Katanya, kalau kita mencintai dua orang di waktu yang sama, maka sebaiknya kita memilih orang yang kedua. Karena jika kita begitu mencintai orang pertama, maka di hati kita tidak akan tersisa ruang lagi untuk mencintai orang kedua.Jadi sebenarnya, bagi Raka, Runa itu perempuan ke berapa? Begitulah Runa makin sering bertanya-tanya.
Jika Runa adalah perempuan pertama, dan Hani adalah yang kedua, bukankah itu berarti Raka tidak secinta itu pada Runa? Karena jika Raka sangat mencintai Runa, harusnya di hatinya tidak ada tempat lagi untuk mencintai Hani kan?
Tapi jika ditelaah lagi, Raka mengenal Hani lebih dahulu sebelum ia mengenal Runa. Jadi mungkin dalam kasusnya, Runa yang datang belakangan dalam hidup Raka dapat dianggap sebagai perempuan kedua. Maka jika demikian, Raka memang sudah seharusnya bersama Runa kan? Raka tidak mungkin bersama dirinya jika masih mencintai Hani kan?
Tapi ketika hari itu Runa melihat kedua orang itu untuk kedua kalinya, saling berbincang akrab di koridor Prima Hospital, Runa tiba-tiba menyadari bahwa dirinya mungkin tidak pernah jadi yang pertama atau yang kedua. Barangkali memang hanya ada Hani satu-satunya di hati Raka. Dan saat Hani pergi, Raka memilih Runa hanya sebagai pengganti.
Tidak banyak perempuan yang tahan dengan sikap Raka yang lugas dan lempeng, dan Raka juga tidak menyukai perempuan yang penuh kode. Barangkali itu mengapa Raka memilih Runa diantara sedikit pilihan yang tersedia, hanya untuk menggantikan Hani yang sudah pergi. Kini, ketika Hani datang kembali, barangkali Raka sadar bahwa dirinya tidak pernah benar-benar mencintai Runa.
Runa sengaja menghentikan langkahnya di ujung koridor, tidak ingin menginterupsi percakapan kedua orang yang pernah (dan mungkin masih) saling mencintai itu. Setelah mereka berpisah, barulah Runa menampakkan diri, melangkah menyusuri koridor dan menemui lelaki yang selama 10 tahun ini menjadi suaminya.
"Ngapain kamu disini?" Raka menyambut dengan tatapan heran dan dingin.
Memang Runa yang mengusulkan perceraian terlebih dahulu. Tapi ketika kini Raka bersikap dingin padanya, hati Runa tetap sakit.
Terakhir kali mereka bertemu, Raka masih memintanya untuk kembali. Waktu itu Raka juga masih minta maaf karena menemui Hani tanpa sepengetahuan Runa. Tapi kini sikap lelaki itu sangat dingin dan jauh. Bahkan dia sama sekali tidak tampak merasa bersalah sudah menemui mantannya lagi. Apakah dengan menunjukkan sikap itu berarti Raka sudah menyetujui usulnya untuk bercerai? Apakah perubahan sikap ini karena sekarang Hani sudah kembali padanya?
"Ngapain kamu bawa koper kesini?" tanya Raka lagi, sambil mengerling koper berukuran sedang yang dibawa Runa. "Mau nunjukin bahwa kamu udah bawa semua barangmu dan anak-anak keluar dari rumah? Udah nggak sabar banget buat cerai, kamu?"
Runa memejamkan matanya sesaat, demi meredakan rasa nyeri dan marahnya.
"Kalau itu yang kamu mau, aku akan bawa barang-barangku dan anak-anak keluar dari rumah," kata Runa. "Tapi nggak sekarang. Sekarang kita harus pulang ke Solo."
"Apa?" tanya Raka, tidak mengerti.
"Aku telepon kamu berkali-kali sejak tadi. Mungkin ponselmu ketinggalan di ruang praktik, atau kamu sengaja nggak mau angkat teleponku," jawab Runa, bercerita dengan cepat. "Raya mencoba telepon kamu, tapi gagal. Jadi dia telepon aku. Ibu serangan jantung. Bapak sudah bawa Ibu ke rumah sakit. Tapi Raya sedang conference di Jepang. Dia berusaha dapat tiket pulang secepatnya. Jadi kita harus segera ke Solo sekarang. Kasihan Bapak sendirian."
Runa bisa melihat wajah Raka berubah-ubah dengan cepat. Panik, takut, sedih dan bingung.
"Aku tadi mampir ke rumah. Aku sudah bawa beberapa bajumu. Kita bisa langsung ke bandara sekarang. Aku juga sudah langsung pesan tiket."
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKTU YANG SALAH
RomanceWORK SERIES #2 Tidak ada yang salah dengan rasa cinta. Tapi jika ia hadir di waktu yang salah, apakah ia masih bisa disebut cinta? ((Cerita ini merupakan salah satu dari beberapa cerita para penulis Karos Publisher tentang aplikasi kencan online: Ma...