"Tidak tidak... tidak.." Jihoon meracau lirih. Kakinya terus melangkah mundur, manik bergetar dengan air mata yang tiba-tiba siap jatuh kapan saja. Tubuhnya merosot dan meringkuk setelah punggungnya menabrak dinding. "Tidak tidak.. tolong tidak lagi.."
Dan Soonyoung terdiam ditempat, otaknya memproses lambat pada apa yang terjadi pada Jihoon. Shit! Stupid! Bodoh sekali! Jihoon pasti masih trauma. Bodoh! Ia rengkuh Jihoon dalam pelukannya. Berusaha menenangkan Jihoon dengan tutur lembut.
"Maafkan aku, Ji. Maaf. Tidak, tidak lagi. Aku tidak akan menyakitimu lagi. Maafkan aku" Diusapkan lembut surai Jihoon yang bahkan belum sepenuhnya kering sehabis mandi tadi. Dikecupnya puncak kepala gadis itu. Dan terus merutuki dirinya sendiri.
.
.
.
Matanya mengerjap dengan berat pagi ini. Ah.. ia ingat, semalam ia menangis karena trauma itu kembali datang. Dimana saat seharusnya ia menjadi penopang Soonyoung, justru semalam Soonyoung lah yang menenangkannya.
Ia bergegas bangkit dan mencari Soonyoung dikamar laki-laki itu. Tapi hasilnya justru nihil. Ia mencoba mencari diruangan lain juga tidak menemukan Soonyoung dimanapun.
"Kau mencari Soonyoung, sayang?" Kwon abeoji tersenyum lembut pada Jihoon. "Soonyoung sedang mengantar Yeji ke kampusnya yang baru sejak pagi-pagi sekali tadi. Tunggulah sebentar, oke" surainya diacak gemas oleh sang ayah.
"Abeonim, maaf aku bangun terlambat" tawa renyah justru timbul dari pria paruh baya itu. Ia menuntun Jihoon kedapur.
"Tidak masalah, Jihoon. Kau juga pasti lelah mengurus kami semalaman. Lagipula ada maid yang mengerjakan semuanya, Oke. Kalau begitu sekarang makanlah, Abeoji harus ke kantor hari ini, ada meeting yang harus Abeoji lakukan. Telepon saja jika terjadi sesuatu, oke"
Akhirnya Jihoon memilih untuk menyiapkan makan siang Soonyoung dan Yeji. Lalu membersihkan diri dengan tenang. Ponselnya bergetar saat ia barusaja selesai mandi. Itu Yeji, menggunakan ponsel Soonyoung. Memberi kabar bahwa sebentar lagi mereka pulang. Ia mendudukkan dirinya dengan santai di sofa ruang keluarga. Ditangannya sebuah tablet menampilkan beberapa jurnal yang sedang ia pelajari. Mulut kecilnya mengunyah roti madu yang selalu ia bawa kemanapun.
"Unnie, kami pulang" gadis itu terlihat lebih ceria dari semalam, syukurlah jika Soonyoung telah mengatasi masalah itu. Yeji berlari kekamarnya setelah mengecup pipi Jihoon sekilas. Membiarkan kedua kakaknya berdua disana.
"Bagaimana keadaanmu?"
"Cukup baik" Soonyoung mendesah lelah. Ia menyamankan dirinya disofa itu, memijat sebentar pangkal hidungnya. Ia cukup lelah menemani Yeji mengurus administrasi sejak pagi sekali, belum lagi semalam ia tidak cukup tidur karena khawatir pada Jihoon. Dirinya terkejut mendapati Jihoon tengah melingkarkan tangan dipinggangnya dan membenamkan wajah dibahunya.
"Ada apa, Ji? " suaranya sarat akan kekhawatiran. Gadis itu menggeleng kecil.
"Soon, Maaf" baiklah, Soonyoung tidak paham arah pembicaraan Jihoon. "Semalam aku-"
"Aku yang seharusnya meminta maaf padamu. Aku membuatmu takut. Maafkan aku, Ji. Padahal aku telah berjanji untuk tidak membuatmu takut" Jihoon tidak menjawab. Ia bingung harus mengatakan apa. Dirinya tahu bahwa mereka tidak boleh stuck pada kondisi seperti ini terus menerus. Tapi batinnya belum siap. Segala ketakutan masih sering menghantuinya. "Katakan padaku kapanpun kau merasa tidak nyaman denganku, oke"
.
.
.
Jihoon tidak pernah tahu, setelah ia mulai terbuka dengan Soonyoung dirinya jadi lebih tenang. Seperti ada beban yang terangkat. Apakah ini yang dimaksud oleh Wonwoo dan Seowon saat itu?
YOU ARE READING
Drama (Squel of Mask) GS
FanfictionJihoon tidak ingin menebak apa yang terjadi antara dirinya dan Soonyoung. Dia tidak cukup percaya diri untuk menjadi prioritas Soonyoung selamanya. Mungkin kebekuan di hatinya telah mencair, tapi bukan berarti ia mampu percaya seutuhnya pada Soonyou...