan dapat Jihoon pastikan bahwa pria ini memang pria yang sama dengan seseorang yang mengikutinya tadi. Tapi, yang menjadi korban adalah adiknya? Benar-benar kebetulan atau..
"Akan kuberitahu bahwa keluarganya sudah datang" ia mendekati seorang suster terdekat dengan ruang pemeriksaan korban dan mengatakan bahwa keluarga pasien telah datang dan meminta tolong untuk disampaikan pada dokter yang menangani. "Anda duduklah dahulu" lanjutnya setelah kembali dan mengambil tempat disebelah Soonyoung.
"Duduklah, Ji" Soonyoung berdiri dan menyuruh Jihoon duduk, namun Jihoon justru meminta Baekhyun untuk duduk disana. Yeji duduk disebelahnya dengan segelas coklat panas dikedua tangannya untuk diberikan kepada Baekhyun. Jihoon memilih menumpukan tubuhnya pada Soonyoung yang bersandar pada dinding dibelakangnya. Sebelab tangan Soonyoung melingkari pinggang Jihoon dan membiarkan Jihoon merapat padanya dengan pakaian yang masih sama seperti pagi tadi ia gunakan untuk konsultasi.
"Kita tidak jadi makan, padahal kau dan Yeji lapar" ucapnya lirih. Bibirnya berjarak sangat dekat dengan telinga Jihoon, membuat beberapa kali Soonyoung menyandarkan kepalanya pada kepala Jihoon.
"Tak apa, nanti biar aku memasak sesuatu ketika pulang. Yeji pulang bersama kita?" kedua tangannya bersedekap dengan mata terus memperhatian pria berjaket hitam itu dan membiarkan Soonyoung memeluk pinggangnya dari belakang.
"He'um. Sudah terlalu malam untuk kembali kerumah untuknya. Nanti pesan antar makanan saja. Kita cukup lelah hari ini" Jihoon mengangguk setuju.
Ketika dokter keluar beliau menjelaskan segala keadaan pasien saat ini. Dan mengenalkan Baekhyun ssaem pada wali pasien. Baekhyun ssaem kemudian memperkenalkan Jihoon Soonyoung dan Yeji hanya sebagai formalitas, namun sepertinya pria itu terus memperhatikan Jihoon hingga Soonyoung secara reflek memposisikan Jihoon dan Yeji dibelakangnya agar pria itu berhenti menatap Jihoon.
"Um.. Kalian pulanglah. Hubungi aku besok, kita bisa bertemu saat makan siang" Ketiganya kemudian menundukkan kepalanya sebentar sebelum pamit pulang.
Soonyoung masih berusaha menutupi pandangan pria itu pada Jihoon maupun Yeji. Dia tidak bodoh untuk mengetahui ada yang tidak beres dari pria itu."Yeji, menginaplah di apartemen kami malam ini. Besok kuantar pulang" gadis termuda dimobil itu mengangguk patuh. Lagipula ia juga ingin cepat-cepat istirahat.
.
.
.
Soonyoung menghampiri Jihoon yang sibuk membuat sup ayam dari bahan seadanya untuk mereka santap malam ini. Hanya ditemani dengan nasi dan telur gulung keju. Setidaknya tidak akan membuat tidur dalam keadaan perut kosong. "Apa tidak ada yang ingin kau ceritakan?" tangan Soonyoung ikut sibuk membuat teh herbal.
Gadis itu terdiam sejenak lalu menatap Soonyoung ragu. "Apa kau akan marah jika aku tidak bercerita padamu?"
"Aku tahu kau memang mampu menyelesaikan masalahmu sendiri. Tapi kau juga harus tahu, bahwa aku tetap merasa khawatir padamu" sudut bibir Jihoon terangkat membentuk sebuah senyuman kecil. Diliriknya Soonyoung yang sedang menuang air panas ke dalam poci berisi teh itu.
Jemarinya mematikan kompor saat ia rasa supnya matang dan siap dihidangkan. Memindahkan sup ke atas meja dan menata piring disana, tentu saja dibantu Soonyoung.
Telapak hangat Soonyoung melingkari pinggang Jihoon dan menariknya mendekat, membuat wajah Jihoon terbenam dipundaknya. "Katakan padaku apapun yang kau rasakan. Jangan memendam semuanya sendiri" dikecupnya pelipis Jihoon sebelum memberi jarak diantara mereka untuk menatap penuh wajah gadisnya.
Jihoon mengangguk patuh. "Akan aku ceritakan padamu, tapi nanti setelah makan malam. Sekarang, panggilkan Yeji dan suruh makan malam"
"Tidak perlu, unnie. Aku bahkan sudah disini sejak tadi" gadis itu bersandar di dinding dekat dapur dengan kedua alis ia naik turunkan. "Kalian saja yang sejak tadi tidak melihatku. Apakah kalian tidak ingat bahwa aku juha ada dirumah ini sejak tadi?" ocehnya dengan wajah merengut.
"Memang kenapa?" alis Yeji makin menekuk tajam mendengar pertanyaan remeh Soonyoung.
"Uwah, kalian bermesraan didepanku, oppa. Oh ayolah" Yeji mendudukkan dirinya di kursi dengan terus menggerutu.
"Ya, dengar. Ini tempat tinggal kami. Lagipula dia tunanganku, lalu salahnya dimana?" Soonyoung masih memasang wajah super tenangnya yang sangat menyebalkan menurut Yeji.
"Salahnya kalian bermesraan saat ada aku!! Tolong perhatikan juga perasaanku!"
"Makanya carilah kekasih. Tapi tunggu, kenalkan padaku lebih dulu sebelum kau kenalkan pada appa"
"YA!!!!"
.
.
.
YOU ARE READING
Drama (Squel of Mask) GS
FanfictionJihoon tidak ingin menebak apa yang terjadi antara dirinya dan Soonyoung. Dia tidak cukup percaya diri untuk menjadi prioritas Soonyoung selamanya. Mungkin kebekuan di hatinya telah mencair, tapi bukan berarti ia mampu percaya seutuhnya pada Soonyou...