38

534 105 10
                                    

Rasanya dejavu bagi Jihoon. Berjalan ditengah keramaian malam hari dan merasa diikuti oleh seseorang. Beberapa kali ia sengaja berbelok ke arah toko maupun kedai hanya sekedar memastikan, apakah dirinya benar diikuti atau tidak. Dan yang lebih sialan lagi Soonyoung tidak dapat dihubungi saat ini. Ia ingat betul bahwa Soonyoung sedang memiliki pembicaraan penting dengan Choongi dan Jihoon terpaksa menghandle sendiri malam ini.

Jihoon berusaha bersembunyi diantara orang-orang tinggi agar dirinya tidak terlalu terlihat dan berjalan sedikit pelan. Ketika merasa orang yang mengikutinya mendekat dari arah belakang, ia sengaja mengulurkan kakinya hingga orang itu tersungkur dan topinya terjatuh. Jihoon terdiam beberapa saat melihat pakaian yang dikenakan orang itu, sama percis seperti Yongjoon. Pria yang dibicarakan Jun saat itu, yang bekerja untuk Daehyun.

Jihoon memutuskan mengambil beberapa langkah mundur agar tenggelam dalam keramaian orang-orang. Tapi tubuhnya langsung menegang saat punggungnya menabrak sesuatu. Ia berbalik cepat dan mendongak.

"Park Jihoon" suara Jihoon sama sekali tidak menunjukkan ketakutan, begitu juga dengan wajahnya. Namun Jihoon tahu, ini situasi yang tidak tepat untuknya.

"Jihoon sunbaenim" bibir pria itu tersenyum begitu lebar hingga pipinya ikut terangkat. "Ah, ani. Jihoon noona?"

"PARK JIHOON!" teriakan itu sontak membuat seluruh pasang mata menatap kearah mereka saat seorang gadis mendatangi mereka dengan penampilan berantakan. Gadis itu memukuli Jihoon dnegan brutal dan penuh emosi lalu kemudian menangis hingga terjatuh. "Bagaimana bisa kau mencampakkanku setelah aku hamil"

Rasanya hanya kalimat itu yang tertangkap diindra pedengaran Jihoon. Pria itu memang benar terlihat seperti mencampakkan gadis malang dihadapannya. Kembali mengambil beberapa langkah mundur, ia tidak ingin terlibat perseteruan mereka.

"KAU! PASTI KARENA KAU JIHOON MENINGGALKANKU! SIALAN! GADIS SIALAN!" gadis itu tiba-tiba berlari kearahnya, beruntung pria yang menjadi akar masalah segera menahannya. Sedang Jihoon sama sekali tidak bergerak dari tempatnya lagi. Ia hanya diam memperhatikan. Adik tingkatnya itu beberapa kali mendorong jauh gadis entah berantah itu. Sampai gadis itu tiba-tiba mengangkat tinggi-tinggi pisau lipat ditangannya ke arah Park Jihoon. "BAIK JIKA ITU MAUMU! JIKA KITA TIDAK BERSAMA, MAKA KAU HARUS MATI!"

Jihoon makin mengerutkan dahinya, ia merasa sikap gadis itu tidak wajar. Mengapa tiba-tiba terdapat adegan membunuh seperti ini? Sesegera mungkin ia menggenggam cepat pergelangan tangan gadis itu, memutarnya dan berusaha menjauhkan pisau itu. Namun gadis itu berontak begitu kuat hingga membuat Jihoon sedikit goyah. Dan bodohnya Park Jihoon pria itu justru berlari ke arah pisau itu padahal Jihoon ingin melemparnya jauh-jauh. Tanpa sengaja pisau itu dengan tepat menusuk ke area perut Park Jihoon akibat pergerakan brutal gadis gila didepannya. Pria itu langsung terdiam dan terduduk begitu saja dijalanan.

"Ck! Merepotkan!" ia menatap kearah orang-orang yang bahkan sejak tadi hanya melihat seperti orang bodoh. "Apa tidak ada diantara kalian yang ingin menelepon polisi sekarang?" segera Jihoon mencoba melepaskan pisau itu atau paling tidak menahan pendarahannya.

.

.

.

Jihoon masih mnegenakan baju yang sama dan berdiri di sebelah ruang pemeriksaan saat Wonwoo datang mendekatinya dengan wajah bingung. Manik sahabatnya itu lebih memilih memandang lantai UGD daripada bersitatap dengan Jihoon. "Aku tidak pernah tahu kau sedekat ini dengan Park Jihoon" suaranya begitu dingin. Wonwoo tidak tahu harus mengatakan apa pada Jihoon. Ia sendiri juga cukup terkejut saat melihat Jihoon ada disana.

"Kau tahu dia mantan muridku, dan dia memang yang paling dekat denganku"

"Wonu-ya" kepala Jihoon mendongak menatap tepat ke dalam mata Wonwoo beberapa saat. "Kita bicarakan ini dirumah"

Drama (Squel of Mask) GSWhere stories live. Discover now