25

748 119 2
                                    

Langit sudah menggelap, tapi Jihoon masih berada di perpustakaan kampus. Ada beberapa buku yang harus ia baca untuk melengkapi tugas akhirnya. Soonyoung sedang pergi menemani Yeji membeli beberapa barang yang dibutuhkan gadis itu, dan mengatakan akan langsung menjemput Jihoon setelahnya. Gadis itu melepas kacamata bacanya setelah menuntaskan beberapa materi yang ia butuhkan, menggerakkan kepala dan badannya hanya untuk sekedar peregangan otot-ototnya yang kaku. Setelah empat jam lamanya ia terlalu fokus dna tidka menyadari bahwa perpustakaan sudah mulai sepi. Segera ia rapikan barang-barang miliknya dan menghubungi Soonyoung untuk menjemputnya.

Mereka menyetujui untuk bertemu di kedai samgyeopsal dekat kampus. Lagipula Jihoon juga belum memakan apapun selain sarapannya tadi pagi. Perutnya berbunyi nyaring saat dirinya membayangkan daging babi yang dipanggang dengan suara yang sangat merdu dan aroma khas dimakan bersama kimchi serta sebotol soju. Ia harus mempercepat langkahnya, jika tidak sepertinya ia bisa mati kelaparan hanya dengan membayangkannya saja. Ia lapar. Sangat lapar.

      Perjalanan menuju kedai terasa berat karena perutnya yang terus berbunyi. Sebentar-sebentar ia merapatkan kedua belah bibirnya dan mempercepat langkah menuju kesana. Jalanan tidak begitu sepi, tapi juga tidak begitu ramai. Genangan air menandakan hujan barusaja turun dan membuat orang-orang memilih bergelung nyaman dibawah selimut masing malam ini.

   Namun langkahnya terhenti seketika ketika merasakan ada seseorang yang mengikutinya. Ia berhenti sejenak dan berusaha berpikir tenang. Ia mencoba mengambil beberapa langkah lagi dan berbalik secara tiba-tiba. Maniknya menangkap seseorang yang secara refleks menundukkan wajahnya dan masuk ke kerumunan orang agar tidak terlihat oleh Jihoon. Sepertinya seorang pria dengan jaket hitam dan bucket hat dikepalanya. Gadis itu diam ditempat dan terus memperhatikan pria itu dengan seksama. Mencoba menunggu pria itu berjalan melewatinya, tapi sepertinya pria itu hilang tak terlihat sama sekali saat pandangan Jihoon tertutup pejalan kaki lainnya.

     Bucket hat dan jaket jenis windbreaker berwarna hitam.

     "AAAAAAAAAA..."

    Teriakan terdengar setelah suara dentuman yang sangat kecang yang langsung mengambil alih seluruh atensi orang-orang. Sepertinya terjadi sebuah kecelakaan yang cukup parah. Jihoon mencoba mendekat melihat bagaimana korbannya. Sebelah alisnya terangkat melihat seorang wanita mencoba mendekati korban dan mengecek kondisi korban dengan teliti. Sepertinya wanita itu seorang dokter, tapi mengapa terasa familiar dimata Jihoon. Tapi Jihoon tidak dapat melihat wajahnya, wanita itu memunggunginya.

   "Ada yang bisa membantuku menuangkan ini?" wanita itu mengangkat botol alkohol kecil -seperti yang biasa orang bawa untuk handsanitizer-

   Orang-orang tidak ada yang berani mendekat, sepertinya tidak nyaman dengan korban yang terlihat hancur pada bagian kaki dan wajah terbentur jalanan.

    "Aku seorang dokter, tolong-"

     Jihoon segera berjongkok disebelahnya dan membantu menuangkan alkohol tersebut ditangan wanita itu, serta mengeluarkan gloves yang memang sengaja ia bawa kemana-mana. Jihoon selalu membawa kotak pertolongan pertamanya kemanapun, terbiasa sejak pre-klinik katanya.

     "Terimakasih- A.. Jihoon?" kepala Jihoon terangkat mendengar wanita itu memanggilnya.

     "Baekhyun ssaem?" pantas saja Jihoon merasa familiar dengan tubuh wanita itu.

    "Good. Bantu aku" Jihoon mengangguk, ia menelpon ambulan dengan ponsel ia jepit ditelinga dan bahunya. Serta tangannya membantu Baekhyun memberikan beberapa bahan yang tersedia di kotak pertolongan pertamanya untuk menahan pendarahan sebisa mereka. Jihoon kembali menghubungi seseorang setelah mengakhiri panggilannya pada call center.

Drama (Squel of Mask) GSWhere stories live. Discover now