18. Sabtu Sibuk

3.6K 803 147
                                    

Selamat hari Sabtu, Kakak2!
Hari Sabtu ini sibuk ga Kak?

* * *

Pagi itu Risyad dan Rumaisha sudah duduk manis di depan meja makan, ketika Raka tiba di ruang makan. Nasi, cah brokoli dan telur (yang sudah dihias dengan sosis dan saus tomat sehingga berbentuk wajah yang lucu) yang tersaji di hadapan kedua anak itu sudah hampir habis dimakan.

"Sarapan, Yah!" suara sang istri menyambutnya dari arah dapur yang bersisian dengan ruang makan, ketika Raka menarik kursi dan duduk di hadapan Risyad.

"Iya, Bun," jawab Raka.

Meski demikian, lelaki itu tidak segera mengambil piring dan masakan istrinya. Ia diam sejenak memperhatikan kedua anaknya yang sedang memainkan makanan di piring mereka, lalu beralih ke mangkuk dan piring sayur dan lauk, serta piring kosong di hadapannya. Sepertinya ada yang kurang. Lalu ia beralih menatap istrinya yang sedang sibuk di dapur bersama dengan Siti, asisten rumah tangga mereka.

"Kopinya belum ada ya Bun?" tanya Raka.

"Astaghfirullah!" pekik Runa kaget. "Oiya lupa. Sebentar ya Yah."

Runa membersihkan tangannya pada apron, lalu beralih pada Siti. "Tinggal tambahin 1 susu kotak di tiap kotak, trus tolong ditutup semua ya, Siti. Abis itu, tolong dibawain ke teras. Nanti biar saya yang masukin ke bagasi mobil."

"Siap, Bu!" Raka mendengar ARTnya menjawab instruksi istrinya.

Setelah memberi instruksi pada Siti, Runa melipir ke pinggir dapur, mengambil cangkir, lalu mulai menyiapkan kopi yang diminta oleh Raka.

"Pagi-pagi udah sibuk amat, Bun?" tanya Raka pada istrinya, sambil melirik Siti yang berdiri tidak jauh dari istrinya dan sibuk dengan kotak-kotak bekal.

"Hari ini kan ada acara di sekolah Icad-May, Yah. Pekan olahraga. Dan ibu-ibu di kelas Icad pada pesan kotak bekal dan konsumsi sama Bunda. Lumayan banyak pesanannya. Alhamdulillah," jawab Runa dengan bersemangat. "Kopinya, Yah," lanjutnya sambil meletakkan secangkir kopi di hadapan suaminya.

Sudah lebih dari sebulan ini Raka tahu bahwa istrinya mulai menerima pesanan bekal sekolah anak dari ibu-ibu wali murid di kelas Risyad dan Rumaisha. Awalnya jumlah pesanannya hanya sedikit. Dan Raka melihat Runa bersemangat menyiapkan pesanan bekal tersebut tiap pagi. Jadi dia membiarkan saja istrinya mengerjakan hal tersebut. Meski dirinya merasa telah mencukupi semua kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan pribadi istrinya sehingga sebenarnya istrinya tidak perlu sibuk dengan usaha kecil tersebut, tapi melihat antusiasme istrinya dalam mempersiapkan pesanan-pesanan tersebut tiap pagi, Raka merasa tidak tega untuk melarang istrinya dengan kesibukan barunya itu.

Tapi makin lama, Raka memperhatikan jumlah pesanan kotak bekal yang disiapkan Runa tiap pagi bertambah. Hal itu membuat Runa selalu sibuk tiap pagi. Ia tidak pernah lagi menemukan istrinya di tempat tidur ketika ia terbangun. Wajah istrinya yang baru bangun tidur bukan lagi hal pertama yang dilihatnya di pagi hari. Kini istrinya itu selalu bangun lebih pagi untuk menyiapkan pesanan-pesanan tersebut.

Lebih dari itu, kesibukan Runa di pagi hari menyebabkan istrinya itu tidak lagi totalitas dalam melaksanakan perannya sebagai ibu rumah tangga. Sarapan anak-anak barangkali tetap terperhatikan dengan baik, tapi beberapa kali perempuan itu tidak lagi menyiapkan sarapan untuk Raka. Biasanya, bukan hanya menyiapkan masakan untuk sarapan, tapi Runa juga mengambilkan nasi, sayur dan lauknya di piring untuk sarapan Raka. Tapi sejak pesanan bekal sekolah Runa makin bertambah, beberapa kali perempuan itu lupa mengambilkan sarapan untuk Raka. Bahkan, seperti barusan, tidak jarang perempuan itu juga lupa menyiapkan kopi untuk Raka. Meski tidak sampai membuat Raka marah, tapi hal itu membuatnya cukup kecewa.

WAKTU YANG SALAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang