Selesai praktik sore itu, Raka segera mengarahkan mobilnya ke rumah ibu Runa kembali. Ibu Runa menyambut dengan bingung karena menantunya berkunjung hingga dua kali dalam sehari.
"Kangen banget sama anak-anak ya, sampai kesini lagi?" tanya ibunya Runa. "Biasanya kalau mereka libur sekolah, mereka juga nginep disini sampai seminggu kan?"
"Raka mau ketemu Runa, Ma," jawab lelaki itu.
Mata ibu Runa mengernyit. "Runa lagi pergi. Emangnya kamu nggak WA dia dulu sebelum kesini?"
Raka sebenarnya sudah mengirim pesan bahwa akan datang, tapi pesan itu tidak berbalas.
"Kalian lagi berantem?" todong ibu Runa, tiba-tiba, ketika tidak mendapat jawaban dari menantunya.
Karena sikap mereka barangkali jelas sekali, Raka terpaksa mengaku. Sambil mengangguk, ia menjawab, "Iya, Ma. Maaf."
"Nggak apa-apa. Namanya juga rumah tangga. Pasti ada berantem-berantemnya," jawab sang ibu mertua sambil tersenyum. "Yang penting itu komunikasi. Dalam komunikasi itu ada waktunya bicara, ada waktunya mendengar. Jangan maunya bicara terus, jangan maunya didengarkan terus. Yang penting itu."
Raka mengangguk dengan rasa hati tersentil.
"Emang Runa pergi kemana Ma? Lama nggak? Sama siapa?" tanya Raka penasaran.
Ibu Runa menyebutkan nama sebuah restoran dengan makanan khas Indonesia yang cukup elit. "Makan malam sekalian ngomongin kerjaan penerbitan katanya."
"Sama Mbak Mira? Sama Ganes?" todong Raka langsung.
Karena melihat sepertinya menantunya sudah mengetahui tentang pekerjaan freelance Runa di penerbitan, terbukti karena Raka mengenal orang-orang yang terlibat di dalamnya, jadi ibu Runa merasa sah-sah saja memberikan informasi kepada menantunya.
"Oh, Raka masih inget kakaknya Juna yang kita ketemu pas nikahan Anin?" tanya sang mertua. "Iya, Runa ketemu sama Ganes katanya."
Urusan pekerjaan bisa didiskusikan saat makan siang, bukan makan malam. Dan kenapa juga harus di sebuah restoran mewah? Ini urusan kerjaan atau yang lain?, pikir Raka.
* * *
Awalnya Raka berencana ingin menginterupsi makan malam tersebut sesampainya di restoran itu. Tapi ternyata Runa makan malam bukan hanya dengan Ganes, tapi dengan seorang wanita lagi. Wanita berjilbab itu barangkali usianya sekitar 50 tahunan. Karena itulah Raka mengurungkan niatnya. Akhirnya dia memutuskan untuk makan malam di restoran itu, memilih meja di sudut yang cukup tersembunyi.
Dari mejanya, Raka tidak bisa mendengar jelas percakapan mereka, tapi terlihat mereka bertiga ngobrol cukup seru. Runa terlihat banyak tertawa dan tersenyum malam itu.
Banyak orang yang bilang bahwa Runa tampak awet muda. Meski sudah berusia hampir 40 tahun dan memiliki 2 orang anak, tapi banyak yang mengira perempuan itu baru berusia dua puluhan. Tapi barangkali karena sudah 10 tahun hidup bersama, Raka tidak benar-benar memperhatikannya. Dia mengakui kecantikan istrinya, tapi perempuan yang ada di meja seberang itu memiliki kecantikan yang berbeda. Barangkali juga karena selama ini Runa hanya mengikat rambutnya sederhana atau membiarkannya tergerai, sehingga ketika ia mengikat tinggi rambutnya, Runa terlihat mempesona. Apalagi dengan senyumnya, malam itu Runa terlihat menawan.
Saat itu Raka tiba-tiba sadar, sudah beberapa minggu ini dia tidak lagi melihat senyum Runa yang seperti itu. Dan nampaknya perpisahan dengan dirinya justru membuat Runa terlihat lebih bahagia. Apakah itu karena lelaki yang sekarang duduk di sampingnya?
Ketiga orang itu masih terus berbincang hingga beberapa lama setelah piring-piring diangkat dari meja mereka. Sampai kemudian Raka melihat Ganes mengangkat tangannya ke arah pramusaji. Sepertinya lelaki itu meminta tagihan. Saat itulah Raka juga meminta tagihannya kepada pramusaji.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKTU YANG SALAH
RomanceWORK SERIES #2 Tidak ada yang salah dengan rasa cinta. Tapi jika ia hadir di waktu yang salah, apakah ia masih bisa disebut cinta? ((Cerita ini merupakan salah satu dari beberapa cerita para penulis Karos Publisher tentang aplikasi kencan online: Ma...