1. Anniversary

10.3K 1K 72
                                    

Anak-anak sudah makan malam, sudah mengerjakan tugas sekolah, dan sudah tidur. Itu berarti waktunya Runa bersenang-senang.

Bersenang-senang versi Aruna Pramesti sederhana saja. Selayaknya ibu rumah tangga lain, nonton drama Korea saja sudah bisa jadi hiburan untuk Runa. Jadi malam itu, seperti malam-malam yang lain, setelah semua pekerjaan rumah tangga beres dan anak-anak tidur, sambil menunggu suaminya pulang kerja, Runa duduk di sofa bed di ruang keluarga menonton drama Korea.

Ini sebenarnya bukan malam yang biasa bagi Runa. Tapi kesibukan suaminya, dr. Raka Pangestu, Ph.D, Sp.A(K), membuat Runa harus memahami bahwa suaminya bukan hanya miliknya sendiri. Setelah sepuluh tahun menikah, Runa maklum jika harus membagi waktunya dengan anak-anak lain yang lebih membutuhkan Raka.

Sambil menonton drama Korea, Runa menggulir sebuah aplikasi di ponselnya. Ia baru saja menginstal aplikasi tersebut pagi tadi, setelah itu ia sibuk dengan urusan anak-anak, sehingga baru sempat membukanya lagi malam ini. Jadi mumpung sekarang waktunya senggang, ia memanfaatkan untuk melengkapi profil di aplikasi itu.

Sebenarnya "melengkapi" bukan kata yang tepat. Ia hanya mengisi profil seadanya. Yang penting dengan profil singkat dan foto seadanya, aplikasi itu bisa memulai algoritmanya. Setelahnya, Runa menunggu suaminya pulang sambil terus menggulir dan mempelajari cara kerja aplikasi barunya itu. Ia perlu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang aplikasi ini, karena seumur-umur dia tidak pernah memakai aplikasi sejenis ini. Bahkan demi melakukan riset ini, Runa sampai niat meminjam KTP asisten rumah tangganya untuk mendaftar, karena aplikasi ini hanya memperbolehkan pendaftar berstatus belum kawin atau cerai.

Menjelang pukul sepuluh malam, Runa baru mendengar suara mesin mobil memasuki halaman rumahnya. Dia segera mematikan televisi dan melipir ke dapur. Dengan cepat menyiapkan secangkir teh lemon hangat, lalu membawanya ke pintu depan. Tepat waktu, ketika suaminya mengunci mobil, ia sudah berdiri di depan pintu dengan secangkir teh lemon hangat.

"Kok kamu belum tidur?" tanya lelaki dengan kemeja hijau yang lengannya sudah digulung hingga siku.

"Nungguin Mas," jawab Runa manis. Ia mengangsurkan cangkir teh hangat itu pada suaminya. Lalu menggeser dirinya sehingga suaminya bisa masuk. "Duduk dulu. Minum teh. Abis itu mandi dan istirahat."

"Makasih," kata Raka. Ia melepas ranselnya, meletakkan di sofa, lalu duduk dengan lemas di sofa tersebut. Sebelum meminum tehnya, ia menghirup aroma lemon yang menguar dari cangkir itu.

Setelah suaminya duduk di sofa, Runa menutup dan mengunci pintu rumahnya.

"Tehnya enak banget. Makasih ya, Sayang."

Runa tersenyum. "Capek banget ya, Mas?" tanya Runa basa-basi. Kalau mengingat bahwa lelaki itu sudah meninggalkan rumah tepat setelah sholat subuh dan baru kembali semalam ini, sudah pasti sangat lelah.

"Lumayan. Ada dua operasi hari ini..." kemudian Raka melanjutkan ceritanya tentang kegiatannya seharian ini. Runa mendengarkan dengan penuh perhatian seperti biasa. Suaminya memang selalu antusias bercerita tentang pekerjaannya.

Runa tersenyum, lalu menggeser duduknya mendekat. "Sini dipeluk dulu, biar ilang capeknya," kata perempuan itu sambil tersenyum genit.

Tapi belum lagi Runa berhasil mendekat, suaminya dengan cepat mencegahnya.

"Bunda! Udah berkali-kali dibilangin, kalau aku pulang dari rumah sakit pasti bawa banyak kuman. Kamu jangan peluk-peluk dulu ah!"

Runa manyun. Gagal romantis deh.

"Yaudah sana Mas mandi!" kata Runa pundung.

Ia langsung mengambil cangkir teh yang sudah kosong dan ngeloyor ke dapur dengan wajah ditekuk. Dari sudut matanya, ia bisa melihat suaminya geleng-geleng kepala dengan sikapnya.

WAKTU YANG SALAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang