14

1K 133 19
                                    

Kedua insan itu tetap berada dalam pelukan hangat. Jihoon menjatuhkan kepalanya dibahu Soonyoung, mencoba tidak memfokuskan diri pada ucapan Soonyoung tadi.

"Maaf aku terlalu ragu pada perasaanku sendiri saat itu, Ji" tangan hangat lelaki itu terangkat mengusap lembut surai Jihoon. Tidak, tangan Jihoon tidak membalas pelukan itu. Gadis itu hanya membiarkan Soonyoung merengkuhnya. Dan Soonyoung sama sekali tidak keberatan dengan hal itu. "Tapi sekarang aku sudah menemukan jawabannya" dijauhkannya kepala Jihoon agar dapat menatap manik kelam gadis itu. Senyumnya terukir indah dibibir Soonyoung membuat mata Soonyoung tampak segaris. "Perasaanku untukmu, bukan hanya sekedar ingin. Bukan juga sekedar suka atau karena keadaan" ditangkupnya wajah bulat Jihoon, membuat tatapan mereka berada dalam satu garis lurus. "Tapi aku memang sungguh mencintaimu"

Ekspresi terkejut jelas terlihat di wajah Jihoon. Matanya mengerjap lebih cepatdan bilah bibir sedikit terbuka membuat gigi kelincinya sedikit mengintip dari sana. Membuat Soonyoung tersenyum semakin lebar.

"Aku mencintaimu. Dan aku dalam keadaan sadar sepenuhnya" bisik Soonyoung setelah menyentuhkan ujung hidungnya pada ujung hidung Jihoon. "Aku minta maaf membuatku ikut ragu. Tapi aku memang butuh waktu untuk menyadari perasaanku sendiri" dikecupnya dahi Jihoon. "Jadi, sekarang boleh aku yang meminta jawaban darimu?"

Jihoon memandang Soonyoung cukup lama. Kelerengnya berusaha menembus mata Soonyoung untuk mencari sebuah kejujuran. Jihoon melepaskan diri dari rengkuhan Soonyoung saat hanya dirinya lah yang terlihat dikedua bola mata Soonyoung. Jihoon mengambil satu langkah mundur. Otaknya mendadak saja blank dengan ucapan Soonyoung yang ia rasa terlalu tiba-tiba.

Senyum diwajah Soonyoung ikut hilang saat wajah bingung yang justru hadir sebagai respon dari Jihoon. Apalagi kali ini?

"Ji, aku mohon jangan membuat pembicaraan ini menggantung seperti ini. Kita bisa bicarakan jika ada hal yang masih mengganggumu mengenai hubungan kita" tidak lagi khawatir. Ekspresi Jihoon justru sama sekali tidak dapat Soonyoung baca. Gadis itu terdiam ditempat. Hanya berdiri dan menatap Soonyoung tanpa memberi respon apapun.

"Jihoon" suara Soonyoung melirih. Sedikit banyak ia kecewa dengan respon yang diberikan Jihoon. Ia telah berusaha jujur akan perasaannya, tapi justru hal seperti ini yang ia dapat. Ia memejamkan matanya, berusaha mengontrol emosinya.

Tapi saat ia akan berbalik mundur, jemari Jihoon menggenggam kemeja Soonyoung. Jihoon menahannya. Entah untuk apa lagi.

Gadis itu menunduk sesaat, memperhatikan jemarinya yang menggenggam erat kemeja Soonyoung seakan meyakinkan dirinya akan suatu hal. Dan gerakan Jihoon selanjutnya justru membuat Soonyoung kaget. Gadis itu melingkarkan tangan ditubuhnya dan memeluknya erat. Menyamankan diri dalam pelukan hangat Soonyoung dan membenamkan wajahnya dibahu Soonyoung.

"Jangan mengecewakanku" bisiknya tepat ditelinga Soonyoung.

Tunggu. Apa ini artinya Jihoon mulai membuka hati untuk Soonyoung? Benarkah?

"Kau memberi lampu hijau untukku? Benarkah?" Senyum cerah langsung terukir diwajah Soonyoung. Laki-laki itu mengangkat tubuh Jihoon didalam rengkuhannya, mengeratkan pelukan dan mengecupi pelipis Jihoon sembari mengucapkan kata terimakasih berulang kali.

'Aku akan mencoba menjemput kebahagiaanku'

.

.

.

Seowon mengerutkan dahi dan menghentikan kegiatannya menyeruput kopi ketika matanya melihat Jihoon yang nampak tenang berjalan dengan tangan berada dalam genggaman Soonyoung mendekat ke arahnya. Tunggu. Apa yang Seowon lewatkan dari kedua temannya ini.

Jun juga hampir saja menjatuhkan onigirinya melihat Soonyoung dan Jihoon bergandengan dipagi buta seperti ini. Oke, mereka memang terbiasa sarapan bersama di kafetaria sebelum kembali ke gedung masing untuk penelitian mereka. Tapi tunggu. Jun langsung berlari dan duduk disebelah Seowon untuk mencari informasi.

"Apa ada yang aku lewatkan dari kalian?" Seowon tidak ingin basa-basi. Ia menaruh lagi kopinya dan menatap Soonyoung serta Jihokn dengan mata memincing tajam.

"Tidak ada" Sialan memang Soonyoung. Bagaimana bisa mereka tetap tidak memberikan statement apapun setelah adegan bergandengan tangan dipagi buta seperti ini.

"Ji" Seowon mencoba peruntungan... yang tentu saja tidak akan pernah didapatnya dari Jihoon. Yang ada Jihoon tidak akan menggubrisnya. Ia lalu menepuk dahinya sendiri. "Ya Tuhan, mengapa aku memiliki teman seperti mereka Tuhan?"

Laki-laki itu kemudiam memasang ekspresi penuh kesedihan dan meletakkan wajahnya diatas meja dengan penuh drama.

"Ya! Katakan padaku! Apa yang terjadi?" Dan kali ini Jun mencoba peruntungannya pada Soonyoung setelah Jihoon pergi untuk memesan. "Jangan menutupi apapun dariku! Aku pernah membantumu sialan" Jun mendesis dengan mata melotot penuh ancaman. Dan tetap tidak berhasil. "Kwon Soonyoung kau benar-benar! Beritahu aku ada apa?" dan bentuk asli Jun kembali.

Soonyoung hanya menaikkan sebelah alisnya dan mengangkat ujung bibirnya lalu mengedipkan sebelah matanya.

"Kau sudah gila!" berakhir dengan Seowon melempar kulit kacang ke wajah Soonyoung.

.

.

.

Mingyu mengacak rambutnya kesal. Profesor Ahn tiba-tiba mengganti sebagian besar parameter penelitiannya yang padahal sudah berjalan empat puluh persen. Bibirnya tidak berhenti mengumpati pria tua berkacamata nyentrik dengan kebiasaan menggunakan kemeja garis-garis itu. Sial sekali rasanya hari ini.

Wajahnya tertekuk seperti baju yang belum diseterika. Dengan kaki panjangnya yang melangkah ke arah ruang santai mahasiswa gedung forensik dan medikolegal tempat teman-temannya yang lain berada. Tapi kemudian ia membawa dirinya bersembunyi saat manik cokelat gelapnya melihat seorang senior yang sempat menawari Jihoon dan Soonyoung masuk majalah kampus sedang menendangi seorang pria yang nampak lebih muda darinya. Senior itu terlihat marah dan beberapa kali memukuli wajah pria muda didepannya. Dan sebuah tendangan kembali dilakukan senior itu sebelum ia pergi darisana, meninggalkan pria muda yang nampak terduduk pasrah dilantai.

Mingyu mendekati pria muda itu dan berusaha menolongnya. Pria muda dengan pipi chubby itu terluka diujung bibirnya dan tertatih untuk berdiri. Mungkin karena tendangan senior tadi. Jas lab yang masih ia pakai sudah lusuh dan kotor. Mingyu melirik ke arah name tag pria itu sebentar, sekedar mencari tahu namanya. Park Jihoon.

"Kau baik-baik saja?" manik bulat Jihoon membulat melihat Mingyu membantunya berdiri. Dengan cepat ia menarik diri dan pergi begitu saja. "Hei, tunggu kau-"

Mingyu menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Dia, bingung. Bahkan pria muda itu tidak mengatakan apapun dan lukanya belum diobati.

Tapi pria muda itu kembali kepadanya dengan kepala tertuduk dalam. Jarinya memeluk erat tas selempangnya lalu menatap Mingyu ragu sebentar. "Terimakasih" lirihnya sebelum ia berlari pergi.

.

.

.

Drama (Squel of Mask) GSWhere stories live. Discover now