"Kau benar-benar melakukannya?" Jihoon tidak bergerak dari posisinya. Tangannya masih bergerak cepat diatas keyboard laptopnya. "Jihoon"
"Aku hanya mengabulkan keinginan mereka"
Mata Soonyoung menyipit, bibirnya yang tadi terbuka kembali ia tutup. Mencoba memilah kata yang tepat untuk ia lontarkan pada Jihoon. Terakhir kali mereka membicarakan ini, Jihoon justru diliputi emosi. Lebih dari dua tahun mereka tinggal bersama, sedikit banyak Soonyoung tahu saat dimana Jihoon ingin bicara dan tidak.
"Lalu bagaimana denganmu?" Jihoon mengalihkan pandangan pada Soonyoung sejenak sebelum kembali mengerjakan laporannya. "Kau. Bagaimana denganmu?"
"Apa yang ingin kau dengar dariku?"
"Keadaanmu?" Soonyoung menjawab ragu. Tapi setelahnya ia menyesal mencoba bertanya pada Jihoon. Gadis itu justru menarik sudut bibirnya dengan kilatan mata yang tidak dapat Soonyoung jabarkan.
"Mari kita lihat. Hidup atau mati"
"Apa kau sedang mempertaruhkan perusahaan Lee abeoji?" Soonyoung tidak bisa untuk tidak fokus pada Jihoon. Manik gelap dibalik kacamata gadis itu benar-benar tak terbaca saat kelereng cokelatnya bertemu satu garis lurus dengan Jihoon.
"Menurutmu?" salah satu alis Jihoon terangkat. Ia tersenyum miring pada Soonyoung sebelum kembali pada laptopnya.
"Ji, Lee abeoji sudah bekerja keras untuk membangun perusahaan itu"
"Bukan urusanku"
"Apa kau benar-benar tidak memikirkan perasaan Lee abeoji?" suara laptop yang tertutup kasar terdengar di ruang tengah apartemen mereka. Jihoon menatap Soonyoung cukup lama tanpa suara. Ia lalu membereskan buku-bukunya dan beranjak masuk kekamarnya sendiri.
"Untuk apa aku memikirkannya?"
.
.
.
Sore ini Jihoon berencana mengembalikan buku perpustakaan yang ia pinjam lalu mampir membeli makan sebelum pulang keapartemennya. Angin sore ini cukup kuat untuk membuat daun-daun berterbangan di taman universitas. Jas praktikum yang masih tersampir dilengan kirinya bergerak mengikuti angin yang menerpanya. Melirik sejenak pada jam tangannya sambil berusaha mengingat hal apa yang harus ia lakukan nanti setibanya dirumah.
"Lee Jihoon" langkah Jihoon terhenti. Laki-laki itu kembali Jihoon lihat sejak terakhir mereka membicarakan majalah kampus. Senyum tampan itu masih terukir disana sembari mendekati Jihoon. Ia melihat jam tangannya lalu kembali menatap Jihoon. "Ini sudah hampir malam, kau belum pulang?"
Gadis itu melirik kearah buku-buku ditangannya untuk sekedar memberitahu Minjae. "Bersama?" Jihoon kembali melangkah setelah Minjae mengangkat buku ditangan kanannya yang berlabel mirip buku ditangan Jihoon. Label perpustakaan kampus. "Apa kau sering ke perpustakaan?"
"Jika perlu saja" Minjae mengangguk. Ia menjajarkan langkahnya dengan langkah Jihoon. Menunggu Jihoon di counter pengembalian buku terlebih dahulu baru dirinya. Setelahnya ia kembali mengambil langkah disebelah Jihoon.
"Setelah ini pulang?" Minjae mengerutkan alisnya melihat Jihoon justru memilih berhenti ditepi jalan depan perpustakaan daripada kearah parkiran kampus. Nampak membalas pesan di ponselnya sebelum menganggukkan kepala pada Minjae.
"Jihoon, kau belum pulang?" Yuna langsung melingkarkan tangannya pada lengan Jihoon saat melihat Jihoon berdiri di tepi jalan dekat perpustakaan. Cukup lama ia tidak bertemu dengan Jihoon. Gadis itu benar-benar sibuk. Tempat baksos mereka yang sangat jauh membuatnya tidak bisa bertemu dengan Jihoon. Ia rindu dengan wajah datar dan respon tenang Jihoon. "Oh. Annyeonghaseyo" ia menundukkan kepalanya sedikit saat melihat seorang pria disebelah Jihoon. Aisnya mengernyit saat memorinya berkata bahwa bukan lelaki itu yang ia lihat sering mengantar jemput Jihoon.

YOU ARE READING
Drama (Squel of Mask) GS
Fiksi PenggemarJihoon tidak ingin menebak apa yang terjadi antara dirinya dan Soonyoung. Dia tidak cukup percaya diri untuk menjadi prioritas Soonyoung selamanya. Mungkin kebekuan di hatinya telah mencair, tapi bukan berarti ia mampu percaya seutuhnya pada Soonyou...