Apartemen Seowon mendadak ramai ketika teman-temannya datang dengan membawa berbagai macam makanan kesukaannya. Sebenarnya itu adalah ide Mingyu agar Soonyoung dapat segera meminta maaf, lagipula sangat tidak nyaman jika masih bertengkar satu sama lain. Mereka membiarkan Seowon dan Soonyoung bicara berdua dibalkon agar dapat berbaikkan, sedangkan Mingyu menyiapkan makanan yang mereka bawa ke meja ruang tengah.
Jun menatap aneh pada Jihoon yang sedikit menjaga bicaranya. Jika tidak hafal gerak-gerak Jihoon pasti seperti tidak terjadi apapun. Tapi bahkan mereka telah berteman selama empat tahun sejak masuk dunia perkuliahan, tentu saja dia hafal luar dalam sifat teman-temannya itu.
Ia kemudian mendekati Jihoon lalu menyenggol lengan gadis itu, menunjukkan raut bertanya setelah Jihoon menapat atensinya. Namun yang ditanya justru diam dan menatap Jun dengan tatapan tidak terbaca. "Ceritakan padaku"
Manik kelam Jihoon mengunci kelereng hazel milik Jun cukup lama, tapi gadis itu memutuskan untuk menggeleng. "Aku harus memberitahu Soonyoung dulu"
"Heum, tentu saja. Sebelum terjadi perang dunia ketiga" gurau Jun. "Ah, aku pinjam ponselmu sebentar. Aku harus menggabari Hao jika aku akan ada acara weekend ini. Ponselku mati"
"Ada acara apa?" gadis itu menyerahkan ponselnya pada Jun. "Bersama Profesor Chris?"
"Ani. Dokter Jingoo meminta bantuanku weekend ini, sepertinya tentang korban kecelakaan minggu lalu. Kau tahu kejadian semua anak co-as lama dimarahi habis-habisan oleh Profesor Chris dan akhirnya mereka semua disuruh masuk ruang operasi? Astaga, IGD hanya berisikan co-as baru dan dan mahasiswa sepertiku. Tentu saja kami kerepotan. Tapi apa mau dikata jika Profesor Chris yang turun tangan?"
"Dokter Jingoo?"
"Hmm, dokter baru. Masih belum satu tahun sejak intership nya di rumah sakit, tapi Profesor Chris sudah sangat menyukai kinerjanya. Jadi ya begitulah"
.
.
.
Malam ini rasanya hetic sekali bagi Soonyoung. Ia harus mengurus beberapa keperluan perusahaan yang kian membaik. Para investor merasa puas dengan ide-ide dan kinerja Soonyoung selama ini, membuatnya menjadi lebih sibuk. Jika boleh jujur, ia bahkan lupa akan formulir pendaftaran beasiswanya jika tidak diingatkan oleh Profesor Kang sore tadi. Jangankan beasiswa, untuk makan saja dia patuh pada keputusan Jihoon dalam menu sarapan, makan siang, dan makan malam.
Meja ruang keluarga sudah berantakan dengan lembar-lembar dan laptop miliknya. Terhitung sudah lima jam lebih Soonyoung terus berada disana sejak pulang dari apartemen Seowon. Ia sedikit dapat tersenyum lega ketika sekretaris Tuan Lee memberinya sekretaris pribadi untuk membantunya. Rencananya besok mereka akan bertemu di rumah sakit Sorim untuk berkenalan dan sedikit briefing untuk beberapa pekerjaan kedepannya.
"Bagaimana dengan tugas akhirmu?" Jihoon mendudukkan dirinya disofa belakang Soonyoung dengan segelas americano hangat untuk Soonyoung. Helaan nafas berat diberikan Soonyoung. Pria itu menghempaskan dirinya ke kaki sofa ketika mendengar pertanyaan yang sudah sangat sering ia dengar dari orang-orang disekitarnya.
"Akan aku kerjakan setelah ini selesai" Moodnya tiba-tiba memburuk. Sejujurnya ini pertama kali Jihoon bertanya tentang hal ini namun kalimat yang sama terus ia dengar dari sekitarnya hingga membuatnya jenuh dan sedikit bernada tidak nyaman pada Jihoon. Lagipula ia hanya sangat lelah dan pertengkaran terakhir mereka sore tadi masih membuatnya tidak nyaman. Meskipun hanya karena hal sepele.
Tidak ingin memperburuk keadaan, Jihoon memilih kembali ke kamarnya meninggalkan Soonyoung sendiri. Bukan, Jihoon bukan tidak ingin menyelesaikan masalah. Ia hanya tidak ingin semakin memperkeruh keadaan jika ia terus melanjutkan obrolan. Lagipula ia paham jika Soonyoung sedang dalam kondisi lelah dan suntuk.
YOU ARE READING
Drama (Squel of Mask) GS
FanfictionJihoon tidak ingin menebak apa yang terjadi antara dirinya dan Soonyoung. Dia tidak cukup percaya diri untuk menjadi prioritas Soonyoung selamanya. Mungkin kebekuan di hatinya telah mencair, tapi bukan berarti ia mampu percaya seutuhnya pada Soonyou...